"Yerin" teriak Wendy yang tengah berlari ke arah temannya. Yerin yang saat itu hendak masuk ke ruangan pasien pun terhenti tepat di hadapan pintu. Wendy menariknya agar sedikit menjauh dari ruangan itu "Mwo?" ucap Yerin
Wendy menunjukkan berkasnya "Lihat ini" manik mata Yerin teralihkan pada kertas itu "Lalu" ucapnya
Wendy menghela napas setelah mendengar ucapannya "Ini kali pertamanya kau menolak operasi, ada apa denganmu"
"Aku baik"
"Aku hanya sedang malas saja""Ini bukan seperti Yerin yang ku kenal"
"Aish.. aku menolak operasi hari ini karena ada sesuatu yang harus aku lakukan"
"Baiklah baiklah aku bercanda"
"Sudah.." ucap Yerin dan masuk kedalam ruangan di belakangnya.
Yerin berjalan masuk keruangan itu "Han bagaimana kab__" ia terhenti saat manik matanya melihat putrinya yang tengah berbaring "Bunda" ucap Rin. Manik matanya melirik ke arah nomor ruangan yang ternyata ia memasuki ruangan yang salah, ini karena Wendy yang menariknya barusan hingga ia terlewat satu ruangan.
Mau tak mau ia pun berjalan ke arah ranjang, manik matanya melihat sang putri yang pucat dan tengah di infus. "Kau baik baik saja" Rin menggeleng "Dimana nenekmu"
"Aku menyuruhnya untuk mencari makan, karena nenek belum makan dari semalam" jawabnya. Yerin mengingat kejadian kemarin, dimana ibunya datang kerumah sakit, dan juga Taehyung yang tiba tiba memberikan tugas padanya. "Jadi ini yang terjadi, putriku sakit" batinnya.
Ia pun memeriksa jam tangannya "Maaf, bunda harus pergi sekarang" ucapnya, namun tangan Rin menahan tangannya "Tak bisakah bunda disini sebentar" pintanya, ia pun lantas duduk di kursi "Baiklah, tapi hanya 10 menit" Rin mengangguk sambil menutup matanya. Yerin menggenggam tangan putrinya yang sangat panas, tangannya terulur untuk mengusap puncuk rambutnya. "Kau sudah makan" Rin menggeleng dalam tidurnya sulit baginya untuk membuka matanya. "Mau bunda suapi"
"Makanan rumah sakit tak enak"
"Itu karena Rin sakit"
"Walaupun makanan itu dibuat dengan enak, bagi yang sakit itu takan ada rasanya"
"Bunda suapinya" Yerin berdiri berjalan memutar untuk mengambil makanan yang baru di makan beberapa sendok. Ia menekan tombol agar ranjang di bagian kepala sampai pundak naik, Rin mencoba membuka matanya "Aaaa" ucap Yerin, satu suapan pun masuk kedalam mulutnya dan matanya kembali menutup.Mangkuk berisi bubur pun telah habis tak bersisa.
Rin membuka matanya "Bunda.." Yerin berdehem "Maafkan Rin, karena marah pada bunda waktu itu"
"Tidak apa apa"
"Paman sudah menceritakannya pada Rin, jika bunda tak.. uhuk uhuk"
Yerin memberinya minum "Jangan memaksakan dirimu"
Rin menatap sang bunda yang tengah berada di dekatnya "Bunda tak bisa pulang karena bunda sakit, bukan" Yerin diam "Mengapa bunda merahasiakannya" sambungnya.
Yerin hanya mengelus kepalanya tanpa menjawab pertanyannya.
"Bunda"
"Bunda tak merahasiakannya" jawab Yerin, ia pun melihat jam tangannya "Bunda harus pergi sekarang, sudah terlalu lama bunda disini" ia pun beranjak, mengecup kening putrinya cukup lama "Cepat sembuh" ucapnya dan lantas berjalan pergi dari ruangan.
Yerin memasuki ruangan sebelahnya "Halo Han.." ucapnya pada seorang anak pria berumur 15 tahun "Halo kak dokter" jawabnya.
"Dokter, jadi kapan putraku boleh pulang" tanya ibu anak itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi And Bye..✓ END
FanfictionPerpisahan yang tidak diinginkan, karena suatu hal dan meninggalkan seseorang yang berharga cukup menyakitkan. 🎖️#1 taerin 🎖️#2 taerin 🎖️#3 taerin