Part 51

5.1K 665 299
                                    


Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

Happy Reading ❤️

Rona sudah bersiap dengan pakaian yang kini melekat di tubuhnya, pakaian yang seharusnya tak ia pakai untuk melaksanakan acara yang diinginkan Zaki.

"Keluar Rona, Fawas sudah menunggu" ujar Zaki, Rona memejamkan matanya hatinya sangat gelisah.

"Ayo Rona" ujar Zaki, Rona mengangguk pasrah.

"Hapus air matamu, mereka tak boleh melihat wajah sedihmu" ujar Zaki mengusap air mata Rona.

Zaki merangkul pinggang putrinya keduanya menuruni tangga banyak tamu undangan yang menatap kagum putrinya.

"Senyum lah" ujar Zaki.

"Ini dia calon tunangan perempuannya, cantik sekali bukan?" ujar MC berdiri di atas panggung, semua tamu undangan bersorak. Rona hanya diam ia bisa melihat Fawas tersenyum manis padanya, tapi yang Rona ingin lihat saat ini hanya senyum Lais.


Kembali dengan Lais pemuda yang kini masih berlari ia tak perduli dengan lututnya yang mengeluarkan darah karena jatuh berkali-kali tapi ia tetap berusaha.

"Gue gak tau apa yang terjadi sama gue setelah ini, tapi gue cuma mau gagalin pertunangan Lo, pertunangan yang gak Lo mau" gumam Lais, matanya mulai memberat akibat pening dikepalanya yang bertambah.

Tinnnnnn

Bruk

Lais kembali bangkit hampir saja ia tertabrak mobil, mobil itu tak berhenti. Ia mulai menatap sekeliling sepi? Kenapa di saat ia butuh bantuan kenapa tak ada yang lewat.

"Lima belas menit lagi Lais, Lo harus sampe" ujar Lais, dengan sekuat tenaga ia kembali berlari.

Lais bernafas lega saat ia sudah lebih dekat dengan rumah yang dipakai untuk acara itu. Saat ia ingin menyebrang tiba-tiba.

Brak

"ARGHHH" Lais memekik karena kepalanya membentur trotoar darah mengalir dari dahinya bercampur dengan derasnya hujan. Ia menoleh ke arah motor yang tadi menyerempet dirinya ternyata motor itu berlalu begitu saja.

"S-satu menit lagi Lais" gumam Lais, sungguh ia tak perduli jika ia akan mati setelah ini, yang jelas ia harus menggagalkan acara Rona terlebih dahulu.

Prok, prok, prok.

Mereka bertepuk tangan karena acaranya berjalan dengan lancar, kini mereka tengah menikmati hidangan yang tersaji.

"Makan dulu" ujar Fawas pada Rona, tapi di abaikan.

"Gak nyangka, gue gak bisa jadi pacar Lo tapi gue malah jadi tunangan Lo beruntung banget gue" ujar Fawas, mungkin baginya ini keberuntungan tapi berbeda dengan Rona karena baginya ini adalah penderitaan.

"Mau kemana?" tanya Fawas.

"Ambil minum" ujar Rona.

"Gue aja" Fawas mengambil satu gelas berisi sirup untuk Rona.

"Thanks" ujar Rona.





Lais sudah di depan gerbang rumah yang Lais tak tahu milik siapa, ia mencoba membuka gerbang itu tapi tak bisa.

"RONAAAA" seru Lais dari depan gerbang.

"GUE DI DEPAN, KELUAR RON" ujar Lais, ia terduduk lemas pandangan nya semakin memburam kepalanya berdenyut hebat, nafasnya tersengal-sengal. Ia tetap mencoba meneriaki nama Rona.

"RONAAAA" Rona tersentak saat mendengarkan suara teriakan seseorang tapi ia menoleh ke semua tamu undangan tak ada yang terganggu. Apa ia hanya salah dengar.

"Gue ke toilet dulu" ujar Fawas di angguki Rona.

"Bener gak sih suara orang teriak?" gumam Rona ia melangkah ke pintu utama, sebelumnya ia melihat papa nya tengah berbincang dengan rekan-rekannya.

"RONAAAAA" Rona tersentak saat ia sudah diluar ia mendengar jelas itu suara teriakan dan suara itu berasal dari depan gerbang.

"GUE DIDEP- ARGHH" Lais memegangi kepalanya yang semakin berdenyut, ia terjatuh hingga kepalanya membentur aspal ia berfikir dalam hitungan detik ia tidak akan melihat Rona lagi namun salah ia dapat
melihat Rona berlari ke arahnya dia mencoba membuka gerbang, Untuk pertama kalinya seorang Lais Rivandra meneteskan air matanya ia tersenyum miris melihat jari manis Rona yang sudah terpasang cincin, apa ia terlambat? Perjuangannya tak ada hasil?.

"LAISSSSS" seru Rona ia terkejut saat melihat di gerbang seperti ada orang dan ternyata adalah Lais. Rona menangis melihat kondisi Lais saat ini wajah yang penuh darah, kain di lutut yang robek, telapak kaki Lais yang terluka.

"Lais aaaaa Lais hiks" Rona menangis memeluk tubuh lemah Lais.

"G-gue gagal ya?" tanya Lais lirih, ia mencoba menghapus air mata Rona dengan matanya yang terpejam. Ia bisa merasakan jika air mata Rona mengalir deras meski tercampur derasnya air hujan.

"Hiks buka mata lo, jangan tutup mata, gue mohon" ujar Rona ia tak sanggup melihat Lais tak berdaya seperti ini. Ia mengabaikan perkataan Lais.

"S-sakit, tapi lebih sakit ini" ujar Lais ia membuka matanya meski menyipit, ia menunjuk dadanya, bermaksud memberi tahu Rona tubuhnya memang sakit tapi hatinya lebih sakit.

"Hiks plis" sungguh Rona tidak sanggup melihat Lais seperti ini.

"Coba b-bilang sa-yang" ujar Lais dengan terbata.

"S-sayag hiks plis jangan tutup mata" ujar Rona dengan tangisannya yang semakin kencang.

"Jangan sambil nangis" ujar Lais dengan terkekeh.

"Sayang" ujar Rona.

"P-pegang dada gue, masih berdetak kan?" ujar Lais ia menuntun tangan Rona, untuk memegang dadanya.

"Masih" ujar Rona ia membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan satunya.

"M-mata gue mungkin ter-tutup, tapi jantung gue masih berdetak karena lo disamping gue" ujar Lais, Rona mungkin tidak tahu jika Lais menangis, karena pemuda itu menangis di balik derasnya hujan.

"Hiksssss jangan gini" Rona memeluk erat tubuh Lais sangat erat seolah tak membiarkan Lais pergi darinya.

"Tapi gue gak tau kalo nanti lo gak ada di samping gue" lanjut Lais dengan mata tertutup, Rona menangis meraung dadanya sesak sangat sesak nafasnya tercekat.

"Gak, bangun ayo buka mata lo hiksssssss" Ia mencoba membangunkan Lais.

"ARGHHH BANGUN LAIS" jerit Rona di bawah derasnya hujan ia tak memperdulikan baju berwarna biru laut nya yang kini di penuhi noda darah.








Follow akun WP aku juga, untuk kalian yang belum follow.




















TBC ❤️

LAISRIVANDRA [END] [#S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang