29. Dua Jenis Jenius

132 26 1
                                    

Setelah pengacara turnamen mengumumkan pemenangnya barulah para penonton bereaksi, sebagian besar bertepuk tangan berdecak kagum dengan kemampuan Haikal, sebagian lagi berdiskusi seberapa kuat sebenarnya Haikal, sementara sisanya mempertanyakan asal kekuatan Haikal, tak sedikit pula yang menjelek-jelekkan Haikal.

Sekuat apapun Haikal tetap tak bisa memanggil Soul Arc-nya, tentu hal ini tidak bisa dikesampingkan mengingat dirinya saat ini tengah menempuh di akademi Blazer, akademi khusus yang mendidik calon-calon Blazer di masa depan. Tanpa Soul Arc maka sekuat apapun Haikal, dirinya tetap tak bisa disebut sebagai Blazer.

"Kau menyembunyikan hal seperti ini di belakang kami?" Heru pertama kali berkomentar ketika Haikal kembali ke tempat mereka, senyumnya terlihat masam sedikit tidak percaya terhadap perkembangan sahabatnya ini.

Sekitar satu bulan lalu Haikal bukanlah siapa-siapa selain satu-satunya murid yang belum bisa memanggil Soul Arc di angkatannya, tetapi saat ini namanya dielu-elukan oleh beberapa penonton menjagokan dirinya karena perkembangan tak manusiawinya.

"Tentu saja, kalau tidak bukan kejutan namanya," ujar Haikal melirik sahabatnya itu dengan senyum sindiran, Heru sadar ini artinya Haikal menantangnya siapa yang lebih baik di antara mereka.

Senyum Heru juga tidak bisa berhenti menyaksikan Haikal, dia tahu sendiri betapa rendahnya bakat Haikal sebagai Blazer.

Tak seperti dirinya yang cukup normal di antara calon Blazer setingkat SMA lainnya, sejak awal Haikal tidak memiliki kekuatan dan energi jiwa yang cukup untuk calon Blazer setingkat SMA sekalipun. Bahkan Heru sempat mengetahui Haikal mengalami frustasi berat karena tak bisa memanggil Soul Arc-nya sejauh ini, membuatnya sedikit iba dan ingin membantu Haikal tetapi tidak bisa.

Namun siapa sangka, sahabatnya yang dulu tertinggal jauh darinya langsung menyusul bahkan melampauinya di pertandingan ini meski bakatnya tidak terlalu bagus?

"Latihan rahasiamu kelihatannya memang berat." Heru tak bisa berhenti tersenyum, ia jelas-jelas tahu tidak mungkin Haikal bisa mendapatkan kekuatan sebesar ini tanpa latihan mengingat bakatnya yang rendah.

Di sisi lain Haikal hanya tersenyum tipis sambil memejamkan mata, mengingat-ingat latihan tak manusiawi yang mungkin membuat atlet profesional sekalipun mengerutkan dahi jika melihatnya, "Benar, sangat berat."

Salvia yang terdiam sejak tadi diam-diam mengagumi Haikal dari lubuk hatinya, tak menyangka seorang calon Blazer tanpa bakat seperti Haikal bisa mendaki sedemikian tinggi mendekati dirinya yang dijuluki jenius bahkan setelah berlatih keras selama ini.

"Mungkinkah Haikal adalah salah satu jenius kerja keras yang sangat langka itu?" Salvia teringat perkataan ayahnya di masa lampau.

"Salvia, di dunia ini ada dua jenis orang jenius. Pertama adalah orang-orang sepertimu yang terlahir dengan bakat luar biasa, hal ini sudah menjadi cukup biasa di dunia per-Blazeran." Veindal mengelus kepala Salvia yang masih kecil, "Tetapi jenius sejak lahir pun bisa dikalahkan oleh para jenius jenis kedua, yaitu jenius kerja keras."

"Jenius kerja keras?" Salvia yang waktu itu masih kecil tidak mengerti maksud Veindal, tetapi Veindal tetap sabar dan menjelaskan, "Ya, mereka adalah orang-orang paling mengerikan. Kebanyakan orang memang lebih memandang jenius jenis pertama, tetapi tak banyak yang menyadari sebenarnya semua orang memiliki potensi jika mereka benar-benar berjuang, seperti orang jenius jenis kedua."

Veindal menceritakan dirinya pernah kalah dari seorang Blazer yang terlihat lemah dan mudah dikalahkan di sebuah pertandingan pada masa mudanya meski dirinya salah satu jenius di masa itu, tetapi ia tidak merasa kesal atau semacamnya yang biasa orang lain rasakan ketika kalah. Hari itu Veindal merasa mata dan pikirannya benar-benar terbuka lebar.

"Berlian memanglah indah, tetapi sebelum menjadi indah berlian sebenarnya hanyalah batu biasa manapun yang menjalani proses keras dan panjang." Veindal menutup penjelasannya dengan mengusap kepala Salvia kecil.

Kata-kata dan cerita Veindal itu sangat berkesan. Kata 'berlian' pada umumnya akan diterjemahkan sebagai jenius pada manusia, tetapi 'berlian' yang dimaksud Veindal dalam kata-katanya adalah mereka orang-orang yang bekerja keras dan menempa hidup mereka dalam proses keras dan panjang.

Sekarang Salvia bisa melihat langsung apa yang dimaksud 'berlian' oleh ayahnya pada waktu itu. 'Berlian' seperti pemuda di depannya ini merupakan 'berlian' terlangka di dunia, tak banyak yang bisa seperti dirinya.

"Hm? Ada apa, Salvia? Ada sesuatu di wajahku?" Sadar wajahnya sejak tadi diperhatikan Salvia, Haikal mengemukakan rasa ingin tahunya, sementara gadis berambut putih keperakan itu membuang wajahnya yang sedikit memerah tak lagi memandang wajah Haikal kemudian menjauhinya beberapa langkah.

"Eh? Apa? Aku melakukan kesalahan?" Haikal menjadi heran, seingatnya dirinya tak pernah melakukan sesuatu yang dibenci Salvia, lalu menengok ke arah Heru yang entah mengapa tersenyum lebar sambil mengelus dagunya.

"Apa-apaan mukamu itu?" Haikal jelas tak suka ekspresi yang Heru keluarkan, "Tidak, abaikan saja aku." Heru terus tersenyum lebar menatap Haikal tak mengidahkan protesnya.

Tak bisa mengetahui alasan sikap Salvia yang sedikit aneh meski sudah membujuk gadis itu, Haikal akhirnya menghela nafas menyerah. Ia lebih memilih mengalihkan pandangannya ke lapangan arena lagi, lalu menemukan nama Salvia dipanggil untuk bertanding kali ini.

"Salvia, gili—" Belum sempat Haikal berbicara Salvia sudah melewatinya dengan langkah cepat, membuat Haikal semakin heran dengan tingkah gadis tersebut, "Apa aku benar-benar melakukan kesalahan?" Haikal mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sementara Heru masih tersenyum lebar melihat semua itu.

Lawan Salvia adalah seorang gadis ber-Soul Arc tipe Warrior yang bisa meningkatkan kekuatan fisiknya, setidaknya itu yang diketahui dari pertandingan-pertandingannya yang lalu.

Tidak butuh waktu lama sampai sang pengacara memberikan tanda mulai bagi keduanya.

Si gadis lawan Salvia segera mengeluarkan Soul Arc-nya dan memperkuat tubuhnya, "Salvia Volksky, sudah lama aku ingin melihat kemampuan... mu?" Mata gadis itu terbelalak hebat menyaksikan hal yang dilakukan Salvia, semua yang melihatnya juga bereaksi serupa.

Tak segan-segan Salvia mengerahkan banyak energi jiwa untuk menciptakan sejumlah besar salju dan membentuk sebuah manusia salju raksasa setinggi lima meter, lalu melompat dan memasuki bagian dada manusia salju tersebut.

"He-hei... apa aku bermimpi?"

"Ini sih bukan tingkatan calon Blazer lagi...."

"Menduduki kursi kelas satu saja bisa mengeluarkan kekuatan setara dengan Blazer tingkat Advance, bagaimana setelah lulus nanti?"

Tidak sedikit penonton yang berpendapat mengenai manusia saljut buatan Salvia yang harusnya hanya bisa dibuat oleh Blazer tingkat Advance ke atas, namun sebagian besar dari mereka diam dan menahan nafas tidak bisa menduga sekuat apa sebenarnya para jenius angkatan ini.

Lutut gadis yang menjadi lawan Salvia mendadak kehilangan tenaga, seluruh badannya bergetar hebat sampai jatuh terduduk di lantai arena, tak menyangka kekuatan Salvia sampai sedemikian rupa.

Sebenarnya tak sedikit murid-murid akademi Skymaze yang menyangka sebenarnya kabar tentang kejeniusan Salvia hanya dilebih-lebihkan mengingat dirinya adalah keturunan Veindal sang kepala sekolah, tetapi mereka bisa melihat dengan kepala mereka sendiri sekarang bahwa kabar tersebut memang benar adanya.

Menyaksikan lawannya yang terlihat begitu ketakutan sampai tak punya tenaga untuk berdiri ataupun semangat bertarung, Salvia menghela nafas menghilangkan seluruh saljunya dan mendarat di lantai arena, lalu melangkah keluar dari batas arena sesudah pengacara menyatakan pemenangnya.

"Meski sudah diduga caranya sungguh tidak terduga, pemenangnya adalah Salvia Volksky!" Seru sang pengacara memaksakan diri, sebenarnya dia juga sedikit ketakutan melihat kekuatan dahsyat Salvia yang tidak main-main.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang