15. Emosi

8.9K 718 4
                                    

"Aku terluka melihatmu sakit. Jika bisa, biar aku saja yang menggantikanmu sakit."

---Arnav Mikhelson---

♥♥

Vi memeriksa beberapa paper bag yang lain dan melihat isinya. Seketika, tubuhnya menegang---wajahnya pucat. Semua paper bag itu berisi semua barang yang ia ambil dari banyak toko di GUM. Bagaimana bisa semua barang-barang itu berada di sini? Apakah Vee membayar tagihannya?

Vi menggeleng kuat. Tidak mungkin Vee yang membayarnya. Perempuan itu tidak memiliki uang sepeserpun. Lalu, siapa yang membayarnya? Dan..., di mana Baby Vee? Iris hijaunya berpendar kesana-kemari---mencari seseorang. Vee tidak pulang. Lalu, di mana dia?

"Apa yang kau cari, Nak?"

Vi terkejut. Ia menoleh---menatap Hans, menggeleng sambil tersenyum samar.

"Ayo masuk. Daddy sangat merindukan kalian. Biar belanjaan ini dibawa oleh security." Hans merangkul bahu Vi melangkah bersama masuk ke dalam rumah.

Vi bergeming---tampak berpikir keras. Ia menoleh, menatap ayahnya lekat. "Apakah Daddy yang membeli semua hadiah ini?" tanyanya hati-hati.

"Tentu saja, Sayang. Daddy membelinya untuk kalian." Hans melirik Vi, tersenyum menyakinkan.

Vi terdiam. Jelas-jelas semua belanjaan itu adalah miliknya. Tapi kenapa Hans berbohong? Ia terus berjalan---menatap lurus ke depan penuh kebingungan.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

♥♥

"Jangan gila, Nath!"

"Aku memang gila karena Vee dibawa pergi oleh Mikhelson itu!"

Vino menggeleng tidak habis pikir. Sedangkan Jason dan Albert bergeming, tampak berpikir. Satu jam yang lalu, Nathan menghubungi mereka---mengajak bertemu dan menceritakan segalanya. Brenda dan Lucy hanya diam---menyimak sambil berpikir keras.

"Kau yang bilang sendiri, jika Vee tidak berontak saat Arnav membawanya pergi, kan? Lalu, apa masalahnya?" tanya Vino kesal.

"Kenapa kau tidak mengerti juga?!" hardik Nathan tak kalah kesal. "Mikhelson itu pasti mengancam Vee. Itu sebabnya, Vee manut saja saat lelaki kejam itu membawanya!" imbuhnya menggebu-gebu.

"Bisa jadi. Vee itu penakut." sahut Lucy berdecak kesal.

"Tidak. kurasa bukan karena itu." elak Brenda menggeleng pelan.

"Jika bukan karena itu, lalu apa?" tanya Lucy.

Brenda menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi---"

"Apa mungkin Arnav Mikhelson menagih jas mahalnya pada Vee?" sela Jason beropini.

Nathan mengepalkan tangan. Tidak bisa berpikir jernih. "Hanya karena sebuah jas, lelaki itu membawa Vee pergi? Orang itu ...," desisnya emosi.

"Tidak. Bukan itu." Albert buka suara membuatnya ditatap, meminta penjelasan. "Ingat siapa Arnav Mikhelson?"

"Langsung saja ke intinya!" sungut Nathan kesal.

Albert menghela napas sabar. "Ada dua kemungkinan kenapa Arnav Mikhelson membawa Vee. Tapi, yang pasti bukan karena jas. Lelaki itu Mikhelson---ia memiliki segalanya."

Jason dan Vino mengangguk setuju. Sedangkan Nathan hanya diam, tampak berpikir.

"Apa kemungkinan pertama?" tanya Vino tertarik.

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang