59. Terlalu Sakit

3.3K 337 64
                                    

"Manusia memang paling bisa memantik api untuk melukai diri sendiri."

~StarSea25~

♥♥

Vee mengerucutkan bibir kesal saat Arnav terus menghubunginya. Ia pun mematikan ponselnya agar Arnav tidak bisa menghubunginya sekaligus agar kekasihnya itu bisa beristirahat karena telah melakukan perjalanan jauh.

"Miss you ...," lirih Vee dengan mata berkaca-kaca. Belum lama Arnav pergi namun ia sudah sangat rindu. Lalu ia berdecak, kesal dengan dirinya sendiri yang sangat labil. "Tidak boleh merindukannya, Vee. Ingat? Kalian sudah putus meski secara tidak langsung."

"Hmm? Siapa yang putus?"

"Papa!" seru Vee gembira saat melihat kehadiran Dominick, khas seperti seorang anak kecil yang menyambut kedatangan ayah sepulang kerja. Melupakan sepenuhnya kekesalan pada Arnav.

"Bunga yang indah untuk putri Papa yang sangat cantik."

Vee menerima se-bucket bunga mawar dari Dominick dengan senang hati. Saat melihat kedua mata Papanya tampak sembab, senyumnya berubah menjadi kesedihan. Papanya menangis, pikirnya. "Papa menangis ... karena Mama?"

Dominick mengangguk jujur.

Vee tersenyum maklum. "Tidak apa-apa. Wajar Papa sedih bertemu Mama ... setelah sekian lama berpisah. Tapi jangan berlarut-larut. Kehidupan Papa yang bahagia masih panjang. Ya, Papa?"

Dominick tersenyum sebelum mengangguk. Vee tidak perlu tahu jika kehidupannya yang bahagia telah hilang bersama perginya Dilzhara. Bahagianya baru saja kembali dalam bentuk putri kecilnya yang kini tumbuh cantik, persis seperti mendiang sang istri.

Vee mencium bunga mawar yang harum di tangan kanannya yang bebas dengan bahagia. Jelas sekali jika ia sangat menyukai bunga tersebut. Dominick merasa lebih bahagia karena usaha kecilnya seolah diberi penghargaan.

Sifat istrinya menurun pada Vee; tidak peduli besar atau kecil, ia tetap menghargai apa pun.

"Tadi Papa dengar kata putus. Siapa yang putus?"

Seketika wajah Vee menjadi muram. Ia tersenyum kecut. "Siapa lagi."

"Belum resmi. Wajar jika putus-menyambung."

"Aku baru tahu jika Arnav ternyata pencemburu berat, Papa. Aku terkejut, dia marah hanya karena aku membicarakan lelaki lain. Dia sangat menyebalkan."

"Berarti Papa juga menyebalkan?"

Vee menggeleng. "Papa baik hati."

Untuk sesaat Dominick merasa tertampar dengan kalimat polos tersebut. Karena faktanya, ia tidak sebaik itu. Dunianya terlalu kotor untuk putrinya yang bersih. Itu berarti ... Vee tidak perlu tahu tentang dunia gelapnya.

"Tapi kenapa Papa berucap begitu?" Kepala Vee meneleng, menatap Papanya bingung.

"Karena Papa sama dengan Arnav. Pencemburu berat."

Vee berkedip. "Jadi setiap kali Aunty Nina membicarakan lelaki lain, Papa juga marah karena cemburu?"

Bukan dia, tapi Mamamu. Mau dia tidur dengan lelaki lain sekalipun, Papa tidak peduli. Ingin sekali Dominick mengucapkannya dengan tegas, namun ia takut Vee kepikiran dengan hubungannya dan Antonina, jadi ia hanya tersenyum. Namun teringat akan usul Antonina, ia pun menatap Vee hati-hati.

"Baby Ara ... bagaimana pendapatmu tentang psikolog?"

Vee mengerjap lambat. Tatapannya tak seceria tadi. "Kenapa Papa tiba-tiba membicarakannya?"

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang