Kemunculan Verna di rumah sakit memang sedikit mengejutkan dan membuat Haikal bertanya-tanya, tetapi kedatangan Jack serta Cecil sama sekali tak terlintas di benaknya sekali pun.
"Jangan tegang begitu dong, Haikal. Kami hanya datang untuk menjenguk Salvia," ujar Jack mengangkat bahu santai tanpa melunturkan senyum di bibirnya.
Haikal tidak langsung percaya begitu saja dengan perkataan Jack yang terdengar mencurigakan, mengingat dirinya mengalami situasi berbahaya beberapa jam lalu. Dia tidak bisa melepaskan kewaspadaan walaupun berada di rumah sakit sekalipun.
Melihat ketegangan di antara keduanya, Salvia berdeham kecil menarik perhatian Haikal dan Jack, "Haikal, Jack datang untuk menjengukku. Tidak perlu bersikap curiga kepada Jack sampai segitunya, kan?"
Berkat ucapan Salvia, Haikal menghela nafas panjang kemudian kembali menatap Jack, "Maafkan aku, Jack. Beberapa waktu lalu aku diserang oleh seseorang, jadi sikap skeptisku tidak mudah hilang."
"Kau diserang?" Jack mengerutkan dahinya merasa sedikit terganggu terhadap sosok yang menyerang Haikal, sementara di kasur Salvia nampak khawatir.
Haikal yang melihat reaksi Salvia tersenyum kecil, "Tidak perlu khawatir begitu, Salvia. Aku tidak apa-apa, kok." Dia lalu menunjukkan kondisi lengan kanannya yang sudah jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
"Begitukah? Baguslah jika begitu," gumam Salvia merasa lega melihat kondisi Haikal yang sungguh tidak terluka.
"Haikal, jika tidak keberatan bisakah kau menceritakannya?" Tanya Jack memandang Haikal cukup serius.
Haikal memandang wajah Jack sesaat hendak mencari sesuatu yang mungkin mencurigakan dari pemuda tampan berambut pirang tersebut, namun dirinya tak menemukan apapun selain keseriusan Jack ingin mendengar detail penyerangan terhadap dirinya dan Heru.
Haikal menghela nafas sejenak sebelum kembali duduk di kursi yang tersedia pada ruangan tersebut setelah bereaksi terhadap kemunculan Jack yang tiba-tiba. Dia lalu memandang Salvia sesaat sebelum menjelaskan, "Salvia, kau juga lebih baik menyimak."
"Kau pikir aku orang yang tidak pedulian? Terutama dengan teman sekelompoknya selama turnamen berlangsung?" Salvia menggembungkan pipinya memasang wajah cemberut tak suka dengan perkataan Haikal yang terdengar seperti dirinya adalah orang kejam.
Haikal ingin menyangkal kata-kata Salvia, namun dia tidak mau terlalu membuang waktu sehingga dia hanya mengangkat bahunya sekilas sebelum menjelaskan kronologi penyerangan sosok berjubah tersebut terhadap dirinya dan Heru secara rinci.
Alis Jack terangkat cukup tinggi ketika Haikal menyinggung Blazer pengguna pisau, "Knives Drive katamu?"
"Benar, dan dia bukan pengguna teknik Knives Drive biasa." Haikal menambahkan bahwa sosok berjubah itu bahkan mampu mengendalikan puluhan hingga ratusan pisau sekaligus dalam satu waktu, "Kepala sekolah juga sudah memeriksa bahwa dia adalah salah satu anggota Blackout yang menyusup ke dalam kota."
"Blackout?" Jack kembali bereaksi mendengar nama organisasi tersebut, membuat Haikal sontak mengerutkan dahinya, "Kau tahu sesuatu tentang itu?"
Jack memandang mata Haikal mengetahui pemuda di depannya ini menaruh curiga pada dirinya, dia lalu menjatuhkan pandangannya pada lantai dan merenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan Haikal, "Tidak banyak, hanya saja aku sedikit penasaran."
"Penasaran?" Alis Haikal berkedut menanggapi pernyataan Jack.
Pemuda berambut pirang tersebut memicingkan matanya menatap Haikal, "Tidakkah kau tahu? Kota Adele memang termasuk kota besar di seluruh Wulodhasia, tetapi tidak ada hal yang benar-benar spesial di kota ini selain luasnya. Kenapa mereka malah menargetkan kota ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Absolute Soul
FantasyBlazer, sebutan bagi mereka yang mampu membangkitkan Soul Arc dan memiliki kemampuan di luar nalar manusia biasa. Mereka pula yang memukul mundur makhluk asing pemusnah manusia di masa lalu, Verg. Berkat keberadaan Blazer, umat manusia bisa bertahan...