*1 minggu kemudian*
Perlahan tapi pasti situasi mulai kembali normal, semua hal yang menyangkut tentang tindakan penyerangan yang dilakukan oleh Stella telah tuntas diusut oleh pihak kepolisian, sidang hukuman telah di gelar dan Stella di jatuhi hukuman penjara untuk waktu yang cukup lama, begiu pula dengan Mona, ia turut diadili karena telah sengaja menyembunyikan identitas anaknya yang merupakan pelaku pembunuhan Shierra selama bertahun-tahun.
Well...seperti kata pepatah, Apa yang kamu tanam, itulah yang kamu tuai, baik Stella maupun Mona kini tengah 'menikmati' ganjaran dari perbuatan yang telah mereka lakukan sebelumnya.
David baru saja selesai melakukan rapat internal dengan pihak pemasaran ketika telepon di meja kerjanya berbunyi, pria itu mengendurkan dasinya sembari mengangkat telepon itu.
"Selamat sore Pak David, saya Lina dari divisi HR, saya baru saja mengirimkan email terkait beberapa kandidat yang telah menjalani beberapa tahapan seleksi untuk kemudian menjadi sekretaris bapak, seperti yang bapak perintahkan kepada kami selaku HR untuk meminta persetujuan kepada bapak terlebih dahulu dan tidak langsung memilih karyawan..
"Saya sudah punya kandidat sendiri." Potong David dengan cepat.
"Maaf pak?"
"Saya tidak butuh bantuan HR kali ini, karena saya sudah menemukan seseorang yang cocok untuk menjadi sekretaris saya." Ucap pria itu sambil tersenyum.
**
"Dad, kita mau makan dimana?" tanya Noah yang tengah duduk manis di kursi penumpang.
David disela-sela aktifitas menyetirnya menjawab pertanyaan dari anaknya itu.
"Kita akan makan di salah satu restoran seafood terbaik di Ubud, you like King Crab, don't you?" tanyanya sembari mengacak pelan rambut Noah."Yea dad! Bella juga suka kepiting kan?" Noah seketika langsung menoleh ke kursi belakang, tepat dimana Bella tengah duduk saat ini.
Bella tersenyum lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan itu.
David melirik singkat Bella melalui kaca spion dalam, ia merasakan sikap wanita itu sejak 2 hari terakhir ini sedikit berubah, cenderung menjadi sedikit lebih pendiam daripada biasanya, dan ia sama sekali tidak tau penyebab dari hal itu.
'What happened to her?' David membatin, wajahnya terlihat khawatir.
"Sepertinya Rebecca sedang berada di Ubud juga." Celetuk Emily sambil melihat-lihat feeds akun instagramnya melalui ponsel.
"Rebecca? Who?" tanya David langsung.
Dalam hati Emily mengutuk tabiat David yang seringkali dengan cepat melupakan sesuatu yang dianggapnya tidak penting.
"One of my friends, kamu pernah bertemu dengannya Dave, she liked you." Jawab Emily singkat sembari melirik sekilas Bella yang ternyata tengah sibuk dengan 'dunia'nya sendiri, wanita itu sedang memperhatikan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang melalui kaca mobil dengan pandangan kosong, bisa dipastikan ia sama sekali tidak mendengar jawaban dari Emily yang duduk disebelahnya, dan itu membuat Emily bernafas lega.
"Ohh.." hanya itu yang keluar dari mulut David menanggapi jawaban dari adiknya itu.
"Tidak mau mengubah rencana?" tawar Emily dengan wajah cemas.
David terkekeh lalu menggelengkan kepalanya.
"No, ada banyak restoran di Ubud Em, sangat kecil kemungkinan akan bertemu dengan temanmu itu."**
"Bella, are you okay?"
David bertanya dengan suara pelan kepada Bella yang berjalan disebelahnya, saat ini mereka baru saja turun dari parkiran mobil dan hendak berjalan bersama menuju restoran yang akan mereka tuju.
"I''m pretty fine Dave. Kenapa memangnya?" tanya Bella dengan wajah heran.
David menarik nafas lega mendengar jawaban itu.
"Tidak apa-apa, aku hanya merasa kamu sedikit pendiam akhir-akhir ini.. itu membuatku cemas." jawab David sembari menggenggam tangan Bella dengan lembut.Bella terdiam sejenak sembari menatap wajah pria yang tengah berdiri disebelahnya itu, dan perlahan wanita itu menunjukkan senyumnya.
"Aku tidak apa-apa Dave, jangan khawatir."
***
Nyatanya, istilah dunia tidak selebar daun kelor memang benar adanya, disaat mereka tengah asik makan bersama, tiba-tiba Emily merasakan seseorang memegang pundaknya dari arah belakang
"Emily!"
Secepat kilat Emily menolehkan wajahnya dan mendapati Rebecca tengah tersenyum lebar.
"You should tell me that you're in Ubud!" ucap Rebecca dengan heboh.
"O-ohh Becca! I didn't know you're here.." balas Emily sembari langsung memeluk Rebecca dan melemparkan pandangan tajam ke arah David, pandangan yang bermakna 'I told you Dave! Kita seharusnya tidak makan di Ubud!'
Setelah menerima pelukan dari Emily, Rebecca sekonyong-konyong langsung menghampiri David dan membentangkan tangannya untuk kemudian memeluk tubuh pria itu, seakan ia dan David memang memiliki hubungan sedekat itu.
"I missed you, Dave." ucap Rebecca setengah berbisik di telinga David, ia lalu mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
David hanya tersenyum canggung menanggapi tingkah wanita itu, ia lalu melirik Bella dan mendapati Bella tengah menatapnya balik sembari menaikkan alisnya sebelah.
'This is not good..' David membatin dalam hati.
"Becca, bukankah kamu ada pemotretan sebentar lagi?" tanya Emily dengan tiba-tiba.
Rebecca langsung mengangkat bahunya
"Pemotretannya ditunda besok, so..yeah, I'm free now! May I join you guys?" pinta Rebecca dengan wajah penuh harap.'Damn it!' umpat Emily dalam hati. Ia langsung berusaha keras untuk mencari-cari alasan agar Rebecca tidak bergabung dan merusak suasana ketika tiba-tiba terdengar suara David menjawab permintaan dari Rebecca.
"I'm sorry Becca, tapi sayangnya tidak ada kursi tersisa, and..""Oh! Aku bisa meminta pelayan untuk menambahkan kursi!" potong Rebecca dengan semangat
"And I'm with my girlfriend, Becca.. perkenalkan, ini Bella, she's my girlfriend." kata David sembari menggenggam tangan Bella tepat di hadapan Rebecca.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The XL Girl Named Bella (COMPLETED)
RomanceBrakk! Bella sudah tidak sanggup lagi mendengar ucapan dari ibunya Kevin, tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya hingga ponsel itu membentur lantai dengan keras. "Kenapa kak?! Ada apa??" Tanya Reno dengan panik kepada kakaknya itu, orang-orang yang se...