"Ketidakberdayaan dan keputusasaan membuatmu menjadi objek ketidakadilan. Milikilah keberanian walau hanya sedikit."
---StarSea25---
♥♥
"Suara apa itu?"
Seorang perempuan cantik berparas keibuan melangkah, mendekati Vi. Meski sudah berkepala empat, Melisa tetap tampak cantik dan awet muda. Rambut merahnya dibiarkan tergerai indah. Mata hijaunya menyorot lembut dengan bibir mengulas senyuman hangat ketika melihat putri sulungnya.
"Ada apa ini, Sayang?" Melisa melirik Vee sekilas, tajam---senyum hangatnya menghilang. Maniknya menatap pecahan vas bunga kesayangannya di lantai syok. "Kenapa vasnya bisa pecah?!"
Vee menunduk ketakutan.
Vi mengulas senyuman samar. Lalu, menatap ibunya dengan senyuman sendu. "Mom. Aku mengatakan pada Vee untuk membersihkan vas bunganya dengan hati-hati. Tapi dia---""
"Jadi, kau yang sudah memecahkan vas bunga kesayangan saya?!" Melisa menatap Vee tajam, penuh kemarahan.
Vee menggeleng panik. "Bu-bukan, Mommy. Bukan---"
"Aku memperingati Baby Vee untuk hati-hati. Tapi dia malah membentakku, Mom. Padahal, niatku baik. Aku takut jika vasnya pecah dan akan melukainya. Mumgkin karena kesal dengan perkataanku, Baby Vee menghancurkan vas bunga Mommy." dusta Vi sedih sambil menunjuk vas bunga yang berserakan mengotori lantai.
Vee terbelalak mendengar karangan sang kakak. Ia menatap Melisa, menggeleng cepat seolah mengatakan bahwa ia tidak bersalah. Bukan dia yang telah memecahkan vas bunga kesayangan Melisa.
Melisa menatap Vee tajam. "Bodoh! Kau membentak kakakmu yang mengkhawatirkanmu dan malah enghancurkan vas bunga kesayangan saya?!" geramnya murka.
"No, Mom! I didn't do that!" Vee membela diri berlinang airmata. "Kak Vi yang melakukannya, Mom ...," lirihnya memberanikan diri.
"Kenapa kau malah menuduhku, Baby Vee?" Vi menyorot terluka, menangis pelan.
Melisa mengepalkan tangan, menatap Vee emosi.
"Kak Vi berbohong, Mom."
"Aku berbohong?" Vi menunjuk dirinya sendiri sedih.
"Tolong, Kak Vi akui saja perbuatan kakak pada Mommy. Mommy juga tidak akan menghukummu, karena kakak adalah putri kesayangannya." Vee menelan ludah pahit.
Vi tersenyum samar. Penuh kepuasan, seolah kemenangannya sudah berada di depan mata. "Baby Vee benar, Mom. Akulah yang telah menghancurkan vas bunga kesayangan Mommy ...," lirih Vi mengakui kesalahannya.
Vee menghela napas lega.
Vi memeluk ibunya, menyandarkan kepala di bahunya. Ia memiringkan kepala, menyorot Vee sambil tersenyum sinis. Namun suaranya yang lirih kembali terdengar."Maafkan aku, Mom. Aku bersalah ...." Vi menangis, menyembunyikan senyum puasnya dipelukan Melisa.
I will win this game, Baby Vee, batin Vi.
Melisa menepuk-nepuk pelan punggung Vi menenangkan. Ia melepaskan pelukannya, mengusap lembut airmata Vi. "Sudah, ya. Jangan menangis lagi. Kau tidak bersalah. Mommy percaya itu."
Vi tersenyum kecil.
Vee mengernyit. Apa maksud perkataan ibunya? Sayangnya, ia tidak menyadari jika Melisa mendekatinya. Ia terkejut saat tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Belum sempat menyuarakan rasa sakitnya, Vee kembali dikejutkan dengan tarikan keras di rambutnya. Ia memekik kesakitan. Ia memegang tangan Melisa---menahannya menarik rambutnya kuat-kuat. Ia berharap perempuan itu tahu jika ia sangat kesakitan. Manik indahnya kembali berlinang airmata. "Sa-sakith, Mo-mommy ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. OPPO [NEW]
RomanceMy Mr. Over Possessive and Over Protective "You Complete Me~" ---ARVEE--- *** Pertemuan tidak terduga di suatu Kafe membuat Arnav Mikhelson menyukai Victoria Mikhailova pada pandangan pertama. Lelaki tampan itu mengklaim jika perempuan itu adalah ku...