Emily mengelap airmata yang jatuh di pipinya menggunakan tangan kanannya yang bebas, sementara tangan kirinya tengah memegang ponsel yang tengah ia tempelkan di telinganya.
"Emily, please stop crying.." terdengar suara David dari balik telepon.
"Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu Dave? aku mengkhawatirkanmu setengah mati.. please don't do this.." ucap Emily sembari terisak menahan tangisnya.
"Em, dengarkan aku baik-baik.. cuma ini satu-satunya cara yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan Noah dan Bella, tidak ada cara lain.." bujuk David kepada Emily.
Emily dengan cepat menggelengkan kepalanya kuat-kuat, meskipun ia tau David tidak sedang melihatnya saat ini, ia melakukan itu secara refleks untuk menunjukkan betapa tidak setujunya ia dengan ucapan kakak laki-lakinya itu.
"Aku yakin pasti ada jalan lain Dave, tindakanmu ini bisa saja menjebloskan dirimu sendiri ke dalam penjara!"
Terdengar suara tawa David dari balik telepon
"Masuk penjara jauh lebih baik daripada kehilangan orang-orang yang aku sayangi Em, kamu tau itu kan?"Emily tidak mampu berkata-kata lagi sekarang, ia tau ia tidak akan pernah bisa mengubah pemikiran David, terlebih saat ini.
"Em, apakah kamu sudah menemukan brankasnya?" Terdengar suara David lagi
"I-iya.. aku sudah menemukannya.." jawab Emily dengan tersedu-sedu.
"Bagus sekali Em.. sekarang tolong buka brankas itu menggunakan tanggal lahir Shierra, lalu ambil pistol dan pelurunya kemudian antarkan kepadaku, Aku akan tiba 2 menit lagi dan menunggu diluar, kamu paham kan Em?"
Emily mengelap airmata yang jatuh membasahi pipinya, entah kenapa ia merasakan firasat buruk tentang hal ini.
"Em? Are you there?" Tanya David yang heran karena Emily belum merespon pertanyaannya.
Emily perlahan menganggukkan kepalanya
"Iya Dave, aku disini, dan aku paham maksudmu.""Bagus, aku bangga sekali padamu Emily..aku tau kamu seorang adik yang sangat bisa diandalkan, maaf kalau aku begitu merepotkanmu hari ini...aku janji ini yang terakhir kalinya."
**
"Nah... baiknya siapa yang harus aku bunuh terlebih dahulu diantara kalian berdua?" tanya Stella dengan enteng, seolah pertanyaan itu bukanlah apa-apa.
Nampak dihadapannya berdiri Noah dan Bella yang saling berpegangan tangan, nampak jelas raut ketakutan di wajah Noah, sementara Bella menatap Stella dengan pandangan was-was.
"Yourself, just kill yourself." Sahut Bella menanggapi pertanyaan Stella barusan.
Stella langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Bella kepadanya.
"Aku tidak akan melakukan hal itu, hidupku jauh lebih berharga dari hidupmu, jika kamu mati.. tidak akan ada orang yang menangisi wanita jelek dan gendut sepertimu." balas Stella dengan keji.
Bella mendengus menanggapi perkataan Stella.
"Hidupmu berharga dari segimananya? Kamulah wanita penuh iri dengki dan pantas mati, oh Stella.. you should remember what I told you before, you should eat some make up so you can be pretty on the inside."Wajah Stella menegang, ucapan Bella barusan seakan berubah menjadi tamparan keras baginya. Tanpa sadar wanita itu mengepalkan tangannya sembari menatap wajah Bella dengan penuh amarah.
"Okay, I think I need to kill you first, Bella."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The XL Girl Named Bella (COMPLETED)
Roman d'amourBrakk! Bella sudah tidak sanggup lagi mendengar ucapan dari ibunya Kevin, tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya hingga ponsel itu membentur lantai dengan keras. "Kenapa kak?! Ada apa??" Tanya Reno dengan panik kepada kakaknya itu, orang-orang yang se...