Kebohongan

1.8K 189 9
                                    


"Omongan macam apa itu Kevin?! Jangan sembarangan kamu! Mana mungkin Bella melakukan hal itu!." Yasmin nampak murka setelah mendengar pernyataan dari Kevin yang mengatakan bahwa Bella saat ini tengah tinggal dirumah milik seorang pria, dan bukan di hotel seperti yang ia pikirkan selama ini.

"Saya mengatakan hal yang sejujurnya tante, saya sudah berusaha membujuk Bella untuk keluar dari rumah itu, tapi Bella menolak.." Terdengar suara Kevin dari balik telepon

Yasmin naik pitam, ia sangat menyayangkan ucapan Kevin yang seolah tengah menjelekkan Bella, anak perempuan semata wayangnya.

"Cukup Kevin, saya tidak percaya dengan ucapan kamu, ternyata saya salah menilai kamu ya Kev, kamu memang ngga pantes untuk Bella." Ucap Yasmin dengan geram, hatinya terasa sakit mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh Kevin terhadap anaknya.

Terdengar tarikan nafas yang cukup keras dari Kevin, pria itu terdengar hampir putus asa

"Terserah tante mau percaya atau tidak, yang jelas saya sudah memberitahukan semuanya, saya mencintai Bella, saya tidak akan pernah menjelekkan Bella, untuk itu jika tante ingin membuktikan kebenaran dari ucapan saya, saya minta tante Yasmin segera datang ke Bali, saya akan tunjukkan dimana Bella tinggal." Kaya Kevin pada akhirnya.

Yasmin dengan penuh emosi segera memutuskan panggilan telepon dari Kevin, ia sudah tidak tahan mendengar ucapan dari pria yang hampir saja menjadi menantunya itu. wanita itu terengah-engah menahan emosi yang tengah menyelimutinya sekarang, dan perlahan rasa takut muncul dari dalam diri Yasmin

'Bella, apa yang diucapkan oleh Kevin semuanya tidak benar kan, nak?'

***

Tok..tok..tok."

David menolehkan kepalanya kearah pintu ruang kerjanya ketika terdengar suara ketukan dari luar.

"Masuk." Ucap David singkat, lalu sepersekian detik kemudian masuklah seorang wanita melalui pintu itu.

"Ada yang bisa saya bantu pak David?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah Stella, beberapa saat yang lalu ia ternyata mendapat panggilan telepon dari David yang menyuruhnya untuk segera datang keruangannya.

David tersenyum santai lalu memberikan kode kepada Stella untuk duduk di kursi yang berada dihadapannya
"Silahkan duduk dulu, Stella." Kata pria itu.

Stella kemudian duduk di kursi dengan wajah terlihat bingung, ada rasa tidak nyaman yang tengah wanita itu alami.

David berdiri dari kursinya lalu berjalan melangkahkan kaki menuju sebuah lemari besi tempat ia biasa menyimpan dokumen penting.

"Ada suatu benda yang perlu saya tunjukkan kepada kamu Stella, siapa tau benda itu milikmu." Ucap David sambil lalu.

Stella hanya terdiam sambil memperhatikan gelagat David, dan dapat ia rasakan jantungnya mendadak berdebar lebih kencang saat ini.

David membuka pintu lemari dengan kedua tangannya dan mengeluarkan sebuah topi pantai berwarna merah, sebuah topi yang sempat ia temukan ditengah kejadian tenggelamnya Noah.

"Apakah topi ini milikmu?"

Stella terkejut menatap topi pantai miliknya yang kini berada ditangan David, topi pantai berwarna merah yang sengaja ia hanyutkan demi menarik simpati seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dan berharap bahwa anak itu akan tenggelam dan hilang untuk selama-lamanya.

Melihat respon Stella yang tidak menanggapi pertanyaannya, David kembali mengulangi pertanyaannya  sembari mendekati wanita itu.

"Saya tanya sekali lagi Stella, apakah topi ini milik kamu?"

David berjalan menghampiri Stella dengan wajah yang sulit untuk dijelaskan, tatapan pria itu begitu menusuk, siap menghakimi Stella yang kini seolah bagaikan telur diujung tanduk.

Stella buru-buru menggelengkan kepalanya kuat-kuat
"Bukan pak, saya tidak tidak pernah memiliki topi itu." Ucap wanita itu dengan wajah ketakutan.

David tanpa sadar menaikkan alisnya melihat sikap yang ditunjukkan oleh Stella
"Kenapa kamu begitu ketakutan, Stella? Ini kan hanya sebuah topi pantai." Tanya David dengan curiga.

Stella terdiam, perlahan peluh mulai membasahi wajahnya, ia tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa ia begitu ketakutan saat ini, takut bahwa semuanya akan terbongkar.

"Maaf pak, seperti yang saya bilang tadi, saya tidak pernah memiliki topi itu." Ucap Stella dengan pelan.

"Ohh oke, baiklah kalau begitu." David mengangguk-anggukkan kepalanya lalu kembali duduk dihadapan Stella, menatap raut wajah wanita itu dalam diam.

"Haruskah saya mempertemukan kamu dengan anak saya? Saya yakin anak saya bisa memastikan apakah kamu memang bukan pemilik topi ini atau sebaliknya." Ucap David tiba-tiba sembari melipat tangannya.

Stella menelan ludahnya dengan panik
"Ada apa dengan bapak? Kenapa bapak begitu ingin saya mengakui topi itu? Maaf pak tapi saya sama sekali tidak paham dengan tujuan anda, saya bukan pemilik topi itu, saya bahkan baru pertama kali melihat topi yang ada ditangan anda.."

Stella berusaha berkilah dengan mempertaruhkan semuanya, jantungnya berdebar dengan kencang saat ini, sedikit saja ia melakukan kesalahan, maka David akan mengetahui semua kebohongannya.

David hendak mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintunya, kemudian disusul suara langkah kaki yang memasuki ruangan, David menoleh dan mendapati Mona tengah berjalan menghampirinya dengan beberapa map coklat ditangannya.

"Pak David, ini semua proposal yang bapak minta, sudah saya buatkan." Ucap Mona sembari meletakkan map-map itu diatas meja David.

"Oke, thanks Mon." Ucap David singkat sambil mengangguk kecil, sebenarnya pria itu sedikit keberatan dengan Mona yang tiba-tiba masuk keruangannya disaat genting seperti ini.

"Oh ya pak David, bagaimana keadaan Noah sekarang? Apakah sudah membaik?" Tanya Mona dengan wajah khawatir.

David tersenyum sembari melemparkan tatapan kearah Stella yang duduk dihadapannya.
"Kondisi Noah sudah berangsur membaik Mon, beruntung saya memiliki anak yang kuat." Jawab David dengan suara pelan.

Mona terlihat lega setelah mendengar ucapan dari David
"Ohh syukurlah kalau begitu, saya dan Stella sempat khawatir begitu bapak menelpon dan mengabarkan bahwa Noah hampir tenggelam, kebetulan saat itu Stella juga sedang berada dirumah saya untuk membahas beberapa pekerjaan-."

David buru-buru memotong ucapan Mona yang saat ini tengah berbicara kepadanya,

"Wait, Stella ada dirumah kamu waktu saya menelpon?"Tanya David dengan cepat, seakan ingin memastikan kebenaran atas perkataan yang diucapkan oleh Mona barusan

Mona menganggukkan kepalanya
"Iya pak, Stella sudah ada dirumah saya sejak pagi, mengingat masa kerja saya disini tinggal 1 minggu lagi, jadi ia memiliki target untuk bisa menguasai semua pekerjaan yang berkaitan dengan posisinya sebelum masa kerja saya berakhir." Ucap Mona sambil tersenyum, wanita itu kemudian menoleh ke arah Stella.
"Benar seperti itu kan, Stella?" Tanya Mona kepada Stella.

Stella tersenyum, sekali lagi Mona berhasil menyelamatkannya dari situasi genting yang hampir saja membahayakan dirinya.
"Benar sekali ibu Mona." Jawab wanita itu.

***

The XL Girl Named Bella (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang