Beberapa hari berlalu semenjak Haikal dan Heru mengunjungi Salvia di rumah sakit, tidak ada yang berubah dalam keseharian keduanya dalam beberapa hari terakhir. Mungkin satu-satunya yang berubah hanyalah sikap Edward yang akhirnya hadir kembali setelah absen hampir tiga perempat bulan lamanya.
Edward biasanya banyak bicara dan memandang rendah rekan-rekan sekelasnya, namun setelah mengalami kekalahan melawan Haikal, Edward menjadi lebih bungkam dan diam. Edward lebih sering keluar kelas bersama teman sekelompoknya ketika jam istirahat.
"Kau hebat sekali, ya, Haikal. Dari semua orang hanya kau yang bisa menaklukkan orang itu," ujar salah satu murid kelas 1-A sambil memandang Edward yang tengah melangkah meninggalkan kelas.
"Benarkah? Aku tidak merasa begitu," balas Haikal ikut memandangi punggung Edward.
Berbeda dari teman-teman sekelasnya yang merasa senang ketika Edward keluar dari kelas, Haikal justru merasa sebaliknya. Dia merasa terganggu terhadap perbedaan sikap Edward yang lama dengan yang baru.
Biarpun sikap baru Edward untuknya cukup nyaman, namun dalam hati Haikal tetap merasa terganggu. Itu bisa dilihat dari ekspresi Edward yang sejak kembali hadir nampak begitu kecewa dan sedih, terkadang juga marah.
"Mungkin dia hanya kecewa dan sedih pada dirinya yang telah dikalahkan oleh rakyat jelata sepertiku," batin Haikal merasa dirinya berpikir terlalu berlebihan. Pada akhirnya Haikal menganggap Edward masih larut ke dalam kekalahannya melawan rakyat jelata.
Tepat sesaat setelah Haikal selesai memikirkan Edward, Heru menepuk pundaknya, "Haikal, hari ini kita akan menjenguk Salvia lagi?"
"Hmm... kurasa tidak perlu, kita dapat membiarkannya istirahat. Tidak bagus seorang gadis seperti dirinya menerima cara kasar seperti itu terus, bukan?" Haikal menaikkan alisnya memandang Heru.
"Benar juga," Heru baru teringat struktur tubuh Salvia berbeda dari tubuhnya maupun Haikal, lagipula Salvia bukan Blazer tipe Warrior sehingga tidak bisa terus menerus menerima metode rehabilitasi yang Haikal sarankan.
Haikal mengangguk pelan sebelum bangkit dari kursinya dan berniat pulang tepat setelah bel berbunyi, "Lebih baik kita fokus berlatih saja untuk hari ini. Babak final tinggal dua hari lagi."
Heru menyetujui saran Haikal. Biarpun keduanya sudah termasuk kuat dalam ukuran calon Blazer kelas satu, kuat saja belum cukup untuk mengalahkan kelompok Verna yang berisi jenius seluruhnya.
Verna sang Witch Queen yang mempunyai kekuatan sihir luar biasa, Jack of All Trade yang mampu beradaptasi terhadap gaya bertarung apapun, lalu Cecil sang Jade Daughter yang menjadi tuan Jade Phoenix, salah satu Soul Arc jenis Summoner terlangka.
Jika berhak memilih, maka baik Haikal maupun Heru tidak ingin melawan Cecil mengingat kemampuan penyembuhannya yang tak masuk akal meski berada di level calon Blazer.
Dalam kelompok tersebut Cecil memanglah individu terlemah, namun semenjak bangkitnya Jade Phoenix, dirinya diantisipasi oleh banyak pihak walau kekuatannya tidak seberapa. Kekuatan penyembuhannya merupakan hal paling merepotkan jika harus dikatakan.
"Tapi, kemungkinan paling tinggi yang melawannya adalah aku, bukan?" Tanya Heru sambil tersenyum kecut.
Haikal tertawa kering menanggapinya, "Maaf, tapi memang begitulah sebaiknya."
Heru menghela nafas tidak bisa mengeluh, dia hanya mengangkat bahu sejenak menandakan dirinya telah pasrah menghadapi situasi terburuk melawan Cecil dan berusaha mati-matian nantinya.
Haikal mungkin akan dijadwalkan melawan Jack karena janji mereka di awal turnamen sangatlah ditunggu oleh para penonton dan membuat turnamen semakin seru. Kecil kemungkinan pihak sekolah tidak akan ikut campur ke dalam undian nantinya.
"Dan kita jangan sampai lengah, ada kemungkinan Blackout akan menyerang akademi di acara puncaknya," tambah Haikal mengingatkan.
"Jangan khawatir, aku takkan semudah itu lupa," ketus Heru merasa tidak nyaman Haikal mencurigai dirinya dapat dengan mudah melupakan fakta bahwa Akademi Skymaze kemungkinan menjadi target Blackout tidaklah kecil.
Haikal hanya tersenyum kecil menanggapi ketidakpuasaan Heru sebelum mulai bersiap berlatih menu latihan tak manusiawinya seperti biasa. Kali ini Heru mampu mengikuti latihan Haikal meski tidak secara sempurna berkat penggunaan energi jiwa.
***
Tanpa terasa dua hari telah berlalu, babak final sekaligus hari terakhir Turnamen Penyambutan digelar begitu meriah. Acara dibuka oleh Veindal yang seperti biasa menyambut seluruh hadirin dengan pidatonya yang lama nan membosankan, membuat sebagian besar hadirin bosan dan berakhir diprotes.
"Lama tak berjumpa, hadirin sekalian! Sudah satu bulan lamanya kita tidak bertemu!" Seru sang pembawa acara sambil melambaikan tangannya ke seluruh penonton yang terlihat hadir lebih banyak dibanding babak-babak sebelumnya.
Babak final Turnamen Penyambutan memang selalu menjadi puncak acara dan ketegangan. Meski tidak sampai saling bunuh membunuh, turnamen tahun ini mengalami begitu banyak perbedaan dari tahun sebelumnya.
Penyebab utamanya adalah keberadaan keempat jenius terbaik se-Wulodhasia di generasinya, yaitu Salvia, Edward, Verna, dan Anna—meski dua di antaranya telah tumbang.
Penyebab sekundernya? Tentu saja dikarenakan sosok-sosok telur emas tersembunyi yang baru saja menonjolkan diri pada turnamen ini. Siapa lagi jika bukan Haikal, Jack, Cecil, serta Heru yang belakangan ini nama mereka tidak bisa berhenti dibicarakan di kalangan Blazer? Terutama Haikal dan Heru.
Nama Heru memang tidak melambung setinggi Haikal yang menjadi kuda hitam terbaik pada Turnamen Penyambutan tahun ini, namun semenjak keberhasilan keduanya menumbangkan seorang anggota Blackout yang menyerang mereka, nama Heru terdengar lebih sering dibicarakan.
"Tanpa lebih banyak basa-basi, mari kita sambut di sebelah barat! Kelompok unggulan yang sejak awal terus menang tanpa kesulitan berarti walau sama-sama melawan kelompok unggulan lain, Kelompok Verna!" Seru sang pembawa acara menunjuk gerbang arena sisi barat.
Di sana terlihat sepasang gadis, salah seorang berambut ungu cerah yang dikuncir dua sedangkan gadis yang lain berambut hijau pendek bergaya bob, diikuti oleh sesosok lelaki tampan berambut pirang nan menarik yang mampu merebut hati perempuan mana pun.
Mereka adalah Verna Galvoria, Cecil Vermillion, serta Jack Calvin.
"Verna, habisi mereka dengan segenap tenagamu!"
"Jade Daughter Cecil, tekan para orang biasa itu dengan kekuatan api Phoenix-mu!"
"Jack, aku bertaruh banyak padamu! Pastikan kau menang!"
Kelompok Verna disambut begitu meriah oleh sebagian besar penonton. Tidak heran mengingat kelompok Verna tak pernah tercatatat kalah dalam pertarungan apapun semenjak turnamen berlangsung sehingga tingkat kemenangannya sangatlah tinggi.
"Ups, para hadirin jangan langsung memilih sisi ini saja karena di sebelah timur kita memiliki kelompok yang terus menerus mengejutkan kita semua sejak Turnamen Penyambutan dimulai! Pembawa acara menunjuk pada gerbang arena timur, "Mari kita sambut kelompok penuh kejutan, Kelompok Salvia!"
Saat sang pembawa acara mengoceh, dapat terlihat sosok Haikal dan Heru tengah melangkahkan kaki mereka dengan ringan menuju lantai arena. Sebagian besar penonton menyambut keduanya dengan penuh semangat hingga pada akhirnya mereka sadar akan satu hal.
Pembawa acara mengerutkan dahinya melihat hanya Haikal dan Heru yang datang, "Haikal, Heru, boleh kutahu di mana Salvia berada? Apa dia masih dalam rangka pemulihan diri?"
Haikal tersenyum kecil menanggapi pertanyaan sang pembawa acara, "Benar, Salvia masih dalam masa pemulihan diri."
Pernyataan Haikal berhasil memancing diskusi para penonton, bahkan Guild kecil sampai besar pun ikut berdiskusi panas. Pasalnya tanpa Salvia, meskipun Haikal dan Heru mempunyai kekuatan besar, tetap saja tidak bisa menang hanya dengan anggota tak lengkap.
Pembawa acara berkeringat dingin mendengar pernyataan Haikal, "Jadi, nama Salvia perlu dihilangkan dari daftar undian, ya? Ba—"
"Tunggu!" Belum sempat pembawa acara menyelesaikan kalimatnya, Haikal sudah menyela lebih dulu mengejutkan semua orang yang mendengarnya, "Mari kita tunggu Salvia setidaknya selama satu babak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Absolute Soul
FantasyBlazer, sebutan bagi mereka yang mampu membangkitkan Soul Arc dan memiliki kemampuan di luar nalar manusia biasa. Mereka pula yang memukul mundur makhluk asing pemusnah manusia di masa lalu, Verg. Berkat keberadaan Blazer, umat manusia bisa bertahan...