104. Pemimpin Benteng

104 11 3
                                    

Selagi tidak terjadi peristiwa yang hebat, Haikal dan kawan-kawan beristirahat di sebuah ruangan yang telah disediakan bagi mereka.

Biarpun secara statistik serta kemampuan rombongan Haikal berada di atas rata-rata calon Blazer biasa, tetap saja energi jiwa mereka terbatas setelah melakukan pertempuran habis-habisan di depan dinding sebelumnya, tak terkecuali Haikal yang notabenenya memiliki daya tampung energi jiwa besar untuk ukuran calon Blazer.

Mereka semua bermeditasi dengan cara masing-masing berusaha memulihkan stamina dan energi jiwa secepat mungkin demi membantu pertarungan di luar. Suara gemuruh dan guncangan pertempuran dapat mereka rasakan dari ruangan ini.

"Oh, ternyata lebih cepat dari yang kuperkirakan," batin Haikal baru saja membuka mata menyudahi meditasinya. Dia menyadari sebagian besar energi jiwanya telah pulih meski tidak sepenuhnya.

Haikal bisa melihat Jack dan lainnya masih berkonsentrasi memulihkan energi jiwa dengan bantuan pil pemulih energi jiwa yang diberikan Sakuya sesaat sebelum pergi dari akademi, Haikal pun tak menolak pil ini ketika ditawarkan.

Pil pemulih energi jiwa memang bukanlah barang mewah mengingat benda-benda seperti ini merupakan salah satu persediaan penting bagi seorang Blazer, tetapi untuk calon Blazer dari keluarga jelata seperti Haikal harga satu pil ini sudah termasuk mahal.

"Betapa mahalnya satu butir pil ini saja bisa mencapai lebih dari 30 Bold, padahal satu paket makanan lengkap dengan minuman saja hanya sekitar 20 Bold," gerutu Haikal memandangi sekantong penuh pil pemulih energi jiwa di depannya, berusaha membiasakan diri terhadap gaya hidup Blazer yang tidak murah.

Haikal mengambil beberapa butir pil tersebut dan menyimpannya di saku pakaiannya untuk berjaga-jaga, dia lalu bangkit dan berjalan ke arah jendela. Dia memandang pertempuran antara para Blazer melawan sejumlah Verg yang masih berusaha menerobos masuk melalui jalur air.

Sekelompok Verg yang menerobos dari air ini adalah Verg model Aquatic, tipe Verg yang hidup dan bergerak dalam air. Verg seperti ini biasanya amat kuat dan cepat dalam air, namun ketika diangkat ke darat maka mereka dapat dihabisi dengan mudah.

Itulah yang dilakukan para Blazer demi mempertahankan dinding muara untuk meminimalkan korban dan kerugian.

Saat Haikal sibuk memandang dan menganalisis medan pertempuran di muara dan pesisir, suara ketukan terdengar dari balik pintu ruangan merebut perhatiannya. Beberapa detik kemudian pintu terbuka dan seorang pria berpakaian militer memasuki ruangan bersama beberapa Blazer lain di belakangnya.

Pria tersebut mengangkat sebelah alisnya sedikit terkejut terhadap Haikal yang ternyata telah menyelesaikan meditasinya, sementara Haikal sendiri memperhatikan penampilan sang pria yang terlihat berbeda dari Blazer di benteng ini dari bawah sampai ujung rambut.

Pria itu bertubuh sedikit buncit dengan kumis melengkung yang menarik perhatian di atas bibir, mengenakan pakaian ala militer disertai sebuah lencana berbintang bergelantung pada saku sebelah kirinya.

"Ehm, Haikal Alendra, bukan?" Pria berseragam militer tersebut membuka percakapan sesudah berdeham sejenak.

"Benar, Pak. Haikal Alendra, calon Blazer Akademi Skymaze, kelas 1-A." Haikal menegakkan tubuhnya berniat memberi hormat tetapi dihentikan oleh sang pria.

"Tidak perlu bersikap hormat padaku, kau belum menjadi Blazer," ujar pria tersebut sembari mengibaskan tangan sebelum melanjutkan, "Mungkin kau sudah melihat plat namaku di seragam ini, tapi biar kuperkenalkan diriku."

"Namaku Reyhard Dreyfort, Blazer tingkat Master yang ditugaskan untuk memimpin dan melindungi benteng muara ini," ujar Reyhard memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan berniat menjabat tangan Haikal, "Kau bisa memanggilku Komandan Reyhard."

"Sebuah kehormatan dapat bertemu denganmu, Komandan Reyhard." Haikal menerima jabatan tangan Reyhard.

Haikal tidak terkejut atas peringkat Master yang dimiliki Reyhard mengingat tak mungkin Blazer berkemampuan biasa-biasa saja ditunjuk untuk memimpin salah satu tempat paling dijaga di seluruh Adele.

Sesudah saling memperkenalkan diri Haikal dan Reyhard berbincang kecil mengenai keamanan dan keamanan yang tersedia bagi mereka. Biarpun sedang terjadi pertempuran di luar, Reyhard tidak ingin bersikap tak sopan terhadap kelompok calon Blazer ini, apalagi terdapat Salvia, Verna, serta Cecil yang merupakan kaum darah biru di sini.

"Teman-temanmu sepertinya masih dalam tahap pemulihan, apa kau sudah merasa cukup?" Reyhard mengemukakan rasa penasarannya yang sejak tadi berputar di pikirannya.

Pada umumnya daya tampung calon Blazer terhadap energi jiwa belum terlalu besar dibanding Blazer resmi yang telah terlatih dan berpengalaman dalam pertempuran sesungguhnya, padahal jenius seperti Salvia dan Verna saja masih belum menyudahi sesi meditasi mereka.

Bagaimana Haikal yang beberapa waktu lalu disebut sebagai pecundang yang bahkan tak bisa memanggil Soul Arc-nya mampu memulihkan energi jiwa lebih cepat dibanding jenius dari Akademi Skymaze?

"Tidak perlu mengkhawatirkan saya Komandan. Biarpun terlihat seperti ini, saya sudah memulihkan lebih dari 90% energi jiwa saya," ujar Haikal berusaha meyakinkan Reyhard yang secara halus memintanya beristirahat lebih, "Lagipula...."

Haikal memalingkan pandangannya menuju jendela ruangan, tepatnya pemandangan berdarah di tepi pantai, "Jika berada di tempat tinggi seperti ini mungkin lebih baik untuk memeriksa dan menganalisis keadaan di luar dibanding memulihkan diri terlalu sempurna."

"Energi jiwa dapat pulih dengan sendirinya selama kita masih bernafas, tapi nyawa Blazer di luar sana tidak dapat kembali bagaimanapun caranya, Komandan." Haikal kembali menatap Reyhard sembari menutup penjelasannya.

Reyhard sedikit terperanjat mendengar perkataan Haikal, dia tak menyangka dapat mendengar hal seperti itu dari seorang calon Blazer.

Manusia merupakan makhluk serakah dan egois, tidak terkecuali bibit muda seumuran Haikal. Kebanyakan akan lebih memilih melarikan diri dari bahaya daripada memperhatikan dan membuat rencana antisipasi terhadap bahaya tersebut, namun Haikal berhasil mematahkan stigma itu.

Sebagai seseorang yang lebih tua dan telah melihat banyak hal, Reyhard melihat sikap Haikal sama sekali tak menunjukkan pemuda tersebut memiliki mental 'pecundang'. Dia terlihat lebih dewasa dan tegar dibanding kebanyakan calon Blazer seusianya.

Reyhard tersenyum kecil menanggapi perkataan Haikal, "Kalau begitu bisakah kau membagikan hasil analisis dan rencana antisipasimu terhadap keadaan ini?"

"Ehm, saya tak yakin ini rencana bagus dibanding penanggulangan Komandan." Haikal menggaruk pipi merasa tak percaya diri mengingat dirinya hanyalah seorang calon Blazer tak berpengalaman.

Reyhard buru-buru mengibaskan tangannya menolak perkataan Haikal, "Tidak perlu bersikap seperti itu. Sekarang kita butuh setiap ide yang dapat mengatasi situasi ini, tak peduli dari siapa ide tersebut berasal."

Haikal merasa ragu selama beberapa saat mengira Reyhard sedang mempermainkan atau menguji dirinya, tetapi situasi saat ini memang amat genting dan membutuhkan rencana bagus untuk mengatasi Verg-Verg yang terus berdatangan dari laut sekaligus.

Beberapa waktu kemudian Haikal menghela nafas panjang tak ingin berdebat dengan Reyhard, "Baiklah, tapi rencana yang saya miliki bisa dibilang gila dan mungkin mustahil dilakukan jika tidak dengan banyak orang."

"Oh?" Reyhard mengangkat sebelah alisnya merasa tertarik terhadap rencana Haikal, "Jelaskan padaku."

Saat Haikal hendak menjelaskan rencananya sebuah tepukan mendarat pada pundaknya, mengejutkan dirinya. Dia segera menoleh ke belakang dan menemukan Jack telah menyelesaikan sesi meditasinya.

"Hei, biarkan aku ikut mendengarkan rencana yang kau sebut gila itu," ujar Jack memberikan senyuman khasnya sembari mengangkat jempol sebelum menyadarkan Haikal bahwa Salvia dan lainnya juga sudah cukup beristirahat.

Mereka masih duduk di lantai namun terlihat siap mendengarkan rencana Haikal, terkecuali Cecil yang masih memulihkan energi jiwanya sebanyak mungkin. Itu tidak mengherankan mengingat Cecil-lah yang paling banyak menghabiskan energi jiwa dibanding mereka semua.

Haikal ingin mengatakan sesuatu kepada mereka, terutamanya Heru yang masih terdapat lebam di wajahnya, tetapi dia mengurungkan niat tersebut. Dia kemudian kembali memandang Reyhard dan menjelaskan rencana gilanya, "Jadi begini...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang