Kediaman keluarga Alendra memiliki halaman belakang yang cukup luas, Haikal sering melatih fisiknya di sana demi mempersiapkan dirinya menjadi seorang Blazer, namun hari ini ia tak melakukan rutinitas yang ia jalani semenjak sekolah dasar.
Haikal duduk di atas rerumputan di tepi kolam ikan di halaman belakangnya dengan dua lututnya tertekuk. Ia merenungkan rendahnya kemungkinan dirinya menjadi Blazer.
Sejak kecil Haikal adalah orang yang cukup keras kepala dan pantang menyerah, tapi baru kali ini ia merasa putus asa seperti ini.
Dirinya sudah berlatih keras dengan penuh keringat dan berbagai siksaan lain yang mungkin tak pernah orang lain rasakan pada usia yang sama, namun hasilnya? Tidak begitu sebanding dengan apa yang selama ini perjuangkan.
"Apa langit mengutukku?" Haikal melempar sebuah batu tipis ke kolam melampiaskan kekesalannya membuat ikan di dalamnya kabur.
Ketika Haikal mulai merasa dirinya tak bisa menjadi Blazer yang baik, tiba-tiba ia teringat suara gadis yang memanggil namanya saat proses pemanggilan Soul Arc pertamanya. Saat berusaha mengingatnya, kepala Haikal berdenyut keras.
Sontak saja ia memegang kepalanya, namun denyutan tersebut tak berlangsung lama, hanya sekitar dua sampai lima detik. Haikal terheran-heran menyadari ada yang aneh dengan dirinya.
Merasa tidak ingin berpikir yang tidak-tidak lebih jauh, Haikal kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya berniat bermeditasi membersihkan pikirannya.
***
Keesokan harinya, para murid kelas 1-A kembali melakukan percobaan memanggil Soul Arc mereka untuk pertama kalinya. Salvia serta beberapa murid lain yang sudah berhasil memanggil Soul Arc mereka kemarin tidak ikut melakukannya, mereka berlatih di bawah bimbingan Andre kali ini.
Sementara yang lain berlatih di tengah aula, Haikal duduk menyandarkan punggungnya pada dinding aula membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Sebelumnya ia meminta izin kepada Andre untuk tidak mengikuti latihan kali ini dengan alasan tak memiliki energi jiwa yang cukup.
Awalnya alasan itu ditolak oleh Andre, namun ketika Haikal menjelaskan pengalamannya sewaktu mencoba memanggil Soul Arc kemarin, Andre mengizinkannya dengan syarat harus tetap berada di aula sampai jam latihan selesai.
Karena itulah saat ini Haikal sedang membaca halaman demi halaman buku yang ia pinjam dari perpustakaan sebelumnya. Ia ingin mencari cara untuk meningkatkan energi jiwanya yang menjadi masalah sekarang.
"Jika saja aku memiliki jumlah energi jiwa yang cukup, mungkin aku bisa menemukan Soul Arc-ku," gumam Haikal dalam hati sambil terus membalikkan tiap halaman yang selesai ia baca.
Meski kemarin ia sempat putus asa melihat perkembangan Heru yang begitu pesat meninggalkannya, Haikal mengingat kembali mengapa dirinya ingin menjadi Blazer meski dengan kekuatan jiwa rendah. Ia juga mengingat-ingat lagi betapa kerasnya perjuangannya dari dulu hingga sekarang. Ia tak mau membiarkan semuanya tersia-siakan.
Saat Haikal membalikkan halaman berikutnya, matanya melebar begitu melihat nama poin yang besar di sana, "Cara menggunakan energi jiwa secara efesien?"
Walau sebenarnya bukan ini yang ia cari, bukan berarti informasi sebagus ini boleh ia lewati, kan?
Kemudian Haikal membacanya dengan seksama sampai tak terasa seperempat jam berlalu. Haikal pun menutup bukunya dan menghela nafas berat, "Penggunaan energi jiwa secara efisien ternyata sesederhana mengatur nafas. Tak kusangka informasi ini jarang diketahui orang."
Menurut buku yang dibacanya, penggunaan energi jiwa tidak semerta-merta hanya dengan mengalirkannya ke seluruh tubuh atau Soul Arc, melainkan harus dikontrol secara teratur. Terdapat berbagai macam metode untuk mengontrol penggunaan energi jiwa, tapi yang paling mudah dipahami dan dilakukan Haikal saat ini adalah teknik pernafasan.
Dengan menyesuaikan ritme pernafasan pada aliran energi jiwa, penggunaan energi yang berlebih dapat ditekan jauh dan bahkan memungkinkan untuk menyimpannya kembali saat tidak terpakai.
"Mengapa metode ini tidak dikenal banyak orang, ya?" Haikal menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika menyadari hal tersebut.
Alasan dari pertanyaan Haikal itu sebenarnya sangat sederhana. Karena berbagai penemuan-penemuan baru pada era ini, hampir semua informasi bisa diakses melalui internet sehingga membuat media cetak seperti buku, koran, majalah, dan lainnya sangat minim dipakai.
Meski akademi Skymaze dilengkapi berbagai fasilitas digital yang canggih, sejak beberapa tahun lalu akademi ini mulai menggunakan media cetak karena ingin melestarikan budaya era terdahulu. Memang sebagian besar pihak tak mendukung hal ini, tetapi kepala sekolah tetap memberlakukannya tanpa peduli tanggapan siapapun.
Jarang ada murid yang pergi ke perpustakaan karena segala informasi dapat diakses dengan mudahnya melalui internet, membuat perpustakaan akademi seperti gudang buku tua yang terbelangkai. Haikal sendiri meminjam buku dari perpustakaan karena tak menemukan informasi yang cocok baginya.
Ia pun meletakkan buku bacaannya di lantai, kemudian melakukan apa yang ia dapatkan dari buku tersebut.
Tak lama setelah mulai mengatur nafasnya, Haikal dapat merasakan perubahan pada tubuhnya. Ia menggenggam tangannya sekuat yang ia bisa, tapi anehnya dengan mengatur nafas tenaga yang ia keluarkan tidak begitu banyak, namun kekuatannya bertambah.
"Ini..."
Sebagai siswa yang berada di jenjang sekolah tingkat atas, Haikal tentu tahu bahwa cara bernafas dapat mempengaruhi kekuatan fisik. Tapi, menggunakannya bersamaan dengan energi jiwa? Ia tak pernah mengetahui hal ini sebelumnya.
Haikal pun bangkit berdiri, lalu mengatur nafasnya sambil menyiapkan kuda-kuda bertarung tangan kosong. Ia mengalirkan energi jiwa ke seluruh tubuh, lalu melayangkan beberapa pukulan dan tendangan menghajar udara sembari mengendalikan pernafasannya.
"Teknik bernafas setidaknya dapat mempengaruhi aliran energi jiwa, tapi itu hanya berlaku terhadap tubuh nyata, bukan efesiensi secara utuh...." Ucapan Haikal terhenti ketika ia menyadari suatu hal dari metode yang baru ia ketahui ini.
Haikal kembali duduk bersila di atas lantai, namun kali ini ia langsung memejamkan matanya memusatkan konsentrasi pada jiwanya sambil menjaga nafasnya. Tak lama kemudian sensasi tenggelam ke dalam genangan air pun dapat ia rasakan setelah seluruh inderanya menumpul, namun ada perbedaan daripada sebelumnya.
Jika sebelumnya Haikal mampu mendengar kilas balik masa lalu yang pernah ia alami, sekarang ia tak mendengarnya sedikitpun. Perlahan namun pasti, ia dapat merasakan tubuhnya terus tenggelam menuju gelapnya lautan, tetapi Haikal masih sadar seratus persen.
Berkat metode yang ia pelajari sebelumnya, Haikal dapat menggunakannya di dalam kesadarannya sendiri. Ia dapat bernafas di dalam lautan tanpa dasar tersebut, tetapi tekanan air membuat paru-parunya sesak dan nafasnya semakin menipis.
"Sampai kapan ini akan berlanjut? Walaupun penggunaan energi jiwaku berkurang drastis berkat metode ini, bukan berarti energi jiwaku takkan habis," keluhnya tak mendapati dirinya menyentuh dasar atau melihat sesuatu berwujud pedang di sana.
Sudah setengah dari total energi jiwa Haikal terkuras, tetapi dirinya sama sekali tak menemukan tanda-tanda keberadaan Soul Arc-nya. Ketika sekitar energi jiwanya hanya tersisa sekitar 10% dan tanda-tanda sesak nafas disertai pandangan kabur pun dirinya tak menemukan apapun.
"Sudah berapa lama dan jauh aku tenggelam?" Merasa dirinya mulai kehilangan kesadaran, Haikal berpikir sudah waktunya untuk menyudahi percobaan ini.
Ketika dirinya memutuskan kembali ke dunia nyata, tiba-tiba tubuhnya bergejolak tanpa sebab. Saat merasakan gejolak tersebut dan ingin memastikannya, Haikal telah membuka matanya mendapati dirinya sedang berada di Aula Valhalla.
"Apa yang barusan?" Nafasnya terengah-engah kehabisan energi, tapi masih lebih baik dibanding kemarin. Setidaknya energi jiwanya masih tersisa walau hanya sedikit.
Ia memeriksa jam digital yang tertempel di aula, sudah sekitar sepuluh menit berlalu semenjak dirinya menyelam.
Pada saat yang sama pula jam latihan pun berakhir dan Andre mengarahkan murid-muridnya untuk kembali ke kelas, termasuk Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absolute Soul
FantasyBlazer, sebutan bagi mereka yang mampu membangkitkan Soul Arc dan memiliki kemampuan di luar nalar manusia biasa. Mereka pula yang memukul mundur makhluk asing pemusnah manusia di masa lalu, Verg. Berkat keberadaan Blazer, umat manusia bisa bertahan...