"Okay, I think I need to kill you first, Bella."
Bella menelan ludahnya, sementara wajahnya terlihat menegang, seakan tengah bersiap menghadapi maut yang sebentar lagi akan mendatanginya.
'Mati juga sebenarnya bukan pilihan yang buruk.' Batin Bella dalam hati sambil tersenyum pahit. Wanita itu teringat akan usahanya dulu yang pernah mencoba mengakhiri hidupnya sendiri akibat depresi yang sempat ia alami beberapa waktu yang lalu, meskipun kemudian tanpa disadari depresi itu semakin lama semakin memudar seiring dengan hari-hari yang ia lalui bersama Noah dan David.
'Dear David, I wish I could be with you..'
Dari luar terdengar suara langit bergemuruh disebabkan petir, nampaknya sebentar lagi hujan akan turun. Bella perlahan memejamkan matanya seiring dengan Stella yang berlari menghampiri dengan pisau dapur mengarah tepat ke jantungnya. 'Pasrah', hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini, jika memang ini takdirnya maka ia tidak akan berniat untuk melawan sedikitpun.
Tiba-tiba terdengar nada dering ponsel, Bella membuka mata dan mendapati Stella tengah mematung sembari menatap ponsel yang berbunyi di tangannya itu
"David?"ucap Stella tanpa sadar.
Terlihat jelas ekspresi kaget di wajah Stella, ia merahasiakan nomor teleponnya dari siapapun, hanya dua orang yang ia perbolehkan mengetahui nomor yang ia gunakan saat ini, yakni Mona dan... David.
Stella sebenarnya sudah menduga bahwa David akan segera menghubunginya, mengingat tindakannya atas Mona pagi tadi yang sudah kelewatan, besar kemungkinan ibunya itu sudah membocorkan identitasnya kepada David.
'Kira-kira apa yang akan pria itu katakan? Oh.. bagaimana kalau dia sudah tau apa yang sedang terjadi saat ini? Apakah dia akan marah besar? apakah dia akan memohon agar aku melepaskan anak dan pacarnya yang jelek itu?' Stella membatin sembari melirik Noah dan Bella yang berdiri mematung.
Apapun jawabannya, wanita itu mendapati segala hal yang berkaitan dengan David mampu membuatnya penasaran, tak terkecuali dengan panggilan telepon masuk dari pria itu saat ini.
"Halo?" Stella akhirnya memutuskan menerima panggilan itu.
"Maaf.."
Stella mengernyitkan keningnya. David yang meminta maaf padanya bukanlah hal yang telah ia prediksikan sebelumnya.
"Maaf untuk apa?" Tanya Stella"Maaf karena aku baru mengenalimu, beberapa tahun yang lalu kita ternyata pernah bertemu dan aku baru menyadari itu sekarang.
Stella tertegun mendengar ucapan David, seketika jantungnya berdebar-debar. 'Is this for real? Apakah dia benar-benar mengingat kejadian itu?' Batin Stella, sementar perlahan senyuman mulai tercetak dari bibirnya yang tipis.
Ia masih mengingat dengan sangat baik kenangan ketika ia bertemu dengan David untu pertama kalinya, dan di momen itulah yang membuat Stella langsung jatuh hati kepada pria itu.
"Setelah peristiwa itu aku berusaha mencarimu kemana-mana Stella, karena..aku sebenarnya sangat tertarik padamu, seharusnya waktu itu aku menanyakan namamu."
Seketika Stella membelalakkan matanya setelah mendengar ucapan David, ia sama sekali tidak menyangka sosok David yang selalu dingin baru saja mengatakan hal itu padanya.
"You're kidding me right? Kamu waktu itu malah memilih pacaran dengan Shierra!"

KAMU SEDANG MEMBACA
The XL Girl Named Bella (COMPLETED)
RomanceBrakk! Bella sudah tidak sanggup lagi mendengar ucapan dari ibunya Kevin, tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya hingga ponsel itu membentur lantai dengan keras. "Kenapa kak?! Ada apa??" Tanya Reno dengan panik kepada kakaknya itu, orang-orang yang se...