"Pulang?" ulang David tanpa sadar
Perlahan Bella menganggukkan kepalanya sambil tersenyum
"Ya..aku mau pulang, aku senang tinggal bersama kalian, tapi... aku merindukan keluargaku."David terdiam sejenak mendengar perkataan itu, ia menatap wajah Bella dengan tatapan penuh kemudian ikut tersenyum
"Baiklah, kamu tidak akan pulang sendiri, kami akan ikut, kami juga perlu memperkenalkan diri dengan keluargamu, bukan?""Good idea, Dave." sahut Emily, ia bangga dengan respon yang diberikan oleh David.
Giliran Bella yang nampak terdiam kali ini, seketika jantungnya berdetak kencang kala mendengar ucapan dari David.
"Kamu mau pulang hari apa? Biar langsung aku pesankan tiketnya." tanya David sambil jarinya menekan tombol aplikasi pemesan tiket yang ada di ponsel.
Bella buru-buru menggelengkan kepalanya
"Ti-tidak David, aku belum siap jika harus memperkenalkan kalian dengan keluargaku." ucapnya dengan panik"What?" hanya itu yang mampu keluar dari mulut David, ia sejenak menyangsikan ucapan yang baru saja ia dengar dari Bella.
"Aku belum bisa memperkenalkanmu sebagai kekasih kepada keluargaku." ucap Bella lagi, kali ini dengan wajah penuh rasa bersalah.
**
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika Bella keluar dari kamar tidurnya sembari menenteng segelas cangkir kosong, ia kehausan dan tidak bisa tidur, pikirannya dipenuhi dengan ekspresi David yang nampak kecewa setelah ucapannya di restoran tadi.
Wanita itu tengah berjalan menuju dapur ketika tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, sementara wajahnya terlihat menegang. Bella mendapati David tengah duduk di meja makan dapur dengan sebotol wiski ditangannya.
"Bella.."
Terdengar suara pria itu memanggil namanya dengan pelan. Bella menelan ludahnya lalu memberanikan diri menghampiri David.
"Kamu mabuk?" Tanya wanita itu dengan wajah khawatir.
David tersenyum dengan mata setengah terpejam, ia kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.
"Tidak, aku sama sekali tidak mabuk." jawabnya dengan tenang, sementara aroma alkohol tercium dari mulutnya.Bella langsung mengamankan botol wiski dengan isi yang sudah tinggal sedikit itu dari tangan David.
"Sudah cukup minum-minumnya David, kamu harus istirahat." ucapnya kemudian sembari meletakkan botol wiski itu ke dalam lemari.
David tersenyum kembali melihat tindakan yang dilakukan oleh Bella, hanya saja senyumannya kali ini cenderung berbeda, ada kesedihan mendalam yang nampak jelas terlihat dalam senyuman itu.
"Who do you think you are?" Tanya pria itu dengan suaranya yang serak.
Bella seketika memutar tubuhnya untuk menatap sosok pria yang baru saja mengatakan kalimat itu padanya.
"Kamu selalu berbuat seenaknya padaku, kamu selalu mengatakan apapun yang ingin kamu katakan tanpa mempertimbangkan perasaanku.." David tersenyum sedih sembari mengalihkan pandangannya dari Bella, sementara itu muncul rasa bersalah di wajah Bella, ia sama sekali tidak bermaksud membuat pria itu bersedih.
"David, dengarkan penjelasanku dulu.." ucap Bella sembari melangkahkan kaki ke arah David, namun tiba-tiba saja pria itu memotong ucapannya.
"Apakah kamu malu untuk memperkenalkanku kepada keluargamu karena statusku yang sudah memiliki anak?"
tanya David dengan suara pelan.Bella menghentikan langkahnya, tubuhnya terasa kaku. Ia tidak menyangka David akan mengatakan hal itu kepadanya.
Melihat sikap diam Bella membuat David semakin yakin dengan dugaannya barusan. Pria itu melangkahkan kakinya dengan pelan menuju lemari untuk mengambil kembali botol wiski miliknya yang baru saja disimpan oleh oleh Bella.
"Jika memang itu yang kamu pikirkan, maka aku tidak bisa menahanmu, pulang saja jika memang itu keinginanmu Bella." ucap pria itu dengan tenang lalu meneguk kembali cairan memabukkan dari botol wiski itu.
***
Bella mulai meletakkan satu persatu pakaiannya ke dalam koper, sesekali ia mengelap airmata yang menetes membasahi pipi.
'This is so wrong..'
Berulang-ulang kali Bella mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri, semuanya terasa begitu salah saat ini.
Bella mulai mengutuki dirinya sendiri dalam hati, mengutuki dirinya yang ternyata hanyalah seorang pecundang.
Hatinya ia akui memang sudah bisa menerima kehadiran David, ia bahkan mencintai pria itu dengan sepenuh hatinya, tidak ada keraguan sama sekali akan hal itu, namun... untuk memperkenalkan David kepada keluarganya adalah hal yang berbeda, ia belum sanggup untuk melakukan hal itu, mentalnya belum cukup kuat.
Bella masih belum bisa mengatasi rasa takutnya, rasa takut yang muncul tepat di hari yang seharusnya menjadi hari kebahagiaannya itu, di hari yang seharusnya menjadi hari lamarannya.
Seakan kejadian itu baru saja terjadi kemarin, Bella masih bisa mengingat dengan jelas wajah kedua orangtuanya yang kecewa karena Kevin tidak datang di hari lamaran itu, wanita itu masih mengingat dengan jelas wajah dari para tamu yang terlihat kebingungan karena tidak kunjung munculnya calon mempelai pria di tengah-tengah mereka, bahkan ia masih mengingat dengan baik wajah Oma dan Opa nya yang menitikkan airmata mereka setelah tau bahwa cucu mereka batal untuk dilamar..
Ia tau bahwa pemikirannya ini begitu salah, namun ia takut bahwa hal buruk itu akan terjadi kembali, ia takut David akan pergi meninggalkannya seperti yang dilakukan Kevin, dan yang paling ia takutkan adalah..ia takut membuat keluarganya sedih kembali.
"I'm sorry David.." ucap Bella sambil menangis sesegukkan.
***
Keesokan harinya
Sepasang suami istri baru saja keluar dari pesawat dan tengah berjalan melintasi garbarata untuk menuju ke dalam Ngurah Rai international airport, sesekali terlihat senyuman sumringah di wajah keduanya yang menunjukkan betapa antusiasnya mereka saat ini.
"Mama belum telepon Bella kan? Kita telepon pas udah sampai di hotel aja sekalian kasih surprise." ucap Ronald kepada Yasmin dengan wajah jahilnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The XL Girl Named Bella (COMPLETED)
RomantizmBrakk! Bella sudah tidak sanggup lagi mendengar ucapan dari ibunya Kevin, tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya hingga ponsel itu membentur lantai dengan keras. "Kenapa kak?! Ada apa??" Tanya Reno dengan panik kepada kakaknya itu, orang-orang yang se...