6. Membangkitkan Soul Arc

412 68 2
                                    

"Aku pulang," ucap Haikal ketika sampai di rumahnya menandakan dirinya sudah pulang.

"Oh, Haikal? Sudah pulang rupanya." Seorang gadis berambut hitam kecokelatan mengenakan celemek masak merah muda muncul dari dapur sambil membawa sebuah spatula.

"Kak Yui? Sedang apa di sini?" Haikal sedikit terkejut melihat gadis tersebut berada dalam rumahnya.

"Ah, ibumu tadi menelponku memintaku memasakkan makan malam untuk kalian," jelas Yui tersenyum lembut pada Haikal sebelum kembali ke dapur.

Haikal kemudian berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak sebelum mandi dan makan. Ia segera mengganti seragamnya dengan pakaian kasual, lalu merebahkan tubuhnya ke kasur menutup mata mengingat masa-masa pelatihannya yang cukup keras.

"Walaupun jauh dari harapan, setidaknya kekuatan jiwaku yang sekarang mencapai rata-rata," gumam Haikal tersenyum membuka matanya memandang langit-langit kamar.

Kemudian ia bangkit dari kasur, lalu melakukan push-up dan sit-up masing-masing sebanyak 50 kali. Ini sudah menjadi rutinitas bagi Haikal untuk melatih fisiknya, setidaknya 50 kali setiap hari.

Haikal sadar kalau melatih fisik takkan begitu mempengaruhi kekuatan jiwanya, namun ia tak bisa melakukan apapun terhadap kekuatan jiwanya.

Kekuatan jiwa sendiri dinilai berdasarkan jiwa seseorang, bagian terdalam dari manusia. Ia tidak bisa melatih jiwanya seperti halnya fisik, tapi Haikal sering bermeditasi menganggap hal itu bisa meningkatkan kekuatan jiwanya. Memang benar hal itu mempengaruhi kekuatan jiwanya, tetapi dalam kuantitas yang sangat sedikit.

"Setidaknya dengan latihan meditasi, kekuatan jiwaku bisa meningkat dibanding dulu meski hanya sedikit." Haikal menyelesaikan latihan kecilnya di kamar, kemudian berjalan menuju dapur berniat mengisi perut.

"Oh, kakak sudah kembali? Aku tak mendengar suara kakak sama sekali," ucap seorang pemuda berwajah sedikit mirip Haikal, namun dengan rambut hitam dengan sedikit nuansa putih di ujungnya.

Haikal tersenyum kecut mendengar komentar pemuda itu, "Mana mungkin kau dengar suaraku kalau masih sedang game."

"Hm, benar juga," pemuda itu mengangguk pelan menyetujui Haikal sebelum melanjutkan makannya.

Haikal duduk di kursi bergabung bersama pemuda tersebut, lalu mengambil makanan yang tersedia di atas meja secukupnya. Ia memandang Yui yang sedang menatap dirinya dengan senyum hangat.

"Ada apa, kak Yui?" Haikal sedikit terheran dengan sikapnya hari ini.

"Tidak, aku hanya penasaran dengan hari pertamamu sekolah di akademi."

"Oh, aku juga penasaran," cetus pemuda tadi.

"Seran, kau tak perlu tahu. Lagipula, kau setahun lagi juga ke sana, kan? Lebih baik lihat sendiri." Haikal menanggapi pemuda tersebut.

Seran adalah nama pemuda yang duduk di samping Haikal, nama lengkapnya adalah Seran Alendra, satu-satunya adik laki-laki Haikal.

"Cih, pelit amat jadi orang." Seran memalingkan wajahnya dari Haikal dan melanjutkan makannya dalam diam.

Haikal sendiri menghela nafas melihat kelakuan adiknya sambil menggeleng kepala, lalu ikut menyantap hidangan sembari sesekali menceritakan pengalaman pertamanya bersekolah di akademi Skymaze.

"Heh? Statistikmu tidak meningkat? Setelah berlatih keras selama ini?" Yui terlihat sedikit terkejut mendengar cerita Haikal.

"Siapa bilang? Statistikku meningkat, hanya saja tak begitu tinggi dibanding Heru." Haikal menghela nafas berat.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang