103. Benteng Muara

52 13 2
                                    

"Terima kasih banyak atas pertolongan kalian! Jika bukan karena kalian yang memecah dan mengalihkan perhatian sebagian Verg tadi, kami pasti sudah tamat!" Salah satu Blazer berseru keras sambil menundukkan kepala kepada kelompok Haikal, diikuti oleh beberapa Blazer di belakangnya.

Jack yang memimpin rombongan mengibaskan tangannya "Tidak perlu bersikap demikian. Saat ini Adele sedang dilanda krisis, sudah sewajarnya kita saling membantu."

Blazer dari dinding muara tersenyum lega mengetahui rombongan Jack ternyata bukan Blazer buruk yang mudah tinggi hati dan malah menghina kerja keras mereka selama ini. Mereka pun segera menuntun jalan menuju dinding pertahahan muara setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Jack juga menyerahkan Shear yang masih tak sadarkan diri dan terikat sihir rantainya pada kelompok Blazer tersebut agar dapat diamankan ke tempat yang lebih baik.

"Omong-omong, apakah temanmu yang di sana tidak apa-apa? Kondisinya terlihat begitu buruk." Salah seorang Blazer menunjuk Heru yang sedang diseret oleh Verna dalam kondisi babak belur, menawarkan pil penyembuh pada Jack.

"Ah, tak perlu dipikirkan. Meskipun terlihat demikian, sebenarnya dialah yang paling sehat di antara kami." Jack berusaha menahan senyum kecut dan memasang ekspresi terbaiknya mengalihkan perhatian para Blazer dari Heru yang saat ini memang perlu ditangani secepatnya.

Jika itu akibat serangan Verg maka Jack pasti tidak akan ragu menerima tawaran Blazer itu, namun hal ini disebabkan oleh kebodohan Heru sendiri sehingga dia tak ingin membuang-buang sumber daya kota hanya untuk hal sesepele ini.

Haikal yang mendengar percakapan Jack dengan Blazer tersebut diam-diam berbisik pada Verna, "Hei Verna, bisakah kau maafkan dan sembuhkan dia? Lihatlah mereka mulai merasa kasihan dan ingin memberikan pil penyembuh pada Heru."

"Tidak, biarkan dia menderita untuk saat ini agar dia jera terhadap perbuatannya." Verna membuang wajahnya dari Haikal kemudian memelototi Heru yang tengah diseretnya, "Mengerti?"

Heru tak bisa menjawab karena rasa sakit di seluruh tubuhnya, dia hanya bisa mengangguk pelan dengan setitik air mata menetes dari pipinya. Dia benar-benar merasa kapok dan dalam hati berjanji tidak akan mengatakan hal seperti itu lagi pada Verna di masa depan.

Rombongan Haikal diarahkan menuju suatu ruangan untuk beristirahat.

Para Blazer dalam dinding pertahanan mengetahui rombongan mereka adalah para calon Blazer finalis Turnamen Penyambutan yang sempat mereka saksikan beberapa waktu lalu melalui televisi, jadi mereka tahu saat ini yang dibutuhkan oleh Haikal dan kawan-kawan adalah istirahat.

Mengerahkan serangan besar yang mampu melukai puluhan bahkan mungkin mencapai ratusan Verg kelas Normal sekaligus, kemudian menghadapi belasan hingga puluhan Verg Normal-class hanya berdua dengan sedikit bantuan dari belakang bukanlah hal mudah bahkan bagi Blazer setingkat Advance, apalagi saat ini semua rombongan Haikal masih berstatus calon Blazer.

"Tidak, kami kemari untuk membantu menjaga pertahanan dinding, bukan mencari perlindungan," tukas Jack menolak tawaran istirahat itu, "Kami memang butuh istirahat, tetapi prioritas kita saat ini adalah menjaga pertahanan dinding dari Verg."

Blazer tersebut tersenyum masam menggaruk pipinya merasa serba salah sebelum menjelaskan alasan mereka bersikap demikian.

Keadaan dinding saat ini memang mengkhawatirkan mengingat serangan Verg sebelumnya sudah cukup menyulitkan mereka dan dinding membutuhkan setiap bantuan yang ada, namun di sisi lain jika mereka meminta rombongan Haikal langsung bertarung setelah bertempur melawan puluhan Verg sekaligus itu bisa dibilang eksploitasi anak.

Haikal dan lainnya memang lebih kuat dibanding rata-rata calon Blazer biasa dan amat membantu dalam pertempuran melawan Verg seperti sebelumnya, tetapi selain mereka bukanlah Blazer resmi, rombongan Haikal masihlah remaja naif yang belum melihat medan pertarungan para Blazer yang sesungguhnya.

Pengalaman sungguhan jauh lebih mengerikan dibanding pelajaran di kelas.

Di kelas calon Blazer bisa gagal sebanyak yang dia mau dan mencoba lagi sebanyak yang dia inginkan, namun dalam pertempuran sekali gagal maka taruhannya adalah nyawa manusia, itupun seringkali bukan hanya satu nyawa seorang.

"Dan yang terpenting adalah... keteguhan hati untuk melanjutkan pertarungan meskipun rekan seperjuangan, sahabat, keluarga, maupun kekasihmu gugur di tengah pertempuran," ujar Blazer tersebut menutup penjelasannya sembari menggigit bibir mengingat sesuatu yang tak menyenangkan.

Haikal mendapati ekspresi Blazer itu tengah begitu menderita, berusaha melupakan sesuatu yang tidak ingin dia lihat. Haikal menundukkan kepala sedikit banyak mengerti atas perasaan tersebut, namun hanya sesaat saja.

Haikal kemudian memandang Salvia yang berada di sampingnya, Cecil yang sedang duduk memulihkan energi jiwanya secepat mungkin, Verna yang diam-diam memaafkan dan menyembuhkan Heru, lalu terakhir Jack yang ternyata memandanginya dengan sebuah senyum berisi kesedihan.

Mereka saling memandang sejenak sebelum Jack mengangguk pelan memahami maksud penjelasan sang Blazer, tetapi dia tetap teguh pada keinginannya membantu, "Maafkan aku, tapi dengan segala hormat jika kami tidak mengerti hal tersebut maka kami tidak akan kemari."

"Kami mengerti resikonya dan kami ingin membantu semampu kami," jelas Jack mengakhiri ucapannya membujuk Blazer di hadapannya.

Blazer tersebut ingin mengatakan sesuatu berniat sekali lagi membujuk Jack dan lainnya beristirahat dengan tenang di ruangan ini, namun dia melihat sikap Haikal, Salvia, Verna, Cecil, bahkan Heru yang masih terbaring penuh luka di lantai bukanlah sesuatu yang mudah dipadamkan.

"Baiklah, kalau begitu akan kusampaikan pada Ketua," ujar Blazer tersebut sambil tersenyum hangat, tak bisa mengurungkan niat Haikal dan lainnya ikut bertempur.

Setelah berkata demikian Blazer itupun pergi dari ruangan dan membiarkan mereka beristirahat, tetapi sebelum itu Haikal menyela, "Permisi, apakah ada telepon umum yang dapat digunakan di tempat ini? Aku ingin memastikan keamanan keluargaku."

"Maafkan aku, tapi di tempat ini tak ada hal seperti itu." Jawaban langsung si Blazer sukses membuat Haikal kecewa, "Oh, jika kau bersedia kami bisa mengontak tempat evakuasi dan memeriksa keselamatan keluargamu menggunakan komunikasi militer."

"Kalau begitu tolong lakukan itu saja." Haikal segera memberi informasi mengenai Saren dan ibunya, Leila. Tentu dia tidak lupa dengan keluarga Heru.

Dia tidak perlu menanyakan tentang keluarga Verna maupun Cecil karena keduanya adalah bangsawan yang memiliki bunker pribadi masing-masing, lalu pandangannya teralih kepada Jack, "Bagaimana denganmu, Jack? Kau tak ingin menanyakan tentang keluargamu?"

Jack yang tengah melamun seketika tersadar begitu mendengar kekhawatiran Haikal. Dia tersenyum kecil menolak tawaran Haikal, "Tidak perlu, keluargaku sudah berada di tempat yang aman."

"Begitukah." Haikal mengangguk sesudah memastikan semua informasi tersebut benar sebelum sang Blazer pergi.

Haikal kemudian duduk di kursi sambil menghela nafas, dia menutup mata dan diam-diam berdoa dalam hati mengenai keselamatan keluarganya, "Kumohon jangan sampai terjadi apa-apa pada mereka, lalu...."

"Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi juga pada mereka semua," batin Haikal memandang rombongan Jack bergantian.

Haikal sudah pernah kehilangan ayahnya sewaktu dirinya kecil, lalu kehilangan seseorang yang berharga baginya sekali lagi pada dua tahun lalu. Dia tidak ingin dunia merebut orang yang disayanginya lebih dari ini.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang