Sayang

2K 208 9
                                    

"Kalian tidak perlu khawatir, keadaan Noah baik-baik saja, tidak ada kerusakan organ vital, kemungkinan besar besok Noah sudah bisa pulang ke rumah." Ucap seorang dokter paruh baya kepada David dan Bella yang saat itu tengah berada di ruang perawatan Noah.

"Baik, terima kasih dokter atas infonya." Respon David sambil tersenyum lega.

Pria itu mengusap lembut kepala anaknya yang saat ini tengah tertidur pulas diatas ranjang rumah sakit, sementara sebuah jarum infus bersarang di pergelangan tangan anak itu.

Bella seharusnya ikut merasa lega mendengar kabar itu, namun sesuatu yang aneh justru terjadi, jantungnya sedari tadi terus berdebar kencang.

Sesekali Bella melirik David, pria itu terlihat jauh lebih tenang sekarang, Bella kemudian menundukkan wajahnya dan memandangi tangan David yang sedari tadi mengenggam tangannya dengan lembut, genggaman tangan itu terasa hangat dan menyenangkan di kulitnya.

Yup, genggaman tangan pria itulah yang membuat jantungnya berdebar kencang, seolah pria itu tidak akan membiarkannya pergi kemanapun.

"Bella, kita perlu bicara." Ucap David sesaat setelah dokter keluar dari ruang tunggu.

"Err.. okay." Kata Bella dengan ekspresi bingung.

David menarik nafas panjang lalu menolehkan wajahnya kearah Bella, pria itu menatap wajah Bella dengan pandangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Bella tau ada banyak hal yang David ingin ungkapkan kepadanya, namun alih-alih mengatakannya secara langsung, David tiba-tiba melingkarkan lengannya ditubuh Bella lalu memeluk tubuh wanita itu dengan erat.

Terdengar sayup-sayup suara isakan tangis dari mulut pria itu.

"Saya tidak tau apa yang akan terjadi pada Noah jika saat itu kamu tidak ada Bella..." ucap pria dengan suara parau.

Bella mengangkat tangannya lalu mengusap-usap punggung David dengan lembut
"Walaupun saya tidak ada saat itu, saya yakin kamu tetap bisa menyelamatkan Noah." Balas Bella sambil tersenyum.

Pria itu menggelengkan kepalanya perlahan
"Tidak, saya sudah tidak bisa berpikir jernih saat itu, semuanya terjadi begitu cepat, dan saya sangat takut dengan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada Noah.." Kata David dengan suara tercekat.

Perlahan Bella merasakan bola matanya memanas, jujur saja ia juga sangat merasakan ketakutan saat itu, dan merupakan sebuah keajaiban baginya ketika Noah ternyata masih bisa bertahan hidup.

"Bukan hanya kamu yang menyayangi anak itu David, saya pun juga menyayanginya, dan saya akan berusaha melakukan apapun agar bisa melihat senyum di wajah Noah." Kata Bella kepada David dengan suara pelan.

Bella merasakan tubuh David menegang saat dirinya baru saja mengatakan hal itu, perlahan pria itu melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Bella dengan tatapan penuh. Pria itu kemudian perlahan mengangkat tangannya lalu menghapus sisa airmata di pipi Bella.

"Mengapa kamu menyayanginya?" Tanya pria itu

"Karena dia sangat manis dan menggemaskan." Jawab Bella dengan cepat sambil tersenyum, meskipun dalam hati ia merasa bingung dengan pertanyaan David

David ikut tersenyum mendengar jawaban itu, dan perlahan senyuman itu berubah menjadi tawa, sebuah tawa bahagia.

"Terima kasih karena telah datang di hidup kami, Bella." Kata pria itu dengan tulus.

***

David menyesap kopi instan yang baru saja ia beli di vending machine dekat pintu keluar rumah sakit, harus ia akui kopi itu rasanya tidak terlalu enak, namun ia butuh asupan caffein untuk sekedar menyegarkan pikirannya.

Pria itu mengangkat tangannya lalu meletakkan telapak tangannya di dada, dapat ia rasakan jantungnya yang berdebar kencang sedari tadi, tepatnya sejak ia terus menerus menggenggam tangan Bella tanpa sadar ketika mereka berada di ruang perawatan Noah.

Alam bawah sadarnya seolah memberitahukan kepadanya untuk tidak melepaskan wanita itu, seolah wanita itu adalah sosok yang sangat penting dihidupnya, begitu sulit untuk mengalihkan pikirannya yang saat ini dipenuhi dengan wajah Bella; senyumannya, tawanya, bahkan tangisnya, semuanya seolah berputar-putar di benak David.

David menengadahkan wajahnya ke atas, memandangi langit sore yang saat ini berwarna jingga kekuningan, perlahan bibir pria itu tersenyum, ia yakin saat ini Shierra tengah memandanginya dari atas sana.

Shierra, sepertinya aku menyukai seseorang, apa yang harus kulakukan sekarang?'

***

"Stella, kamu dari mana saja tadi? Kenapa baru pulang sekarang?" Tanya Mona dengan wajah cemas kepada Stella yang baru saja turun dari mobilnya.

"Aku tadi ada urusan ma." Jawab wanita itu dengan singkat sembari membuang muka, lalu berjalan menuju ke kamarnya dengan cepat.

Mona buru-buru memegang tangan Stella yang nampak bergetar hebat, entah kenapa perasaannya tentang Stella sangat tidak enak saat ini.

"Apa yang terjadi Stella? Apa yang sudah kamu lakukan?!" Tanya Mona dengan was-was.

Stella menatap Mona dengan kesal, ditepisnya tangan Mona dengan cepat sehingga pegangan tangan wanita itu ditangannya terlepas.

"Apa yang aku lakukan bukan urusan mama." Ucap wanita itu dengan kasar, lalu segera pergi meninggalkan Mona seorang diri.

Mona menatap punggung Stella yang semakin menjauh sembari memegang dadanya, hatinya sakit, teramat sangat sakit.

'Mengapa kamu seperti ini nak?' Batin Mona dengan wajah sedih.

Tiba-tiba saja wanita itu mendengar ponselnya yang ia letakkan di atas meja berbunyi, Mona langsung mengambil ponselnya itu dan mendapati nama David tertera di layar ponsel.

"Hai Dave." Jawab Mona dengan cepat. Ia dan David terbiasa saling berbicara dengan bahasa informal jika mereka sedang tidak berada dikantor atau saat berbicara lewat telepon seperti ini.

"Hi Mon, saya besok tidak masuk kerja, tolong besok pagi kamu hubungi pihak-pihak yang sudah memiliki jadwal meeting dengan kita untuk di reschedule lagi jadwalnya ya." Pinta David dari seberang telepon

"Oke Dave, besok pagi langsung saya kerjakan. By the way boleh saya tau apa alasan kamu tidak masuk kerja?" Tanya Mona dengan wajah penasaran.

Butuh beberapa saat bagi David untuk kemudian menjawab pertanyaan itu, nampaknya ia cukup berat memberitahukan alasan yang menyebabkan ia tidak bekerja besok.

"Noah sedang dalam kondisi kurang baik Mon, tadi sore dia hampir tenggelam saat bermain di pantai, untuk itu besok saya ingin menemani Noah terlebih dahulu sampai dia kembali pulih." Jawab David.

Mona tanpa sadar menutup mulutnya mendengar jawaban itu, tanpa sadar wanita itu langsung teringat pada perilaku yang ditunjukkan oleh Stella barusan

'Apakah ini ada hubungannya dengan Stella?'
Batin Mona dengan wajah cemas.

***

The XL Girl Named Bella (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang