90. Tatapan Setajam Silet

89 20 0
                                    

Haikal tersenyum canggung sembari menggaruk pipinya, bertanya-tanya dalam hati mengapa dirinya bisa dikepung oleh para calon Blazer dari berbagai sisi yang membuat dirinya tak dapat lari.

Keikutsertaan Jack dalam pengepungan Haikal membuat pemuda tersebut makin tidak berdaya. Walaupun Haikal disebut-sebut sebagai kuda hitam terbaik dalam Turnamen Penyambutan tahun ini yang bahkan mampu mengalahkan Edward, nyatanya jika dikepung oleh banyak orang seperti ini Haikal sekalipun tak bisa lolos dengan mudah.

"Menyerahlah, Haikal! Kau tidak bisa lolos dari kepungan kami, Klub Penggemar Salvia!" seru Jack keras menunjuk Haikal yang berhasil membuat sebagian murid di sana terbatuk pelan, bahkan pemuda yang sedang dikepung itu sendiri hampir tersedak nafasnya sendiri.

"Memangnya ada klub semacam itu? Lagipula, sejak kapan kau menjadi penggemar Salvia?" tanya Haikal sedikit terheran-heran.

"Baru saja, kenapa memangnya?" Jack balik bertanya dengan ekspresi yang tak kalah herannya.

Tanggapan Jack sukses membuat Haikal menggaruk kepala tidak mengerti jalan pikir pemuda berambut pirang tersebut, "Kesampingkan itu, kenapa kalian mengepungku seolah-olah aku Verg berbahaya?" Haikal melirik mereka yang mengepung dirinya.

"Tentu saja jika tidak dikepung kau akan melarikan diri," balas Jack yang mengarahkan para calon Blazer lelaki di ruangan untuk mengepung Haikal sebelumnya. Sorot mata Jack kemudian berubah menjadi lebih serius, "Sama seperti kau melarikan diri dari Verna."

Haikal mengangkat alisnya bereaksi terhadap perkataan Jack, dia membuka tutup mulutnya namun tak ada sepatah katapun yang keluar. Haikal merapatkan gigi tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk membalas Jack.

Jack bisa melihat kebenaran atas perkataannya yang tidak disangkal oleh Haikal, "Aku tahu aku tidak berhak mengatakan ini sebagai orang luar, tetapi jika kau memang merasa demikian maka katakanlah. Tidak akan ada yang mengetahui isi hatimu jika kau tak mengatakannya."

Haikal mengepalkan tangannya berusaha menolak ucapan Jack, namun di saat yang sama ada bagian dari dirinya yang mengakui perkataan Jack tidaklah salah.

Suasana seketika berubah menjadi serius membuat para calon Blazer yang mendengar semua itu kebingungan tidak mengerti apa maksud perkataan Jack, tetapi memilih bungkam karena tidak ingin salah bicara.

Saat ruangan dilanda keheningan dan suasana serius nan berat, Salvia menghampiri Jack dan menepuk pundak pemuda tersebut, "Sudahlah Jack, jangan memojokkan Haikal lebih dari ini."

Jack mengerutkan dahinya menanggapi permintaan gadis itu, "Salvia, kau tak mengerti masalah yang sedang kami bahas. Aku melakukan ini demi—"

"Aku tahu, kau melakukan ini demi kebaikan Haikal atas permintaan Verna." Salvia mengangguk pelan setelah sedikit menyentuh garis permasalahannya, "Tapi, jika kau terus memojokkan Haikal justru Haikal akan semakin terluka."

Salvia memalingkan pandangannya menuju Haikal yang nampak begitu terkejut sebelum tersenyum tipis, "Aku tahu kau terluka, Haikal. Sorot matamu mengandung kesedihan dan penyesalan yang mendalam, sama sepertiku dulu."

Haikal ingin mengatakan sesuatu kepada Salvia namun sebelum dirinya sempat melakukannya, Salvia membubarkan para calon Blazer yang mengepung Haikal meminta Jack agar membiarkannya berbicara secara empat mata dengan Haikal.

Jack tidak bisa menolak permintaan Salvia mengingat sejak awal Salvia-lah yang ingin mengetahui masa lalu Haikal sampai dirinya terbawa suasana dan tanpa sadar memojokkan Haikal kembali seperti di pertandingan lalu.

Jack lalu mengarahkan para calon Blazer di sekitar untuk menjauh sejenak. Salvia melangkah menuju sisi ruangan yang lebih sepi bersama Haikal yang sebenarnya enggan karena suasana canggung di antara keduanya, tetapi tak berani mengatakan 'tidak' pada Salvia.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang