Takut

2K 214 11
                                    

Kevin terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi tubuhnya, ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh Bella semalam terus terngiang-ngiang di benaknya.

"Kamu tau kan aku nungguin kamu, tapi kenapa kamu tidak datang?!"

"Beberapa orang bilang aku pantes buat ditinggal karena.. penampilan fisik aku, aku ngga cantik dan ngga pantes buat kamu, mereka jahat banget ya.."

"Kamu jahat Kevin!"

Berat.

Pasti sungguh berat hari-hari yang dialami Bella setelah itu, rasa bersalah dan penyesalan kini menyelimuti Kevin, menyiksanya perlahan tapi pasti.

Kevin menatap sebuah kartu nama ditangannya, kartu yang diberikan oleh pria bernama David semalam.

'Sekarang apa yang harus aku lakukan?!" Batin pria itu, sementara wajahnya terlihat frustasi. Kevin mengacak-acak rambutnya dengan gusar, menyesali perkataan yang keluar dari mulutnya semalam

'Saya Kevin, calon tunangan Bella.'
Kevin tersenyum pahit mengingat kata-kata itu, membayangkan ekspresi Bella jika sampai ia mendengar hal itu sudah cukup membuat Kevin merasa kesal dengan dirinya sendiri.

'Apakah memang sudah tidak ada harapan lagi, Bell? Apakah aku memang tidak pantas untuk mendapatkan kesempatan kedua darimu?'

***

Setelah beberapa saat kemudian akhirnya David berhasil membujuk Noah untuk berhenti menanyakan arti dari sebuah kata -yang tidak terpuji- padanya itu, sebagai imbalannya kini Noah tengah menikmati es krim cone rasa stroberi sembari menonton kartun  di ruang keluarga, sementara David sendiri memilih tetap menemani Bella di kamar, berusaha mencari tau penyebab kemarahan wanita itu.

"Mengapa kamu memberikan kartu namamu kepada orang itu?" Bella dengan wajah kesal bertanya kepada David yang tengah duduk di sudut tempat tidurnya

"Karena saya kira dia benar-benar calon tunanganmu.." ucap David langsung dengan wajah bingung

Bella menggelengkan kepalanya perlahan
"Tidak David, dia berbohong.." Ucap Bella dengan suara gemetar.

David tertegun, perasaan bersalah menyelimutinya, ia seharusnya tidak memberikan kartu namanya kepada pria itu semalam.

"Tapi kira-kira apa tujuan dia berbohong seperti itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi antara kamu dan pria bernama Kevin itu?" Tanya David dengan wajah penasaran

Bella menggigit bibirnya, sungguh berat menceritakan hal yang telah Kevin lakukan padanya, tidak.. ia tidak sanggup menceritakan mimpi buruk itu lagi, lebih dari itu ia juga tidak akan sanggup jika harus menghadapi Kevin lagi.

Bella tiba-tiba saja turun dari tempat tidurnya lalu mulai mengemasi barang-barang miliknya satu per satu ke dalam koper

"I have to leave this house David, saya tidak mau bertemu dengan orang itu lagi." Ucapnya dengan cepat

David sangat terkejut mendengar hal itu, sontak ia segera bangkit dari duduknya lalu menghampiri Bella

"Apakah menurutmu ini satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan antara kamu dan pria itu, Bell? Daripada menghindarinya, kenapa kamu tidak hadapi saja dia?" Tanya David dengan suara pelan.

Bella terdiam, dirasakannya tubuhnya yang semakin gemetaran.

'Menghadapinya?'

Bella tersenyum pahit lalu menolehkan wajahnya ke arah David
"Apakah menurutmu saya sanggup menghadapinya? Menghadapi pria yang telah pergi meninggalkan saya di hari yang seharusnya menjadi hari lamaran kami?"

David tertegun mendengar pertanyaan itu
'Ternyata itulah alasannya.' Batin David sambil menatap Bella dengan iba.

Bella menarik nafas dalam-dalam, dengan wajah sedih ia kembali membuka suaranya

"Dan hal paling memalukan dari semua itu adalah.. Setelah apa yang dia lakukan, saya yang bodoh ini ternyata masih menyimpan perasaan untuknya, saya tau itu seharusnya tidak boleh terjadi, tapi..." Bella tak mampu melanjutkan ucapannya lagi, setetes airmata jatuh dari pelupuk airmatanya, nampak kesedihan bercampur keputus asaan tercetak jelas di wajah Bella saat ini.

David secara otomatis meraih tubuh Bella lalu memeluknya, diusap-usapnya punggung Bella sambil berharap bisa menenangkan hati wanita itu

"Enough Bell, you dont have to say anything." Ucap pria itu dengan suara pelan

Bella menangis tersedu-sedu di dalam pelukan David, semua kesedihan yang ia tampung selama ini seakan kembali meluap bak air bah.

'What should I do now?'

***

"Bagaimana kedekatan kamu dengan David sekarang? Semua berjalan sesuai rencana kan?" Mona bertanya kepada Stella yang tengah duduk di sebelahnya sembari mengupas apel merah.

Stella mendengus mendengar pertanyaan ibunya itu.
"I don't think so." Jawab wanita itu sekenanya.

Mona langsung menghentikan kegiatannya ketika ia mendengar ucapan anaknya itu.
"Loh kenapa? Mama sudah bantu kamu sejauh ini tapi kenapa kamu jawab seperti itu?" Tanya Mona dengan heran

Stella tidak langsung menjawab pertanyaan dari ibunya itu, wajahnya terlihat kesal memikirkan kejadian kemarin
"Ada seorang wanita yang juga mendekati David ma." Jawab Stella.

Mona menelan ludahnya tanpa sadar, rasa ketakutan mulai menyelimutinya.
"Jangan memikirkan wanita itu Stella, mama mohon.. kamu fokus saja pikirkan hubungan kamu dengan David, kamu cantik, kamu pintar, semua pria bisa tergila-gila sama kamu termasuk David." Bujuk Mona dengan kata-kata lembutnya.

Stella menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"Tidak bisa ma, wanita bernama Bella itu benar-benar mengganggu, dia bahkan mempermalukan aku di depan David kemarin."

Mona semakin gelisah setelah mendengar kata-kata itu, ia buru-buru memegang tangan anaknya itu
"Sa-sayang.. mama mohon sama kamu, jangan pikirkan tentang wanita itu, lupakan dia. Mama janji mama akan bantu kamu lagi agar hubungan kamu dengan David bisa semakin dekat, bagaimana?" Ucap Mona dengan terbata-bata.

Stella tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sambil menatap ibunya itu lekat-lekat
"Mama kenapa ketakutan seperti itu ma?" Tanya Stella dengan wajah menyeringai.

Mona menggigit bibirnya, ketakutan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh anaknya itu tercetak jelas diwajahnya.

Seakan bisa membaca pikiran ibunya itu, Stella dengan setengah berbisik mendekatkan wajahnya ke arah Mona

"Biar aku tebak.. mama takut aku akan melakukan hal buruk kepada wanita itu, sama seperti apa yang aku lakukan kepada Shierra, iya kan ma?"

***

The XL Girl Named Bella (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang