52. Pusat Perhatian

107 26 1
                                    

Kabar mengenai pelindung kota berhasil ditembus oleh Verg yang tak terdeteksi menyebar begitu cepat ke seluruh penjuru Adele, Akademi Skymaze merupakan salah satu tempat di mana informasi tersebut bergerak dari ujung ke ujung melalui mulut dan telinga setiap muridnya.

Sayangnya bukan hanya kabar itu saja yang menyebar, berita mengenai Haikal yang berhasil membunuh Sea Monkey dalam satu tebasan kini beredar luas di kalangan siswa-siswi Akademi Skymaze.

Berkat hal tersebut kini kelas 1-A sangatlah ramai dikunjungi oleh murid kelas lain dengan satu tujuan, yaitu ingin mencari tahu kebenaran tentang rumor yang baru saja tersebar pagi ini.

"Pagi ini benar-benar apes...." Haikal menghela nafas berat sesaat setelah tiba di bangkunya, dirinya mengalami kesulitan semenjak memasuki lingkungan akademi. Dia langsung dikerubungi oleh murid-murid yang penasaran terhadapnya hingga tidak bisa berjalan.

Jika bukan karena komite kedisiplinan yang membuka jalan mungkin Haikal masih belum sampai di kelas.

Di sisi lain Heru yang telah duduk di bangkunya sejak lama tersenyum kecil melirik Haikal, "Jadi orang terkenal itu ternyata sulit juga, ya."

"Kau tak berhak mengatakan itu, sahabat kampret." Haikal memejamkan mata sambil menarik nafas panjang berusaha menahan emosi serta badannya yang bisa bergerak sendiri menghajar Heru.

Heru mengangkat bahunya menanggapi perkataan Haikal sambil tersenyum mengejek, "Kenapa? Mereka punya urusan denganmu bukan denganku, mengapa aku harus ikut andil dalam masalahmu?"

Mata Haikal memicing menatap Heru, merasa ingin sekali memukul pemuda tersebut sekuat tenaga sekali saja. Heru yang menyadari tatapan Haikal menelan ludah dan segera pergi menuju toilet.

Di sisi lain Haikal menghela nafas berat memandangi sahabatnya yang tengah berlari keluar kelas tersebut, namun sebelum dia bereaksi lebih jauh dirinya menemukan belasan hingga puluhan murid dari berbagai kelas berkerumun di depan kelas 1-A.

Sebagian murid-murid tersebut berteriak histeris ketika pandangan Haikal bertemu mata mereka dan hampir semuanya adalah perempuan, sebagian kecilnya terdiri dari murid laki-laki yang kini memandangi Haikal dengan mata berbinar-binar dari luar kelas.

"Apa-apaan...." Wajah Haikal berubah menjadi pucat mengetahui jumlah murid di depan keals itu bertambah, padahal sebelumnya hanya sekitar beberapa saja namun belum ada lima menit jumlah mereka bertambah hingga menyentuh kepalan angka dua.

Saat Haikal masih melotot menghadap para murid kelas lain, Anna tiba-tiba datang mendekatinya dengan senyuman kecil pada Haikal seolah-olah menyindir, "Bagaimana rasanya menjadi orang terkenal, tuan Arcless Blazer?"

Berkat sindiran Anna, Haikal tersadar dari kecemasannya yang berlebih dan menoleh pada gadis itu lalu memandang paras Anna sejenak sebelum menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangannya, "Menakutkan.... Mengerikan... Ini pengalaman terburuk sejak aku lahir...."

"Oh, kau takut perhatian, ya." Anna mengangkat alisnya melihat reaksi Haikal yang tak diduganya, padahal menurut dugaannya Haikal malah menikmati ketenaran yang mungkin baru kali ini dia dapatkan.

Setelah mengalahkan Edward nama Haikal memang tersebar begitu cepat di berbagai kalangan, terutama di kota Adele. Saat ini tidak ada seorang pun yang tak mengetahui nama Haikal Alendra—atau yang sekarang dikenal sebagai Arcless Blazer.

Haikal sendiri baru mengetahui hal ini dari Sakuya pada pagi hari saat kejadian di mana belasan Sea Monkey menerobos pelindung kota sehingga dia belum terbiasa dengan perhatian seluruh penjuru kota yang tertuju kepadanya.

Anna menghela nafas sejenak sebelum menarik sebuah bangku di depan Haikal, lalu duduk di sana. Dia menatap Haikal yang kini sedikit merasa baikan walau masih sedikit waswas terhadap pandangan para murid kelas lain, "Haikal, apa kau tidak gugup?"

"Apa maksud pertanyaanmu itu? Kau tidak lihat keadaanku sekarang?" Dahi Haikal segera mengerut ketika Anna melontarkan pertanyaan tersebut, dia menunjuk wajahnya sendiri yang nampak cukup pucat.

Anna tersedak nafasnya sendiri mendengar balasan Haikal, "Bukan itu maksudku. Yang kutanyakan adalah babak final yang diadakan minggu depan. Kau akan melawan Jack, Cecil, serta gadis yang dijuluki Witch Queen, Verna Galvoria."

"Oh, itu." Haikal mengangkat alisnya baru memahami maksud Anna, "Tidak juga, kenapa memangnya?"

Kali ini giliran Anna yang mengerutkan dahinya, "Kenapa katamu? Jack ada di sana, belum lagi kehadiran Verna yang dikatakan Blazer tipe Wizard terkuat di angkatan kita. Cecil yang seorang Summoner sekaligus pemilik Soul Arc langka, Jade Phoenix juga tidak bisa diremehkan. Kau masih bertanya kenapa?"

Haikal menggaruk pipinya menyadari perkataan Anna sama sekali tidak salah.

Biarpun tidak termasuk empat jenius yang dijagokan sejak awal dimulainya turnamen, Jack merupakan salah satu peserta unggulan yang menarik perhatian para penonton dan Blazer sedunia dengan kekuatannya yang tidak wajar.

Dengan Soul Arc-nya yang diketahui bernama Forbidden Magic Card, Jack mampu beradaptasi menghadapi serangan atau gaya bertarung apapun.

Baik dalam adu fisik maupun sihir, sejauh Turnamen Penyambutan dimulai Jack tidak pernah kalah satu kali pun. Bahkan ada kemungkinan jika Jack dan Verna beradu kekuatan sihir murni, Jack dikatakan bisa melampaui Verna.

Keberadaan Jack bisa dikatakan adalah Haikal dan Verna yang berada pada satu tubuh, kuat secara fisik maupun sihir.

Selain Jack dan Verna, keberadaan Cecil juga tidak boleh diremehkan. Meski baru saja membangkitkan Soul Arc miliknya yang sebenarnya, Jade Phoenix sendiri salah satu Soul Arc tipe makhluk terlangka sekaligus terkuat dalam sejarah.

Haikal memahami maksud Anna serta kekuatan ketiga lawannya minggu depan nanti, namun dia merasa tidak akan kalah. Dia tersenyum dan memandang Anna penuh rasa optimis, "Aku tahu mereka kuat, tapi bukan berarti kami harus mengalah begitu saja."

"Aku juga mempunyai alasan hingga bisa mencapai titik ini, aku tidak bisa menyerah setelah semua yang kulalui," lanjut Haikal kembali mengingat perjalanan kerasnya selama bertahun-tahun lamanya yang membentuk dirinya yang sekarang.

Anna tertegun melihat senyuman Haikal yang terlihat begitu optimis dan percaya diri, perkataan terakhir Haikal juga membuat dadanya menjadi lebih hangat dan bersemangat.

Sejak kekalahannya melawan Jack di babak lalu, Anna menjadi lebih murung dan tak bersemangat. Dia merasa lemah dan tak berdaya sebagai salah seorang yang disebut 'jenius' dalam generasinya.

Tetapi setelah mendengar perkataan Haikal, dirinya tersadar belum waktunya dirinya menyerah begitu saja. Dia sadar masih terlalu dini untuk menyerah dan meninggalkan alasan utamanya berjuang sejauh ini.

Anna menyunggingkan sebuah senyuman kecil berkat kata-kata Haikal, "Kau benar, belum waktunya menyerah."

"Hmm? Rasanya aku tidak berkata seperti itu," balas Haikal mengusap dagunya menanggapi gumaman Anna.

Anna terperanjat mendengar ucapan Haikal, wajahnya sedikit memerah berkatnya. Dia bangkit berdiri dari kursi kemudian berseru keras, "Aku tahu! Aku hanya bergumam sendiri!"

Seruan Anna terdengar begitu keras hingga berhasil menjadi pusat perhatian seluruh kelas, wajahnya lebih memerah ketika menyadari pandangan setiap murid di kelas terpusat kepadanya.

Setelah itu Anna melangkah meninggalkan Haikal yang tengah kebingungan apa yang telah diperbuatnya sampai Anna menggunakan nada setinggi itu kepadanya. Namun belum sempat Haikal berpikir lebih jauh, Anna menghentikan langkahnya sejenak membuat perhatian pemuda tersebut teralihkan.

Anna menoleh kepada Haikal sambil tersenyum, "Terima kasih, Haikal. Aku juga tidak akan menyerah semudah itu."

Sesudah berkata demikian Anna berjalan menuju tempat duduknya meninggalkan Haikal yang kini terlihat begitu kebingungan, "Apa aku tak sengaja mengatakan sesuatu yang membuatnya senang?"

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang