"Siksaan lebih sesuai untuk seorang pengkhianat di bandingkan kematian."
---Arnav Mikhelson---
♥♥
Jeritan kesakitan itu menggema keras memenuhi ruangan eksekusi yang berada di ruang bawah tanah Mikhelson Corporation. Tempat rahasia tersebut adalah saksi dan bukti kekejaman lelaki bermata biru itu dalam membantai tikus-tikus yang telah merugikan perusahaan yang telah ia bangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri tersebut.
Arnav tampak menikmati pemandangan indah di hadapannya dengan beberapa camilan ringan dan wine kesukaannya di atas coffee table sebagai pendukung. Berbeda dengan dua orang yang duduk di sisi kanan dan sisi kirinya.
Jerry melirik bosnya yang terlihat sangat menikmati pemandangan yang disajikan di depannya dengan sorot humor. Ia pun sudah terbiasa melihatnya. Ia menyeringai sinis, menatap penuh cela saat melihat reaksi seseorang yang duduk di sisi kiri bosnya itu. Walaupun ia masih tidak mengerti, apa alasan Arnav membawa koruptor itu untuk menyaksikan semua ini.
Hans merinding ngeri saat mendengar jeritan penuh kesakitan itu. Ia mengepalkan tangannya takut saat para rekan kerjanya disiksa sedemikian rupa di depan matanya. Ia menutup mata erat-erat saat tangan kanan Arnav mencongkel kedua mata mereka dengan tidak berperasaan. Mereka mengerang keras penuh kesakitan. Tentu semua yang terjadi adalah atas perintah dari Arnav Mikhelson. Hans tidak sanggup melihat pemandangan mengerikan di depannya ini. Inikah hukumannya? Tapi, hukuman macam apa ini?
"Sir ...," panggil Jerry hati-hati.
Arnav menoleh.
"Sepertinya Mr. Mikhailov tidak tega dengan pemandangan indah ini, Sir." Jerry tersenyum maklum.
Arnav melirik Hans datar. Lelaki tua itu tampak pucat dan berkeringat dingin. Arnav kembali melihat pemandangan di depannya seolah pemandangan itu lebih baik dari wajah seorang Hans Mikhailov. "Biarkan. Setengah hukumannya."
Hans tersenyum kaku. Setelan jasnya sudah basah karena keringat dingin. "Saya mengerti, Sir." lirihnya sesal.
"Argh! Maafkan saya, Sir. Saya hanya menjalankan perintah!" teriak Rudolf---staff bagian pemasaran menyesal.
"Siapa yang telah memerintahkanmu untuk melawan majikanku?!" bentak Zac---si tangan besi Arnav.
"Maafkan saya, Sir. Bukan hanya kami yang terlibat." Gibran---si manager keuangan terbatuk darah akan rasa sesak di dadanya dan nyeri di kedua matanya yang sudah tidak ada. "Hans Mikhailov juga terlibat dalam penggelapan dana proyek itu, Sir ...," lirihnya tanpa tahu, jika orang yang ia maksud berada di sini.
Hans terbelalak, menggeleng cepat saat Arnav menatap ke arahnya dengan sorot dingin. "Tidak, Sir. Saya tidak bersalah!" pekiknya keras. Ketakutan.
"Ha-hans? Ka-kau di-di sini?" tanya Emiry---si sekretaris Arnav terbata-bata. Ia merangkak tertatih, seolah mencari keberadaan sosok Hans namun Zac menahannya dengan segera memukul keras kepala lelaki itu keras dengan tongkat bisbol milik Arnav. "ARGHH!"
Hans menutup matanya takut.
"De-dengarkan ak-kuh ...," lirih Gerald---si kepala pengawas proyek tersendat. "Ka-kau juga akan membuhsuk sa-sama sepertih..., uhuk! Uhuk..., kami." lirihnya terbata-bata. Ia mengerang kesakitan saat kepalanya kembali dipukul keras.
"Kalian bersalah dan menarikku agar sama seperti kalian, eh?" tanya Hans mengejek---berusaha menutupi ketakutannya. Ia menatap Arnav, menyorot tegas. "Saya tidak bersalah, Sir. Saya tidak mungkin mengkhianati Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. OPPO [NEW]
RomanceMy Mr. Over Possessive and Over Protective "You Complete Me~" ---ARVEE--- *** Pertemuan tidak terduga di suatu Kafe membuat Arnav Mikhelson menyukai Victoria Mikhailova pada pandangan pertama. Lelaki tampan itu mengklaim jika perempuan itu adalah ku...