7. Perasaan

9.6K 676 3
                                    

"Pandai-pandailah dalam bersikap dan menyembunyikan perasaan."

---StarSea25---

♥♥

Arnav duduk di kursi kebesarannya bak seorang penguasa dunia. Iris birunya menyorot tajam, me-review ulang setiap dokumen penting dengan cepat dan teliti. Jika ia merasa dokumen itu sudah benar, ia akan menandatanganinya dan project dalam dokumen tersebut akan segera dilaksanakan. Namun, jika ia merasa ada yang harus diperbaiki dari setiap dokumen, ia akan menandai bagian yang harus direvisi sebelum mengembalikan setiap dokumen tersebut untuk direvisi sampai benar menurutnya.

Jerry masuk, mendekat---meletakan minuman segelas kopi pahit kesukaan Arnav di atas meja kerjanya. "Ini kopi Anda, Sir."

"Hem." gumam Arnav tanpa menoleh.

Jerry duduk di kursi yang berada di hadapan Arnav---hanya terhalang meja, memerhatikan cara kerja Arnav yang cepat, efisien dan tepat. Namun, tetap bisa teliti dalam memerhatikan setiap detail untuk kemajuan perusahaan. Bahkan untuk dokumen yang amat sangat penting sekalipun, Arnav bisa memeriksa dengan benar dan teliti hanya kurang dari waktu dua menit. Jerry terkagum-kagum. Tidak heran mengapa Arnav dapat menyabet semua penghargaan di kalangan pengusaha sekaligus menyandang gelar trillionaire nomor satu dunia di usia muda.

"Hans Mikhailov?" tanya Arnav datar. Tanpa melepaskan pandang dari sebuah dokumen di tangannya.

"Sesuai permintaan Anda, Sir. Saya sudah mengirim koruptor itu ke rumah tahanan milik Anda yang berada di Manhattan untuk melakukan tugasnya." jelasnya terkekeh pelan.

"Hasilnya?"

"Hans melakukannya dengan sangat baik, Sir. Sekarang dia berada di Royal Hospital karena trauma dan takut berlebihan setelah menjalankan tugas dari Anda."

Arnav menyeringai puas tanpa menoleh. Mata birunya tetap fokus pada dokumen di tangannya. "Push down him. Beritahu Zac untuk melakukannya saat lelaki tua itu sudah sedikit sembuh tanpa melukai fisiknya. Don't forget to record."

"Okay, Sir. Lalu, bagaimana dengan keluarganya?"

Arnav menoleh, menatap Jerry dengan seringaian keji yang membuat lelaki itu gemetar dan merinding di tempat. "Biarkan. Saya ingin melihat sejauh mana mereka hidup dengan uang curian itu. Kirimkan bodyguard bayangan untuk terus mengawasi mereka. Berikan hasilnya pada saya." perintah Arnav dingin.

"Copy that, Sir."

Arnav mengambil kopinya, menyesapnya perlahan tanpa mengalihkan fokusnya dari dokumen. Seolah teringat sesuatu, ia menatap kopinya, beralih menatap jas yang dikenakannya. Kapan kucing kecil itu memberikan jasnya? Ia ingin sekali bertemu lagi dengannya. Ia meletakan kopinya dan kembali sibuk dengan tumpukan dokumen. Namun sayangnya, ia tidak bisa fokus seperti sebelumnya. Sialan! Perempuan itu selalu dalam benaknya. Mengganggu konsenterasinya.

Jerry menelan ludah takut. "Apakah ada yang salah dengan kopinya, Sir?"

"Tidak."

Jerry menghela napas lega.

Arnav menutup mata. Ia tidak bisa fokus. Wajah cantik itu selalu menghantuinya. Ia kembali mencoba untuk fokus namun hasilnya sia-sia. Arnav memijat pelipisnya yang terasa pening. Tidak fokus bukanlah sifatnya sama sekali. Namun entah kenapa, hatinya pun tidak tenang dan gelisah. Seperti ada yang menyiksanya dengan cara paling mematikan, membuatnya sesak dan kesulitan bernapas beberapa menit sebelum menghirup udara di sekitarnya dengan rakus. Ada apa dengannya? Apa jangan-jangan ... ia memiliki sakit asma? Tidak mungkin.

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang