Berkat pemberitahuan tentang Turnamen Penyambutan oleh Andre, Haikal dan Heru menjadi lebih bersemangat dalam latihan. Saat ini keduanya sedang berlatih tanding di halaman belakang kediaman Alendra.
Sudah lebih dari seratus serangan yang dilayangkan keduanya, namun tak satupun tanda-tanda kelelahan terlihat dari mereka. Meski memakai energi jiwa dapat menggantikan posisi stamina fisik, baik Haikal maupun Heru tak menggunakan kelebihan mereka sebagai Blazer dalam latih tanding ini.
Pada serangan akhir, Haikal dan Heru saling menghantamkan tinjunya menyebabkan gesekan angin di antara mereka. Keduanya pun melangkah mundur dan saling memberikan hormat menandakan latih tanding kali ini telah selesai.
"Haikal, apa akhir-akhir ini kau lebih keras menempa fisikmu?" Tanya Heru seusai menegak botol minuman yang ia bawa sendiri dari rumah.
"Tidak juga, aku hanya berlatih seperti biasanya. Kenapa?"
"Kekuatanmu makin meningkat, kupikir kau memakai energi jiwa," ujar Heru menghela nafasnya mengingat setiap serangan yang diterimanya.
Haikal sendiri tertawa kecil menyembunyikan trik latihan yang ia jalani belakangan ini.
Memang benar ia tak berlatih lebih keras, hanya saja itu bagi mental dan energinya. Hal ini disebabkan oleh porsi latihannya yang menjadi lebih banyak dari biasanya berkat penggunaan energi jiwa sebagai pengganti stamina fisik.
Bagi manusia biasa porsi latihan Haikal tentu bukanlah sesuatu yang bisa dipandang setiap hari dan bisa dikatakan sangat keras, tetapi bagi dirinya sendiri ia tak merasa begitu berat dengan porsi latihan ini. Sebagai ganti energi jiwa yang melipat gandakan stamina serta porsi latihan fisiknya, tubuh Haikal mengalami perkembangan signifikan dalam berbagai hal.
Pertama, jelas otot-otot tubuhnya mulai bertambah berkat porsi latihan yang tak manusiawinya. Kekuatan, kecepatan, kelincahan, serta ketangkasan secara fisik, semuanya berkembang dalam durasi mengerikan.
Kedua, staminanya juga meningkat secara signifikan karena berlari setidaknya sejauh 15 Kilometer setiap hari. Meski energi jiwanya yang terpakai, stamina pun ikut meningkat menyesuaikan perkembangan tubuh fisiknya.
Ketiga, kekuatan serta energi jiwanya pun ikut berkembang. Walau tak terlalu besar seperti tubuh dan stamina fisiknya, setidaknya metode berlatih menggunakan energi jiwa ini bisa mengembangkan kebutuhan fisik dan jiwanya sebagai Blazer.
Sebenarnya Haikal ingin memberitahukan hal ini kepada Heru, tetapi ia belum mengetahui seberapa pesat dan apa risiko dari perkembangan secepat ini. Sebagai calon Blazer, Haikal mengetahui satu atau dua hal mengenai kecepatan perkembangan seorang Blazer. Dalam hal perkembangan, ia cukup cepat dibanding rata-rata Blazer Wulodhasia.
Meski begitu, Haikal tak ingin merayakan hal ini dan mengabaikan risiko yang mungkin ia terima, hancurnya tubuh fisik misalnya. Hal itu tak bisa dilewatkan mengingat perkembangannya yang terlalu cepat dan mungkin melampaui batasannya untuk sekarang.
Lagipula, ia tidak ingin bertambah kuat terlalu cepat. Jika dirinya tidak bisa mengontrol kekuatan besar yang ada di dalam dirinya, bukankah itu berarti kehancuran akan tinggal menunggu waktu baginya? Setidaknya ia membutuhkan waktu untuk membiasakan diri atas kekuatan barunya.
"Haikal, apa kau tahu alasan Salvia ingin memasuki tim kita?" Heru melihat ke atas langit, memikirkan kejadian yang menggemparkan kelas mereka kemarin.
Sesaat setelah pengumuman Turnamen Penyambutan oleh Andre kemarin, para murid mulai melirik satu sama lain menilai siapa yang dapat mereka ajak menjadi teman satu tim. Tentu sebagai murid jenius, Salvia mendapat banyak tawaran dari para siswa kelas 1-A, tetapi semuanya ditolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absolute Soul
FantasyBlazer, sebutan bagi mereka yang mampu membangkitkan Soul Arc dan memiliki kemampuan di luar nalar manusia biasa. Mereka pula yang memukul mundur makhluk asing pemusnah manusia di masa lalu, Verg. Berkat keberadaan Blazer, umat manusia bisa bertahan...