36. Kondisi Salvia

112 24 1
                                    

Tak tahan menyaksikan Salvia terus diserbu es oleh Edward seakan dipermainkan, Haikal akhirnya memutuskan untuk melangkah ke dalam lantai arena pertarungan menghentikan serangan terakhir Edward yang nampak berbahaya bagi keadaan Salvia sekarang dengan tinjunya, disusul Heru yang segera menghampiri Salvia.

Kedatangan Haikal dan Heru memang tidak diharapkan oleh penonton, namun tak ada yang mengeluh. Dilihat dari manapun juga serangan Edward barusan dapat membahayakan nyawa Salvia. Jika Haikal tidak turun tangan menghentikannya, maka Salvia bisa saja mengalami cedera parah yang tak bisa disembuhkan atau bahkan kematian.

"Kau...." Sorot mata Edward menajam menyadari es biru tua kehitamannya dapat ditahan hanya dengan tinju sederhana Haikal, merasa begitu marah, "Minggir, belatung jelata."

Haikal tidak membalas ucapan Edward melainkan memukul es Edward yang sebelumnya retak hingga hancur berkeping-keping tanpa kesulitan, membuat banyak penonton begitu terkejut, tak terkecuali Edward sendiri.

"Kau sudah kelewatan, bangsawan gila." Haikal mendengus pelan menahan kemarahannya pada Edward ingin sekali memukul wajah pemuda itu, namun Haikal menahan dirinya mengingat turnamen masih berlangsung.

Edward naik pitam tak menerima perkataan Haikal dan hendak mengerahkan es menyerang Haikal, tapi belum sempat dirinya bertindak sebuah hawa mengerikan nan membahana menekan Edward, Haikal, Heru, Salvia, serta semua yang hadir di arena tanpa kecuali.

Tekanan dari hawa tersebut begitu berat hingga membuat Edward mau tak mau melepas perubahan Awakeningnya.

Merasakan hawa yang begitu besar itu, baik Edward maupun Haikal secara spontan mengalihkan pandangan mereka pada sumber hawa tersebut.

Di sana nampak sesosok pria paruh baya berambut putih dengan pakaian khas pengajarnya melayang di udara bersama belasan percikan listrik biru keputihan kasat mata di sekitar tubuhnya mendekati area pertandingan secara perlahan.

Ya, pria itu adalah Veindal Volksky, satu-satunya kepala sekolah akademi Skymaze sekaligus ayah dari Salvia Volksky.

"Kepala sekolah...." Haikal menahan nafasnya secara spontan, merasa dirinya dapat terbunuh seketika jika tak hati-hati bernafas. Andaikan hawa tersebut dapat melukai, mungkin sebagian besar penonton di arena ini akan tewas karenanya.

Veindal tidak menanggapi reaksi Haikal, ia terus diam bahkan hingga sepatunya menyentuh dan menciptakan jejak pada lantai batu tersebut dalam pijakan ringan.

Kedatangan Veindal pada area pertarungan mengejutkan banyak pihak, namun tidak sampai menimbulkan kehebohan. Salvia merupakan putri Veindal sekaligus salah satu siswi di akademi yang dipimpinnya, wajar jika pertandingan dihentikan mengingat dalam turnamen tidak seharusnya membunuh lawan.

Serangan Edward barusan dapat membunuh Salvia dan semua orang dapat melihatnya, tidak ada yang aneh dari tindakan Veindal yang turun langsung ke lapangan.

Butuh beberapa waktu hingga hawa mengerikan yang merembes dari tubuh Veindal mengecil sampai akhirnya menghilang sepenuhnya, membuat semua orang di arena bisa bernafas lebih lega, begitupula Edward dan Haikal yang berjarak paling dekat dengan Veindal.

"Edward, ini turnamen bukan pertarungan bunuh membunuh. Apa ini cara bertarung keluarga Ghaetas?" Tidak seperti sebelumnya, kali ini Veindal mengarahkan hawa mengerikannya kepada Edward seorang membuat pemuda tersebut jatuh berlutut di lantai berkeringat dingin.

Meski hawa tersebut difokuskan pada Edward seorang, Haikal yang berada di dekatnya dapat merasakan betapa mengerikannya hawa yang dikerahkan Veindal hingga bisa menundukkan Edward dalam seketika, "Blazer tingkat Cardinal memang beda...."

Veindal Volksky, salah satu Blazer terkuat yang sangat ditakuti di dunia per-Blazeran Wulodhasia. Pasalnya bukan hanya berasal dari 13 keluarga bangsawan paling berpengaruh se-Wulodhasia, tetapi juga merupakan satu dari beberapa Blazer tingkat Cardinal yang dapat dihitung dengan jari tangan di Wulodhasia.

Blazer dikategorikan menjadi delapan tingkat yang mana tingkat Cardinal ini adalah tingkat tertinggi kedua yang diketahui bisa dicapai manusia, suatu tingkat yang begitu sulit ditembus oleh kebanyakan Blazer.

Sebagian besar Blazer tanpa bakat tertentu biasanya hanya mampu mencapai tingkat Expert atau paling tinggi Master setelah berusaha keras bertahun-tahun, itulah rata-rata kekuatan para Blazer di seluruh dunia.

Kedengarannya memang tidak begitu hebat dibandingkan pencapaian Edward dan Salvia yang mampu mendapatkan Awakening di usia yang begitu muda, namun dua orang itu memang jenius dari jenius. Tidak adil membandingkan jenius dan bukan jenius, bukan?

Dibanding rata-rata sebagian besar Blazer Veindal telah mencapai titik yang sangat tinggi, itulah yang membuatnya disegani dan ditakuti sebagai salah satu Blazer tingkat Cardinal dari Wulodhasia.

Edward yang mendapat tekanan berat dari hawa Veindal tak dapat menjawab, ia hanya bisa terdiam bertekuk lutut mengerahkan seluruh tenaganya agar tidak tumbang ke lantai. Sebagai bangsawan yang berharga diri tinggi, hal itu akan sangat memalukan baginya.

Butuh beberapa saat bagi Veindal untuk memutuskan menarik kembali hawanya membebaskan Edward, lalu berlari kecil menuju Salvia yang tengah terbaring lemas di genggaman Heru.

"Bagaimana keadaannya, Heru?" Veindal kemudian meraih Salvia dari genggaman Heru, memeriksa keadaan putri semata wayangnya sebisanya, sementara wajah Heru menunjukkan ekspresi pahit pada Haikal.

Setelah suasana tegang sedikit mereda petugas medis bergegas menghampiri Salvia memeriksa sekaligus memberikan pertolongan pertama. Petugas medis ini bukannya melalaikan tugasnya, tetapi memang tidak bisa bergerak karena ketakutan akan hawa yang dikeluarkan Veindal sebelumnya. Mereka khawatir Veindal akan marah dan menghajar mereka karena tidak cepat menangani putrinya.

Hasil pemeriksaan cepat tersebut menyatakan lima tulang rusuk Salvia patah dan dua di antaranya berada di posisi yang dapat membahayakan paru-paru dan jantungnya, tulang belakangnya mengalami sedikit keretakan, kepalanya juga mengalami gegar otak, serta sebagian besar ototnya putus akibat memaksakan diri dan menerima terlalu banyak serangan.

Veindal segera memerintahkan para petugas medis tersebut mengirim Salvia ke rumah sakit paling lengkap fasilitasnya di kota Adele yang kemudian harus dilanjutkan dengan perawatan intensif, sementara di perjalanannya Salvia harus ditemani beberapa Blazer tipe Support medis yang menyembuhkan beberapa cedera ringannya.

Mendengar pernyataan diagnosis cepat akan cedera Salvia, mata Haikal terbelalak hebat tak mempercayainya, sementara Heru hanya menahan raut wajahnya yang terlihat semakin buruk, "Heru, bukankah itu berarti...."

"Ya, kemungkinan Salvia bisa bertahan hidup tidak lebih dari dua puluh persen...." Heru menuturkan pendapatnya setelah memeriksa Salvia sekilas sebelumnya. Heru dapat menyimpulkan itu karena dirinya mengetahui banyak hal mengenai anatomi tubuh manusia.

Perkataan Heru memang terdengar sulit dipercaya oleh orang yang tak mengenalnya dekat, namun ketika mendengar pernyataan tersebut Veindal terbujur kaku memperhatikan Salvia yang dibawa pergi oleh petugas medis, sementara Haikal membeku tak bisa bergerak merasa syok berat.

Di antara semua orang yang hadir di sini, Haikal-lah yang paling dekat dengan Salvia selain Veindal yang merupakan ayahnya. Dirinya yang paling mengenal dan mengetahui seperti apa gadis itu dibanding remaja seusianya.

Haikal mengingat karena ketidakpekaannya terhadap lingkungan sekitar Salvia tidak mempunyai teman sebayanya sampai masa SMA ini. Jika perawatan intensif terhadap Salvia gagal dan gadis tersebut kehilangan nyawanya karena pertandingan ini, Haikal tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Haikal awalnya memang tidak ingin terlalu dekat dengan Salvia karena gadis itu merupakan putri kepala sekolah akademi Skymaze, namun setelah mengetahui kondisi dan mengenalnya lebih dalam Haikal mulai merasa dekat dengan Salvia.

Tidak ada rasa cinta yang tumbuh di antara keduanya—atau setidaknya belum—namun Haikal dapat membayangkan betapa menyedihkannya kehidupan Salvia selama ini, padahal dirinya selalu dilabeli jenius oleh masyarakat sekitar.

Merasa tidak terima akan perbuatan Edward yang telah menyebabkan ini semua, Haikal mengalihkan pandangannya kepada pemuda berambut putih itu menatapnya tajam, lalu menunjuknya, "Kau akan kuhabisi, di babak ini, di tempat ini juga."

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang