53. Tahan dan Terima

4.5K 326 39
                                    

"Setiap orang pasti pernah sakit. Tapi tidak semua bisa bangkit dari masa sulit."

~StarSea25~

♥♥

Entah sudah berapa kali Dominick menghela napas panjang dalam sehari ini. Segalanya terasa berat dan sesak hanya karena sebuah ponsel.

Ya. Sebuah ponsel.

Ponsel berlogo apel digigit milik putri kesayangannya yang cantik itu kini berada di tangannya.

Ia mengklik layar itu dua kali -untuk kesekian kalinya- hingga layar yang semula gelap itu menyala dan menampilkan sebuah wallpaper layar kunci yang membuatnya tersenyum kecut setiap kali melihat.

Wallpaper foto Hans dan Vee yang tampak bahagia. Hans tampak tersenyum tipis, tapi kebahagiaan di matanya tidak dapat dibohongi. Sedangkan Vee tampak tersenyum lebar.

Meski terkesan tidak sopan, rasanya ingin sekali Dominick menjelajah galeri di ponsel itu untuk mencuri satu atau dua foto putri cantiknya untuk dikirim ke ponselnya. Untuk pengobat rindu. Sayang sekali ponsel pintar itu di pin dan ia tidak tahu apa pinnya.

Sebenarnya ia bisa saja memberikan ponsel itu pada agen IT-nya untuk diretas dan dibuka secara paksa. Tapi jika putrinya menanyakan keberadaan ponselnya ... ia harus jawab apa?

Vee mungkin akan membencinya jika tahu ia memaksa dan menjelajah ponsel yang seharusnya hanya menjadi privasinya.

Dominick menghela napas panjang, lagi. Angin segar di taman rumah sakit tidak bisa membuat perasaannya membaik.

"Jangan terus dilihat jika kau tahu itu bisa membuatmu sakit, Sayang."

Dominick menoleh, menatap sendu sang istri yang -entah sejak kapan duduk di sampingnya. Ia tidak sadar kapan istrinya datang. Mungkin karena ia terlalu larut dalam dunianya yang kini hanya berpusat pada putri kecil kesayangannya.

Victoria.

Nama yang cantik, secantik orangnya.

"Aku membelikanmu makanan. Kau pasti belum makan pagi ini, kan?" Melihat anggukan Dominick, Antonina menghela napas tidak berdaya. Sebenarnya ada rasa tidak suka dihatinya karena sang suami terlalu sibuk pada putrinya, hingga abai pada diri sendiri. "Aku dengar dari Stephanie, jika kau tidak makan semalam."

Dominick membuang muka. "Apakah menurutmu aku bisa makan dengan tenang di saat putriku sedang berjuang antara hidup dan mati?"

"Honey .... Kau boleh merasa khawatir pada Vee, tapi jangan sampai melupakan kesehatanmu sendiri."

"Apa itu penting?" tanya Dominick malas. Lalu tersenyum hangat. "Sekarang putriku sudah baik-baik saja. Aku bisa tenang sekarang."

"Baiklah. Sekarang buka mulutmu."

Dominick melihat apa yang akan disiapkan istrinya dan mengeluh, "Aku tidak suka bubur. You know that."

"Tidak sadar sepucat apa wajahmu?" dengkus Antonina. "Kau seperti mayat berjalan, Honey."

"Mayat berjalan apanya?" decak Dominick.

"Sana berkaca."

Dominick berdecak. "Aku tidak mau makan. Untukmu saja."

"Setidaknya makanlah sedikit. Lalu minum obat. Tubuhmu hangat, Honey. Buka mulutmu. Aaaa ...."

"No."

"Honey ...."

"No." Dominick menolak dengan keras kepala. "Aku akan memberikan ponsel Baby Ara dulu," ujarnya sebelum berlalu. Alasan yang tepat untuk melihat putrinya.

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang