"Masalah ada untuk dihadapi. Bukan dihindari."
---StarSea25---
♥♥
"Kapan kau akan datang, Sayang?"
Melisa menatap mansion Anderson yang berdiri dengan megahnya dengan senyuman. Ia menoleh, menatap Vi yang tampak tidak percaya jika ayah kandungnya adalah orang yang sangat berada. Mereka memasuki halaman mansion sambil tersenyum ramah pada security yang mempersilakan masuk.
"Maaf, Sayang. Aku harus mengurus perceraianku dengan Hans lebih dulu."
"Cepatlah! Aku tidak sabar untuk tinggal bersamamu dan putri kita."
"Okay." Melisa tersenyum geli. Tangan rampingnya terulur---menekan bel mansion tersebut.
"Sebentar ya, Sayang."
"Hem." Melisa menutup sambungan telepon.
"Mommy, apakah Papa benar-benar kaya?" Vi bertanya, tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
"Tidak sekaya itu, Sayang. Tapi, cukup untuk membiayai hidup kita dengan kemewahan sampai tujuh turunan."
"Wow!" Vi terkagum-kagum. Lalu, menatap kesal. "Kenapa Mommy baru memberitahuku tentang Papa sekarang?"
"Karena dulu, Papamu sangat menyebalkan."
Pintu mansion Anderson terbuka---menampilkan seorang lelaki paruh baya yang berdiri tinggi di hadapan mereka.
"Surprise!" seru Melisa semangat.
William Anderson terbelalak, tidak percaya. "Aku tidak percaya ini." gumamnya tidak bisa berkata-kata dan memilih menarik Melisa ke dalam pelukannya, menyalurkan perasaan bahagia.
"Aku membawa putri kita." bisik Melisa.
Tubuh William menegang. Ia mengurai pelukan mereka. Matanya bergerak, menatap duplikat cinta pertamanya dengan senyuman hangat. Ia mendekat, memeluk tubuh putrinya erat, penuh kerinduan. Tangannya mengusap lembut rambut panjang putrinya yang indah.
"Papa sangat merindukanmu, Nak. Kau sangat cantik. Persis seperti Mamamu." William menghadiahi puncak kepala Vi dengan banyak kecupan.
Vi mengerjap haru. Hatinya menghangat. Selama ini, ia tidak pernah dimanjakan dengan Hans yang dianggapnya sebagai ayah. Ia selalu dituntut dewasa. Tanpa tahu, jika hati kecilnya membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Kini, Vi mendapatkan keinginan terbesarnya. Dimanjakan oleh seorang ayah. Tangannya bergerak---membalas pelukan ayah kandungnya tidak kalah erat.
"Papa ...."
Hati William menghangat, membuncah akan perasaan bahagia. "Ya, Sayang. Akulah Papamu. Maafkan, Papa ...."
Vi menggeleng. William merentangkan satu tangannya yang lain, meminta Melisa bergabung ke dalam pelukan. Kini, dua perempuan berharga di hidupnya sudah berada di sisinya. Setitik airmata bahagia menghiasi wajah keluarga kecil tersebut.
"Apa mereka adalah dosamu di masa lalu, Liam?"
Pelukan terlepas. William memutar tubuh, menatap istrinya tajam. "Jaga bicaramu, Estell!"
Melisa tampak malas. Sedangkan Vi mengernyit penasaran. Siapa?
Estell Anderson terkekeh sinis. "Aku tidak mengizinkan mereka tinggal di sini!"
"Itu masalahmu. Melisa dan putriku akan tinggal di sini bersamaku!"
"Kau tidak bisa seenaknya, William! Bagaimana jika putri kita tahu tentang kelakuan bejat ayahnya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. OPPO [NEW]
RomanceMy Mr. Over Possessive and Over Protective "You Complete Me~" ---ARVEE--- *** Pertemuan tidak terduga di suatu Kafe membuat Arnav Mikhelson menyukai Victoria Mikhailova pada pandangan pertama. Lelaki tampan itu mengklaim jika perempuan itu adalah ku...