14. Kencan

166 31 1
                                    

Hari Minggu adalah hari yang paling tepat untuk melepas penat menyegarkan diri dari seluruh kegiatan selama satu minggu penuh. Setidaknya itu anggapan mereka yang keesokan harinya tak memiliki beban, ambil Haikal dan Salvia sebagai contohnya.

Saat ini keduanya tengah berjalan di sebuah pusat perbelanjaan yang ada di kota Adele.

Ketika mengajukan permintaan ini kemarin, Haikal tentu tak langsung mengiyakannya. Ia memutar otaknya mencari cara menolak permintaan tersebut, namun semuanya ditepis oleh Salvia hanya dengan satu kalimat yang menyinggung penawarannya yang menuruti apapun permintaannya selama tidak mustahil.

"Salvia, kau yakin ini permintaanmu? Aku tak bisa menjamin nama baikmu, lho," ujar Haikal berusaha menutupi wajahnya menggunakan tudung jaketnya.

"Apa hubungannya dengan nama baikku?" Salvia menatap Haikal kebingungan melihat pemuda itu berusaha menghindari tatapan mata di sekitarnya.

Salvia mungkin tidak menyadarinya, tetapi Haikal jelas mengetahui bahwa Salvia Volksky adalah salah satu orang paling terkenal di kota Adele berkat kekuatan jiwanya yang baru-baru ini menggemparkan dunia per-Blazer-an.

Selain kekuatan jiwanya, paras cantik serta proporsional tubuh Salvia sangatlah mengagumkan hingga tidak kalah dengan model-model ternama di dunia. Tidak heran jika ke manapun ia pergi ke tempat ramai, pandangan warga sekitar akan terpusat kepadanya.

Berjalan dengan seseorang seperti itu saja sudah sangat menarik perhatian, apalagi berkencan dengannya seperti yang dialami oleh Haikal.

Haikal dapat merasakan pandangan banyak orang seperti berusaha menelanjangi dirinya, itu membuatnya gelisah. Ia bukanlah tipe orang yang suka diperhatikan banyak orang, jadi ia merasa kurang nyaman berjalan berduaan dengan Salvia seperti ini.

"Hah, percuma berusaha menyadarkannya soal beginian," keluh Haikal dalam hati sambil menghela nafas reaksi Salvia yang sesuai dugaannya.

Pada akhirnya ia menyerah dan menetapkan hatinya untuk memenuhi permintaan kencan dari Salvia. Berhubung gadis ini bukanlah seseorang yang bisa ia ajak jalan setiap hari, tidak masalah jika ia ikut menikmati kencan ini.

Keduanya mampir di beberapa tempat khas untuk berkencan seperti game arcade, karaoke, bowling, serta beberapa lainnya.

Saat ini mereka sedang berhenti di depan toko pakaian. Nampaknya Salvia tertarik dengan pakaian yang dipamerkan toko, "Ayo masuk." Ia kemudian menggandeng tangan Haikal dan menyeretnya ke dalam tanpa menunggu persetujuannya.

"Gadis ini kekuatan jiwanya memang kuat, tapi kekuatan fisiknya juga di atas rata-rata manusia biasa." Haikal hanya bisa berkeluh kesah dalam hati mengingat ia tak ingin mengacaukan kencan yang ditunggu-tunggu Salvia.

Alasan Salvia meminta Haikal berkencan bukanlah rasa suka seperti cinta atau lainnya, hanya saja ia penasaran dengan kencan yang ada di komik dan novel yang ia baca. Karena cerita yang disuguhkan sungguh menarik hatinya, semakin lama ia semakin penasaran terhadap apa yang dinamakan kencan itu.

Ketika Haikal menawarkan permintaan sebagai permintaan maaf, kesempatan ini tentu tidak ingin ia lewatkan.

Selagi Salvia memilih baju, Haikal berdiri diam sambil melipat kedua tangannya memikirkan penambahan porsi atau jenis latihan rutinnya di masa depan.

Jika ia belum bisa membangkitkan Soul Arc-nya sampai Turnamen Penyambutan dimulai, setidaknya ia dapat memaksimalkan kemampuan bertarung tangan kosongnya yang dipadukan kekuatan jiwanya. Menurutnya itu masih cukup pantas untuk dipandang di turnamen.

"Haikal, mana yang lebih bagus?" Tanya Salvia memperlihatkan dua pakaian kepada Haikal.

"Kenapa bertanya kepadaku? Bukankah kau yang ingin memakainya?" Haikal balik bertanya kebingungan mendengar pertanyaan Salvia.

"Haikal enggak peka," cetus Salvia terdengar tak suka dengan balasan Haikal.

"Kau tak berhak mengatakan itu," balas Haikal tak mau mengalah.

Haikal menghela nafas sebelum mengalihkan pandangannya pada pakaian yang dipilih Salvia.

Pakaian pertama, sebuah gaun putih terusan sepanjang sepuluh Sentimeter di bawah lutut dengan lengan pendek, serta seutas pita biru kecil yang terjahit di bawah kerahnya. Sekilas pakaian ini terlihat seperti pakaian yang biasa digunakan di pantai karena nampak tipis, tapi sebenarnya tidak juga.

Pakaian kedua, gaun terusan berwarna hitam sepanjang lima Sentimeter di atas lutut tanpa lengan dengan bawahan sedikit mengembang ala rok balerina tipis dihiasi warna pinggiran berupa merah cerah menambah kesan berani dan misterius.

Selang beberapa saat, Haikal memejamkan matanya membayangkan Salvia mengenakan kedua pakaian tersebut, "Gaun putih akan menambah keanggunannya, sementara gaun yang hitam mungkin dapat membuat kesan seksi."

"Kurasa yang putih," ucap Haikal menunjuk gaun putih yang dipegang Salvia.

Gadis itu segera pergi ke kamar pas untuk mencobanya, sementara Haikal menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Kencan memang selalu seperti ini, ya?"

Selagi menunggu Salvia berganti baju, Haikal melihat kartu siswanya dan mengamati statistik kekuatan jiwa.

"Eh? Dengan latihan sesederhana itu statistikku bisa bertambah secepat ini?" Mata Haikal terbelalak lebar tak percaya dengan statistiknya sendiri.

Memang benar bahwa melatih fisik bersamaan dengan energi jiwa mampu meningkatkan kekuatan jiwa beserta kapasitas energi jiwa, tapi peningkatan secepat ini bukanlah hal yang wajar menurut pandangan umum.

"Apa buku yang kupinjam dari perpustakaan ini adalah buku berharga yang berisi teknik-teknik hebat di masa lalu?" Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal merasa hasil latihannya terlalu mengerikan, "Kelihatannya aku harus berlatih dengan dua kali porsi latihan normalku saja."

Ia tidak ingin berkembang terlalu cepat sampai-sampai tak menyadari seberapa jauh perkembangannya itu berjalan, seperti sekarang ini. Jika ia tak memeriksa statistiknya, mungkin saja latihan yang ia lakukan setiap hari akan menghancurkan tubuhnya sebelum merasakan hasilnya.

Tujuan utamanya saat ini adalah menemukan dan membangkitkan Soul Arc-nya secepat mungkin untuk mengikuti Turnamen Penyambutan. Meski pendaftarannya masih Senin besok, bukan berarti ia dapat berleha-leha. Satu bulan bukanlah waktu yang lama bagi seseorang sepertinya.

Ketika Haikal melamun, suara Salvia terdengar dari ruang pas memecah konsentrasinya, "Bagaimana menurutmu, Haikal?"

Salvia keluar dari ruang pas memperlihatkan penampilan barunya dengan gaun putih terusan kepada Haikal. Perpaduan rambut peraknya dan gaun tersebut membuat daya tariknya meningkat hebat sampai beberapa pengunjung dan penjaga toko terkesima dibuatnya.

Haikal pun tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu selama beberapa detik terlena akan keanggunannya, "Jika ditambah topi jerami pasti akan lebih mantap!" Batin Haikal mensyukuri dirinya tak menolak lebih jauh tentang ajakan kencan ini.

"Haikal?"

"A-ah, maaf maaf. Kau terlihat sangat cantik dengan gaun itu, sungguh perpaduan yang luar biasa," ujar Haikal sambil mengangguk pelan menutup matanya tak sanggup melihat penampilan Salvia lebih lama lagi karena terlalu indah untuk dipandang.

Di sisi lain, Salvia menundukkan wajahnya yang sewarna tomat matang, "Te-terima kasih."

"Ke-kenapa dipuji laki-laki selain ayah rasanya se-seperti ini?" Batin Salvia tak kuasa menahan malunya.

Selang beberapa menit kemudian, keduanya tersadar dan Salvia segera membayar pakaian yang ingin dibelinya, lalu keluar dari toko meninggalkan Haikal tanpa mengatakan sepatah katapun kepada pemuda itu sehingga membuat Haikal terkejut setengah mati melihat dirinya diabaikan begitu saja.

"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" Batinnya panik tak tahu apa salahnya dan apa yang harus dilakukannya sekarang.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang