Hari telah berganti hari, minggu telah berganti minggu, dan Bella masih berupaya berbohong bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan semua orang.
Di lingkungan luar Bella nampak ceria, dia ikut tertawa jika mendengar teman-temannya mengutarakan guyonan, performa kerjanya juga meningkat, membuat Roy yang merupakan atasannya tersenyum lega. Semua orang menyangka bahwa gadis itu telah benar-benar melupakan peristiwa pahit yang menimpa dirinya.
Namun,
Tidak ada yang benar-benar mengetahui apa yang dirasakan seorang Bella
Tidak ada yang menyangka bahwa gadis itu diam-diam menangis didalam kamarnya setiap malam.
Bella menutupi perasaannya dengan teramat sangat baik, hingga semua orang terkecoh.
Hatinya masih terasa sakit, teramat sakit.
Kevin telah menorehkan luka yang begitu dalam dihatinya, yang selamanya tak akan pernah bisa ia hapus. Luka itu mulai membusuk, mulai menggerogoti jiwa Bella.
Saat itu suasana terasa sunyi, langit malam juga masih terlihat gelap dan pekat, satu-satunya yang terdengar hanyalah suara detik jam dinding yang menggantung di kamar Bella, yang menunjukkan pukul tiga lewat sepuluh menit.
Bella dengan wajah yang bersimbah airmata, dan dengan tatapan kosong, turun dari tempat tidurnya, ia berjalan perlahan sambil membuka pintu kamarnya.
Tangan gadis itu mengambil sebilah pisau bergagang hitam yang berada di dapur.
'Just do it.'
Terdengar suara jahat berbisik ditelinganya, yang entah kenapa terdengar seperti suaranya sendiri.
'Semua penderitaan ini akan berakhir sebentar lagi.' Ucap suara itu lagi
Bella tersenyum dengan wajah kosongnya, lalu perlahan mengarahkan mata pisau ke pembuluh nadi di pergelangan tangannya.
Tinggal beberapa senti lagi sebelum pisau itu mengiris tangannya ketika tiba-tiba terdengar suara ponsel Bella berdering di kamarnya.
Deringan ponsel itu seolah menyadarkan Bella, gadis itu sontak melemparkan pisau yang ada di tangannya.
'Apa yang mau gue lakuin barusan?!' Tanya Bella dalam hati dengan wajah yang shock.
Gadis itu segera berlari masuk ke kamar lalu mengunci pintu kamarnya denga perasaan takut.
Ponsel Bella kembali berdering, gadis itu memutuskan untuk meraih ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar, nampaknya Bella masih tertekan dengan situasi yang ia alami barusan.
Panggilan di ponselnya itu ternyata berasal dari nomor yang tidak dikenal, sejenak Bella ragu untuk mengangkat panggilan itu, namun akhirnya ia memutuskan untuk menerimanya, paling tidak ia ingin tau siapa orang yang menelponnya ini dan secara tidak langsung menjadi orang yang telah menyelamatkan dirinya dari sebuah tindakan paling bodoh yakni mengakhiri hidupnya sendiri.
"Halo" ucap Bella pelan, suaranya terdengar serak.
"Bella."
Bella seketika menutup mulutnya dengan kuat, menahan agar mulutnya itu tidak berteriak.
wajah Bella terlihat kaget, sangat kaget.
Suara itu milik Kevin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The XL Girl Named Bella (COMPLETED)
RomansaBrakk! Bella sudah tidak sanggup lagi mendengar ucapan dari ibunya Kevin, tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya hingga ponsel itu membentur lantai dengan keras. "Kenapa kak?! Ada apa??" Tanya Reno dengan panik kepada kakaknya itu, orang-orang yang se...