102. Gorila dan Nenek Sihir

59 13 1
                                    

Pada dasarnya Verg terbagi menjadi tujuh kelas yang jika diurutkan dari paling rendah terdapat Insect-class, Normal-class, Beast-class, Chimera-class, Goliath-class, Behemoth-class, dan terakhir Titan-class.

Klasifikasi kelas Verg ini umumnya didasarkan oleh ukuran tubuh seekor Verg, tetapi faktor yang paling mempengaruhi klasifikasi ini adalah tingkat keberbahayaan serta kemampuannya.

Ambil saja Ant-Bee sebagai contoh sederhana, makhluk yang baru-baru ini menjadi bahan kompetisi Haikal dan Heru.

Ant-Bee diklasifikasikan sebagai Verg kelas Insect selain karakteristik badannya yang menyerupai serangga, ukuran serta kemampuannya sendiri tidak terlalu bahaya bahkan bagi calon Blazer sekalipun.

Ant-Bee merupakan Verg seukuran dispenser kecil jika harus dibandingkan, lalu kemampuannya yang perlu diwaspadai hanya menggigit, mencakar, dan menyengat. Kelemahan Verg ini terletak pada sayap serta abdomennya, lebih tepatnya pada sengatnya.

Kekuatan dan kecepatan Ant-Bee sendiri tidak begitu mengesankan dibanding kebanyakan Verg model Floater lainnya sehingga sangatlah lemah dan mudah dibunuh selama seseorang mengetahui kelemahan mereka.

Alasan inilah yang menyebabkan Ant-Bee dikelompokkan dalam Insect-class, kelas yang tidak berbahaya jika hanya seekor tetapi dapat naik tingkat menjadi Normal-class ke atas jika dalam jumlah besar.

Berbeda dari Insect-class, belasan hingga puluhan Verg kelas Normal bukanlah sesuatu yang sepele bagi seorang calon Blazer. Verg Normal-class memiliki kekuatan yang sebanding dengan Blazer setingkat Advance ke atas meski sedang terluka.

"Heru, kau tak apa-apa?" Haikal bertanya setelah memisahkan kepala seekor Verg dari tubuhnya menggunakan Soul Saber. Badan serta pakaiannya terlihat begitu kotor seusai melawan belasan hingga puluhan Verg kelas Normal, kebanyakan diakibatkan oleh noda darah dan debu tanah.

Heru yang baru saja mematahkan leher Verg terakhir kemudian terduduk lemas di tanah sembari menghela nafas panjang, "Aku tak apa-apa, hanya kelelahan saja."

Haikal tersenyum kecil sambil mengangguk pelan mendengar kondisi sahabatnya itu, dia lalu ikut duduk di tanah sesudah mematikan Soul Saber di tangannya dan mengatur nafas. Meski Haikal dapat menampung sejumlah besar energi jiwa, bukan berarti dia tidak bisa kehabisan tenaga, terutama setelah melawan segerombolan Verg Normal-class.

Saat ini di hadapan mereka terbaring belasan hingga puluhan mayat Verg, kebanyakan dari mayat-mayat ini merupakan Verg kelas Normal, tetapi tidak sedikit pula Verg Insect-class berbaur di antaranya.

Heru dan Haikal saling memandang sesaat sesudah menyaksikan jumlah Verg yang mereka bunuh, kemudian tertawa bersamaan merasa senang sekaligus lega dapat bertahan hidup dari sekelompok Verg Normal-class dalam jumlah ini.

Di belakang mereka terdapat Jack, Salvia, Verna, serta Cecil juga dalam posisi duduk dengan butiran peluh yang tak terhitung mengalir pada badan mereka. Keempatnya tersenyum mengetahui dua lelaki di hadapan mereka terlihat baik-baik saja.

Kemenangan Haikal dan Heru tidak mungkin tercapai hanya dengan mereka berdua saja, Jack dan para gadis juga ikut membantu dari belakang menggunakan sihir jarak jauh sembari memulihkan energi jiwa secara bergantian. Cecil pun tidak terkecuali.

Biarpun tidak begitu menonjol dalam pertarungan, peran Cecil dalam mengarahkan posisi Verg selama pertempuran amatlah membantu Haikal dan Heru yang berada di garis depan. Dia juga sesekali melayangkan serangan pada Verg yang sekiranya dapat mengancam Haikal dan Heru.

"Aku tak percaya kita bisa menghadapi Verg Normal-class sebanyak ini hanya dengan enam orang," ujar Heru masih tidak yakin mereka benar-benar menghabisi semua Verg yang mendekat sebelumnya.

"Tentu saja, selain kemampuan kita yang saling mendukung, terdapat dua orang jenius yang diakui oleh dunia di kelompok ini." Verna membusungkan dada datarnya dengan wajah bangga.

Haikal dan Jack tersenyum kecut melihat balasan Verna, sedangkan Heru menyeringgai mengejek menatap dada Verna, "Jangan membanggakan dada kecilmu seperti itu, kau jadi terlihat menye—"

Belum sempat Heru menyelesaikan kalimatnya sebuah kerikil melesat cepat menghantam tepat pada dahinya yang menyebabkan dirinya tumbang, membuat semua orang di sana melotot hebat sebelum buru-buru menahan Verna yang kini mengangkat batu seukuran kepala.

"Coba katakan itu sekali lagi! Katakan itu sekali lagi!" Verna berseru keras ingin memukuli Heru sampai babak belur, sementara lelaki yang menjadi sasarannya itu sendiri meringis kesakitan sambil mengusap dahi.

Haikal menepuk jidat memperhatikan ulah konyol sahabatnya itu sebelum membantu Heru bangun, "Kau ini sengaja atau apa? Kau tahu sendiri Verna mempunyai kompleks mengenai dadanya sejak dulu."

"Yah, kupikir dia sudah menjadi lebih jinak setelah pertempuran hidup mati lalu, ternyata aku salah," jelas Heru memegangi kepalanya yang masih terasa begitu sakit dan pusing.

"Apa maksudmu jinak?! Maksudmu aku adalah hewan liar?!" Verna yang telah dibawa menjauh dari Haikal dan Heru tidak terima atas perkataan kekasihnya itu, dia berusaha meronta dari kekangan Cecil dan Salvia, "Lepaskan aku! Biar kuberi pelajaran gorila kecil sialan itu!"

Dahi Heru berkedut mendengar kata 'gorila' dari mulut Verna, "Gorila? Kalau begitu kau nenek sihir dengan tongkat sihirnya!"

Seketika itu juga semua suara di tempat tersebut lenyap digantikan oleh aura membunuh kental yang terpancar dari tubuh Verna. Salvia serta Cecil yang sejak tadi menahan Verna juga segera melepaskan kekangan mereka, begitu juga Jack yang sejak tadi berusaha menenangkan Verna.

Haikal juga segera melepas bahu Heru yang dibopongnya dan mengambil langkah mundur tak ingin ikut menjadi terkena amarah Verna, sedangkan lelaki yang tengah menjadi incaran Verna berkeringat dingin begitu menyadari perkataannya kali ini terlalu berlebihan.

"Sayang, aku hanya bercanda, oke? Kau bukan nenek sihir, kau gadis paling cantik yang pernah kutemui, jadi tolong simpan kembali Elemental Staff-mu, ya," kata Heru yang tubuhnya mulai bergemetar hebat.

Sayangnya Verna tidak menggubris satu katapun, dia mengarahkan tongkatnya yang kini memancarkan segumpal api pada Heru dan bergumam, "Red Burst."

Tidak ingin merasakan sakit lebih dari sekarang, Heru langsung kabur secepat yang dia bisa, namun Verna tak membiarkannya lari begitu saja. Dia mengejar Heru sambil merapal beberapa jurus lain menghujani kekasihnya itu dari langit dengan sihir.

Sementara Heru dan Verna bermain kejar-kejaran, Haikal dan lainnya yang menyaksikan semua itu dari jauh hanya bisa tersenyum kecut sambil memandangi Heru dengan heran, "Aku tak habis pikir, mereka itu saling mencintai atau saling membenci?"

Tentu saja pertanyaan itu tidak terjawab karena tak pernah keluar dari dalam kepala mereka.

Selagi Haikal dan lain asyik menyaksikan aksi kejar-kejaran antara Verna dan Heru dari kejauhan, sebuah seruan terdengar lantang dari suatu arah. Mereka menoleh ke sumber suara tersebut dan mendapati sekelompok Blazer berlari kecil mendekati mereka.

"Ah, benar juga. Tujuan kita kemari karena ingin menengok dan membantu pertahanan dinding muara, kenapa kita malah berhenti di sini?" Jack mengusap dagu menyuarakan pendapatnya yang disambut oleh kebingungan Haikal, Salvia, serta Cecil yang baru saja mengingatnya.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang