Chapter 8

362 62 0
                                    

Diruangan lain di rumah sakit, tempat ini tak ada orang yang tau, kecuali Wendy, Yerin dan sang pemilik rumah sakit Jungwon sebelumnya.

Dan saat ini, Yerin sedang menatap wajah seorang pria yang kian menua terbaring di ranjang rumah sakit dengan alat bantu di seluruh tubuhnya.

"Mau sampai kapan kau akan terus membiarkan ayahmu tersiksa oleh alat alat rumah sakit"
"Kau tak kasian pada ayahmu" suara bentakkan Taehyung terlintas di pikirannya.

Memang benar jika ayahnya kini pasti sangat kesakitan dengan alat alat yang terpasang di tubuhnya. Ia sudah terbaring cukup lama di rumah sakit ini. Sudah hampir 10 tahun lamanya ia tinggal di sini. Tubuhnya semakin hari semakin kurus.
Satu tetes air mata berhasil keluar "Appaa.." ucapnya, ia mengepal kedua tangannya "Aku.. aku sudah berusaha untuk membuatmu tetap hidup, apa itu pilihan yang salah"

# Kejadian itu berawal ketika sang ayah dan ibu pergi untuk mengunjungi seorang teman yang tengah sakit dan di rawat. Mereka memutuskan untuk membesuknya, namun hal lain justru membuat mereka hampir kehilangan nyawa. Kejadian itu sangat mengerikan, ketika kendaraan mereka menubruk membatas jembatan layang hingga membuat mereka berdua terjatuh ketrotoan yang berada di bawah jembatan. Dan kejadian itu juga membuat sang ibu lumpuh total dan sang ayah yang kini tengah terbaring koma.

"Yerin" ucap Wendy yang memasuki ruangan, pandangan Yerin teralihkan pada temannya "Maaf.. aku harus merepotkanmu" ucapnya. Wendy menggeleng "Kau tak merepotkanku" ia lantas mengelus punggung Yerin dengan lembut untuk menenangkannya. "Aku akan menjaganya, jadi.. kau tak perlu khawatir di sana" Yerin mengangguk, manik matanya kembali pada sang ayah "Wendya" ucap Yerin langsung mendapat deheman dari lawan bicaranya.

"Apa aku salah, jika membuatnya terus bertahan dengan alat alat ini?" tanya Yerin

"Aku tidak tau itu salah atau pun benar"
"Kau mencoba untuk membuat ayahmu tersadar, sebagai seorang anak mungkin hal ini juga pasti akan aku lakukan"
"Namun.. kau juga harus siap menerima resiko jika suatu saat__" Wendy menghentikan ucapannya, ia lantas membawa kepala Yerin dan menyandarkannya di pundaknya. Air mata Yerin tumpah "A..aku.. aku hanya mencoba yang terbaik.. tapi.." Wendy mengelus kepala temannya untuk menenangkannya. "Jungkook.. ia selalu bertanya tentang ayahnya.. ia selalu menunggu jika ayahnya akan pulang.. dia.. dia sangat dekat dengan ayah di banding diriku.."
"Aku melakukan ini untuknya.."
"Aku tau jika ayah pasti kesakitan, tapi.. aku tak ingin melihat adikku selalu mengharapkannya pulang"
"Ini semua salahku.. aku sempat mengatakan jika ayah akan pulang"

"Sudahlah" Wendy memengang pundak Yerin dan menghadapkan padanya "Dengarkan aku"
"Keputusanmu yang mencoba menyelamatkan ayahmu, aku menghargai itu"
"Tapi.. cobalah berbicara pada adikmu, kau hanya membuatnya semakin sakit.. dan lagi kini dia telah dewasa, dia pasti mengerti"
"Selama ini kau banting tulang untuk membuat adikmu bertahan hidup dan melanjutkan sekolahnya hingga saat ini"
"Kau sudah bekerja sangat keras"

Yerin menatap wajah temannya "Terima kasih, sudah menjadi temanku"

"Sudahlah,.. kau harus segera pergi bukan" Yerin mengangguk membenarkan ucapannya "Kajja, aku antar" ajak Wendy.

Kini Yerin berada di samping mobilnya, ia belum juga berangkat karena Suga terus berbicara, dan Yerin hanya pasrah mendengarkan semua ocehan agar ia tak pergi.

"Yaa.. sudahlah, Yerin bisa terlambat" kesal Wendy, sementara Yerin hanya terseyum.

"Kau pergilah, jangan dengarkan ocehan tak jelasnya"
"Hati hati" ucap Wendy dan mendapat anggukkan serta deheman. Suga melambaikan tangan tanda perpisahan. "Aku akan kembali, tenang saja" ucap Yerin sambil menepuk pundak Suga "Aku pergi" sambungnya dan masuk kedalam mobil.

Hi And Bye..✓ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang