19. Lost Control

9.9K 700 14
                                    

18+! Baca setelah buka puasa, ya!

♥♥

"Sesuatu yang pergi, jika memang milikmu akan selalu kembali padamu."

---StarSea25---

♥♥

Vee berjalan tertatih. Sesekali menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Ia meringis saat mendengar suara yang berasal dari perutnya yang terasa sakit karena tidak diisi apa pun sejak pergi rumah sakit. Namun, ia sedikit lega karena tidak lagi mengejarnya---kehilangan jejak. Ia duduk di pinggir jalan saat merasakan kakinya pegal---tidak lagi mampu untuk berjalan. Ia melihat sekelilingnya---kosong.

Jalanan tampak lenggang. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Vee menguap pelan. Ia ingin segera pulang dan tidur cantik di ranjangnya. Sontak, ia panik saat tidak mengetahui di mana ia berada sekarang. Ia tersesat. Vee memeluk tubuhnya sendiri saat udara dingin terasa menusuk tulang. Bibir tipis pucatnya bergetar---tidak tahan dengan cuaca dingin.

"Perlu bantuan, Nona?"

Refleks, Vee berdiri---menatap takut dua orang lelaki yang berpenampilan seperti seorang berandal. Kakinya mundur dengan tubuh sedikit bergetar, ketakutan. Ia semakin takut saat mereka tertawa.

"Tidak perlu takut, Nona. Kami hanya ingin membantumu."

"Jangan mendekat!" Vee semakin mundur saat mereka mulai berjalan maju ke arahnya.

"Kami tak, 'kan menyakitimu, Nona. Kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang. Bagaimana?" Lelaki itu menarik tangan Vee, mencengkeram kuat.

"Lepas!" Vee berontak. Ia menggigit tangan lelaki berkulit gelap itu kuat hingga memekik kesakitan dan melepaskan tangannya. Vee segera melarikan diri meski tubuhnya lemah seperti tidak bertulang. Akan lebih baik jika angin malam yang melolosi tubuhnya dibanding dua lelaki berandal itu.

"Gadis sialan!" umpat lelaki yang digigit Vee. "Kejar dia!" serunya berlari---mengejar Vee yang mulai menjauh bersama temannya.

"Dios esta conmigo. Dios esta conmigo." gumam Vee berulang kali.

*[Spain: Tuhan bersamaku]

Vee memekik terkejut saat mereka berhasil menangkapnya, mencengkeram tangannya kuat hingga terasa sakit. "Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriaknya keras sambil berontak ketakutan---berusaha melepaskan diri. "Tolong! Tolong!"

Tawa jahat yang mengudara membuat Vee semakin ketakutan. Airmata mengalir begitu saja dari matanya. Ia menyesal. Seharusnya, ia tidak perlu kabur dari rumah sakit. Setidaknya, Arnav Mikhelson lebih terhormat daripada mereka.

"Untuk apa airmata ini?" Vee berontak saat tangan besar dan kasar itu mengusap airmatanya.

"Kau hanya boleh menangis karena kenikmatan yang kami berikan, Manis." Perkataan sensual itu membuat Vee semakin ketakutan.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kumohon ...." Vee memohon, berontak saat tubuhnya ditarik paksa. Entah kemana mereka akan membawanya. Ia menangis pilu. Tubuhnya gemetar hebat saking takutnya saat mendengar suara tawa yang terdengar sangat mengerikan di telinganya.

"Diam dan nikmati saja malam panas bersama kami, Nona manis."

God..., help me, please....

♥♥

"Sebaiknya, kau pulang saja, Valle."

Valle yang duduk di sisi ranjang menggeleng. Airmata membasahi wajah cantiknya saat melihat kondisi Nathan yang begitu menyedihkan karena Vee. Lelaki itu tengah berbaring di ranjang kamar tamu yang ada di Penthouse Jason.

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang