16. Mine

11.7K 773 12
                                    

"Terkadang, orang asing bisa menjadi orang yang tersayang."

---StarSea25---

♥♥

Melisa tampak sibuk membuka paper bag belanjaan yang dibawa suaminya sebagai oleh-oleh untuk keluarga. Ia membuka bungkusnya, melihat isinya dan tersenyum puas.

"Daddy memang sangat tahu selera Mommy," Melisa menunjukan sepatu branded berwarna merah di tangannya sambil tersenyum lebar. "Apakah Mr. Mikhelson memberi banyak bonus saat Daddy di Amerika?" tanyanya.

Hans mengangguk.

"Apa yang Daddy lakukan selama di sana?"

Hans tersenyum samar. Membunuh orang.

"Apa sebelum pulang ... Daddy mampir ke GUM terlebih dulu?" Melisa memicingkan mata---menatap suaminya selidik. Bukannya tidak senang dibelikan banyak barang kesukaannya, tapi---ada yang janggal. Suaminya itu bukan tipe pemboros. Ia cenderung lebih hemat. Jadi ... ada angin apa hingga suaminya menghamburkan uang begitu banyak?

"Sesekali Daddy membahagiakan Mommy. Apa Mommy tidak senang?"

"Mommy senang sekali. Tapi---"

"Kapan Daddy membeli semua hadiah ini?" tanya Vi serius.

"Begitu sampai di airport, Daddy langsung pergi ke GUM."

Bohong! Batin Vi berteriak histeris. Mengapa Hans berbohong? Tapi tidak mungkin juga ia berkata jujur. Yang ada nanti, ia malah terkena murka Hans atau lebih buruk lagi---perlakuan dan kebohongannya tentang Vee akan terungkap. Vi menghela napas pasrah. Terserahlah.

"Di mana Baby Vee?" tanya Hans celingukan---mencari keberadaan putri kecilnya.

Tubuh ibu dan anak itu menegang. Saling pandang, Melisa berdeham canggung. "Vee tidak ada di rumah, Dad," jawabnya setenang mungkin.

"Brenda meminta Baby Vee untuk menemaninya, Dad." sahut Vi cepat. "Daddy, kan tahu, jika orangtua Brenda sangat sibuk. Oleh sebab itu---Vee menemaninya."

Hans mengangguk paham.

"Daddy pasti lelah. Ayo beristirahat." ajak Melisa lembut. "Sayang, Mommy ke kamar dulu, ya." imbuhnya menatap Vi.

Vi mengangguk.

Hans membiarkan Melisa menggandeng lengannya. Begitu sampai kamar, ia langsung mencium bibir sang istri liar. Memutar tubuh Melisa untuk dipeluk dari belakang. Bibirnya sibuk memerahkan leher jenjang sang istri dengan mata menggelap karena gairah. "Aku merindukanmu, Sayang."

Tanpa sepengetahuan Hans, Melisa tersenyum muak. Jika bukan karena kekayaan lelaki itu dan paksaan orangtuanya---ia muak harus merelakan diri untuk disentuh oleh lelaki yang dijodohkan dengannya itu.

Jika bisa, Melisa ingin sekali membunuh lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.

♥♥

Seorang lelaki paruh baya tampak sibuk dengan tumpukan file di mejanya. Waktu yang telah menunjukan pukul dua dini hari waktu setempat tidak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan kertas-kertas bernilai milyaran dollar tersebut.

Seorang perempuan berparas keibuan membuka pintu, berdiri di ambang pintu sambil bersidekap angkuh. Manik hijaunya berkilat kesal.

"Ini sudah larut malam, Istriku," gumam Richard Mikhelson tanpa menoleh.

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang