8. Skenario Tuhan

9K 676 4
                                    

"Tuhan adalah produser sekaligus sutradara terbaik di dunia. Bahkan hanya untuk menggerakan pilihan hati saja selalu ada campur tangan-Nya."

---StarSea25---

♥♥

Seorang perempuan cantik berdiri di parkiran GUM setelah menepikan mobilnya di tempat parkir yang telah disediakan oleh salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Rusia tersebut. Valle merapatkan mantelnya karena salju. Ia menghentakan kaki sambil mencebikan bibir kesal. Ia bersidekap dada saat melihat seseorang yang ia tunggu sejak setengah jam yang lalu baru saja datang dengan Duccati hitam keluaran terbaru miliknya.

"Kakak dari mana saja? Valle sudah menunggu kakak sejak setengah jam yang lalu." cerocos Valle.

"Salju. Jalanan padat."

Valle mengerucutkan bibirnya. "Kakak, kan menggunakan motor? Kenapa tidak menyalip saja?" protesnya manja.

"Lupa."

Valle melongo. Alasan macam apa itu?! "Seharusnya, kakak memberi Valle kabar agar Valle tidak menunggu kakak."

Nathan mendengkus sebal. Jika bukan karena terpaksa, ia malas sekali berhadapan perempuan itu. "Ponselku mati." kilahnya malas.

"Kakak bisa men-charger dulu ponsel kakak sebelum ke sini!" Valle bersikukuh.

"Jadi, belanja atau tidak?" tanya Nathan datar.

"Ah, iya jadi. Masa tidak jadi." Valle menyengir, menggandeng lengan Nathan posesif---menunjukan pada semua orang jika lelaki tampan itu adalah miliknya.

"Tidak perlu pegang-pegang!" protes Nathan melepaskan tangan Valle.

Valle cemberut lucu. Lalu, kembali memeluk lengan Nathan erat, menggeleng kuat. "Perempuan di sini banyak yang melihat kakak. Valle tidak suka! Pokoknya, Kak Nathan harus selalu di dekat Valle atau nanti Valle akan adukan pada---"

"Ya ya ya!" tukas Nathan kesal.

Valle tersenyum. Mereka melangkah bersama untuk masuk ke dalam mall. senyum tidak pernah luntur dari wajah Valle. Sedangkan Nathan hanya memasang ekspresi sedatar tembok. Kini, mereka berdua berada di salah satu toko pakaian. Valle langsung memilah-milih pakaian yang sesuai untuknya.

"Kak, pakaian ini bagus tidak untuk Valle?" tanya Valle dengan pakaian di tangannya, menunjukannya pada Nathan---meminta pendapat.

"Hem. Bagus."

"Cocok tidak dengan Valle?" Valle menyengir, menempelkan pakaian itu di tubuhnya.

"Cocok. Cantik." Nathan menjawab singkat. Ia mengeluarkan ponselnya---bermain game.

Valle tersenyum malu-malu. Ia memalingkan wajah---menyembunyikan rona di pipinya atas pujian Nathan. Ia berdehem gugup. "Jadi, pakaian ini cocok untuk Valle?"

"Hem."

"Jadi, boleh Valle beli?" tanya Valle antusias.

Nathan mem-pause game-nya, menatap datar sekaligus kesal. "Iya."

"Okay. Valle ke kasir dulu, ya ...." Valle mengecup bibir kakak kelasnya singkat, tersenyum malu. Ia langsung berlari kecil dengan pakaian di tangannya---meninggalkan Nathan yang mematung di tempat karena terkejut.

Nathan menatap punggung kecil Valle dengan tatapan yang sulit diartikan. Tanpa sadar, ia menyentuh bibirnya yang baru saja dikecup oleh perempuan itu sebelum menghela napas berat. Jika saja bukan karena terpaksa, ia pasti akan dengan senang hati menemani perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu untuk berbelanja sampai puas. Sayangnya, perasaan Valle adalah hambatan bagi hubungan mereka sekarang dan mungkin selamanya. Perasaan di mana seorang Vallery Gustav mencintainya sedangkan dia tidak.

Tuhan tahu siapa yang Nathan cintai.

♥♥

Kedua lelaki berstelan formal tengah duduk santai sambil menikmati makanan mereka masing-masing. Meeting yang baru saja dilakukan di Coffee Shop yang ada di dalam salah satu mall terbesar di Rusia itu telah selesai beberapa menit yang lalu.

Jerry melirik Arnav yang tengah memakan Americano Latte dan Cheeseecake-nya dengan gerakan elegan membuatnya menjadi pusat perhatian beberapa perempuan di sana. Tapi, lelaki itu bersikap acuh---sama sekali tidak peduli. Arnav terlalu sempurna. Di manapun ia berada, pasti selalu menjadi pusat perhatian. Jerry berdecak pelan. Ia pun tahu rasanya menjadi pusat perhatian.

Mendengar suara decakan Jerry membuat Arnav mengalihkan pandangan dari iPad ke arahnya. "Ada apa?" tanyanya datar.

Jerry terkesiap. Ia menatap bosnya bingung. "Huh? Apakah Anda mengatakan sesuatu, Sir?"

"Bodoh!"

Jerry merengut sedih mendengar hinaan bosnya. Kenapa bosnya selalu saja mem-bully dirinya yang tidak tahu apa kesalahannya?!

Arnav mengabaikan tatapan sendu asistennya itu. "Habiskan makananmu."

"Yes, Boss." Jerry mengangguk sambil melanjutkan makannya semangat.

Arnav menghabiskan minumannya. Matanya tidak lepas dari iPad di tangannya. Sedangkan tangan satunya digunakan untuk menggulir layar yang menampilkan tabel dan grafik-grafik rumit tentang perkembangan bisnis Mikhelson Corporation yang hampir tersebar di seluruh belahan benua. Mematikan iPad-nya, ia menatap Jerry datar. "Sudah selesai? Cepatlah."

Jerry mengangguk. Ia baru saja menghabiskan makanannya.

Arnav berdiri, merapikan jasnya dan berjalan keluar dari Coffee Shop diikuti Jerry yang berdiri di belakangnya. Mereka menjadi pusat perhatian---terutama Arnav. Namun lelaki tidak ambil pusing, terus berjalan dengan gayanya yang cool. Ia berhenti melangkah saat mata birunya menangkap sosok familiar yang selalu ada dalam benaknya. Tanpa sadar, kaki panjangnya melangkah, mengikuti kemana perginya perempuan mungil tersebut.

Jerry beberapa kali melirik perempuan cantik dan seksi, memberi mereka kedipan nakal hingga membuat mereka salah tingkah. Beberapa dari mereka membalas dengan melempar senyuman menggoda. Jerry terkekeh pelan. Tak lama, ia mengerjap beberapa kali saat tidak menemukan sosok Arnav yang tiba-tiba raib dari pandangannya. Ia menarik rambut kesal akan sikap Arnav yang membuatnya tersiksa lahir dan batin tersebut.

"Where are you, Sir? Bisakah Anda memberitahu asisten Anda yang imut ini terlebih dulu, jika memang ingin pergi? Menyebalkan!"

♥♥

HOPE YOU LIKE IT!

Arnav emang nyebelin😂

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang