72. Pertandingan Final III

100 23 1
                                    

Guncangan akibat ledakan hasil benturan antara Gaia's Maelstrom milik Jack dan Void Breaker Haikal terasa begitu besar hingga beberapa barang yang tergantung di dinding arena jatuh. Jika bukan karena Akademi Skymaze sedang menggelar Turnamen Penyambutan, mungkin semua orang yang berada di sekitar mengira terdapat gempa bumi.

Berkat tubrukan dua jurus tersebut pula, saat ini arena dipenuhi oleh debu berterbangan menghalau pandangan setiap orang dari luar pelindung lapangan arena.

"Ini tidak bisa dipercaya...." Pembawa acara meneteskan keringat dingin ketika menanggapi apa yang diperlihatkan matanya. Sejauh dirinya menjadi pembawa acara pada turnamen tahun ini, dia tidak pernah merasakan ledakan dan getaran semengerikan ini, bahkan ledakan hasil bentrokan jurus Verna dan Salvia sebelumnya masih kalah jauh.

Semua penonton yang masih sadar dan menyaksikan jalannya pertandingan memandangi lapangan arena dengan tegang, antara penasaran apa yang sebenarnya terjadi ataupun siapa yang bertahan dari ledakan sebesar itu.

Biarpun orang awam yang masih sadar ini bukanlah Blazer, mereka mengetahui bahwa level ledakan barusan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh calon Blazer, apalagi masih kelas satu.

"Apa Jack sudah gila menggunakan jurus semengerikan itu di turnamen setingkat ini?!" Salah satu guru mengutuk keras perbuatan Jack yang dianggap terlalu berlebihan. Dia berpendapat jika bukan karena medan pelindung arena yang diciptakan dari energi jiwa para Blazer tingkat Expert maka seluruh arena bisa hancur dan menewaskan banyak orang.

Tidak ada pengajar yang menentang pendapat guru tersebut, semua setuju jika melihat daya hancur jurus Jack barusan. Veindal sendiri memiliki pendapat yang sama dengan mereka namun memilih diam sambil menggigit bibirnya.

Sebenarnya Veindal sudah hampir bergerak dan menghentikan pertarungan sesaat sebelum Jack melempar pusaran energi jiwa raksasanya, tetapi dorongannya ingin mengetahui tindakan pencegahan Haikal membuatnya terdiam, padahal dirinya tahu Gaia's Maelstrom milik Jack bukanlah setingkat calon Blazer lain dilihat secara sekilas.

Veindal menarik nafas dalam-dalam berusaha menenangkan dirinya, "Ini salahku tidak menghentikan kejadian ini." Dia lalu merebahkan tubuhnya kembali ke tempat duduk sambil mendesah begitu berat, merasa menyesal termakan oleh dorongan egoisnya.

Para pengajar yang mendengar perkataan Veindal mengangkat alis tetapi tak berani berbicara. Tidak ada satupun dari mereka yang merasa berhak menyalahkan Veindal padahal mereka sendiri bahkan tak bergerak dari tempat mereka.

Di saat semuanya masih tertutup debu, Salvia di pinggir arena hanya bisa melotot hebat menyaksikan pemandangan yang baru saja terjadi. Dia bisa melihat daya hancur serangan Jack barusan sama sekali bukan levelnya.

"Haikal.... Haikal!!" Salvia menjerit histeris tersadar dari kekagumannya terhadap jurus Jack. Seketika dia teringat Haikal yang saat ini tengah bertarung melawan Jack. Dia segera beranjak dari kursinya berniat menghampiri lapangan arena tapi berhasil ditahan oleh petugas medis yang berada di sampingnya.

Salvia dapat memahami jika tubuh Haikal telah ditempa oleh latihan tak manusiawi selama ini dan mendapatkan tubuh lebih kuat dibanding rata-rata Blazer seumurannya, namun sekuat apapun fisiknya Salvia merasa Haikal tak akan mampu bertahan dari serangan satu ini.

Benar saja, beberapa waktu berlalu debu-debu yang menghalangi pandangan mulai menipis dan memperlihatkan kondisi arena yang kini lebih bisa diterima jika disebut reruntuhan. Berkat ledakan besar barusan lapangan arena tak bisa lagi mempertahankan wujudnya.

Seiring debu-debu mulai sirna di tengah lapangan terlihat sesosok laki-laki berdiri dengan tegap di sana seakan-akan tak terjadi apapun. Rambut pirang mencolok, paras tampan, serta aura hijau keemasan yang khas.

"I-itu Jack! Jack Calvin!" Seru pembawa acara terbelalak tidak percaya, "Dia berdiri begitu tenang tanpa mengalami luka satupun—tidak, aku bahkan tak melihat sebutirpun debu menempel pada pakaiannya!"

Seruan pembawa acara menyebabkan ketegangan para hadirin melonjak drastis. Sebagian dari mereka yang merupakan pendukung Jack berteriak keras mengelu-elukan nama Jack, sementara pendukung Haikal merasa lemas karena tidak melihat sosok Haikal di sudut lapangan manapun.

"Huh, sekuat apapun Blazer tanpa Soul Arc memang beginilah hasilnya."

"Pecundang yang tak bisa membangkitkan Soul Arc memang tidak mungkin menang melawan Blazer yang sesungguhnya."

"Sungguh disayangkan tapi inilah kenyataan."

Beberapa penonton mulai mengejek Haikal satu demi satu melihat kondisi lapangan arena yang begitu parahnya. Sekuat apapun Haikal kalau terkena serangan berdaya hancur sebesar Gaia's Maelstrom maka bukan tidak mungkin badannya sudah terkoyak menjadi debu, itulah yang mereka pikirkan.

Selain kondisi lapangan arena yang mengalami kehancuran total, Jack juga tidak mengalami luka sedikitpun bahkan debu juga tak menempel di pakaiannya. Ini memperlihatkan seberapa kuatnya Jack yang sesungguhnya.

"Tidak... Tidak mungkin...." Salvia tak kuasa menahan air matanya saat dia tidak menemukan sosok Haikal di manapun, hanya terdapat Jack di tengah lapangan sejauh matanya memandang.

Salvia jatuh berlutut di lantai lemas tidak mempercayai apa yang terjadi, "Ini mustahil.... Haikal...."

Reaksi Salvia tidak perlu diherankan mengingat beberapa waktu belakangan dirinya sudah mulai akrab dengan Haikal.

Salvia belum pernah berinteraksi begitu lama dengan orang lain selain Haikal mengingat ketidakpekaannya terhadap lingkungan sekitar dan membuatnya dijauhi oleh orang lain, bahkan oleh kenalan ayahnya sendiri. Haikal-lah adalah orang pertama yang tidak meninggalkannya selain ayahnya, Veindal.

Haikal pulalah orang yang menariknya keluar dari neraka kesepian, Haikal pulalah orang yang menerima dirinya apa adanya selain Veindal, Haikal pulalah orang yang sanggup memacu detak jantungnya begitu kencang ketika matanya bertemu, Haikal pulalah orang yang memberinya kehangatan setelah sekian lama hatinya membeku dalam kesepian.

Kehilangan sosok seperti Haikal jelas menjadi pukulan keras baginya.

"Padahal aku belum sempat berterima kasih setelah diselamatkan dari serangan Edward." Air mata Salvia mengalir makin deras ketika mengingat kembali kejadian di mana dirinya hampir kehilangan nyawa di tangan Edward.

Melihat sorak-sorai kegembiraan dan aura kelabu kelam para hadirin bercampur di satu tempat pada waktu yang sama, pembawa acara sedikit bingung harus bergembira atas kemenangan Jack atau tidak, mengingat betapa parahnya kondisi lapangan peluang Haikal selamat sangatlah sedikit.

Di lapangan arena sendiri, Jack tersenyum kecil menanggapi semua sorak-sorai dan aura suram para hadirin di arena sebelum akhirnya tertawa begitu lantang, mengundang amarah para pendukung Haikal. Salvia pun ikut memandang Jack dengan pandangan penuh kemarahan.

Jack baru saja melancarkan serangan besar nan kuat yang bisa mengalahkan Haikal dalam sekali serang, bahkan mungkin mengoyak tubuhnya menjadi debu di saat yang sama, tetapi tak ada rasa penyesalan ataupun bersalah yang diperlihatkan olehnya membuat banyak pihak bertanya-tanya.

"Sungguh lucu sekali orang-orang ini, bisa-bisanya mereka tertipu oleh trik kecil seperti ini." Jack menghentikan tawanya seusai berkata demikian, dia lalu menunjuk salah satu sisi lapangan arena yang masih tertutupi debu, "Sudah puas bermain petak umpetnya, Haikal?"

Tepat setelah Jack menyelesaikan perkataannya, semua perhatian terpusat menuju lokasi yang ditunjuk Jack. Sekilas hanya terlihat sekumpulan debu-debu berterbangan di sekitar sana, tetapi setelah diperhatikan lebih jauh semua orang bisa melihat siluet bayangan berbentuk manusia di sana.

"Aih, padahal aku masih ingin memulihkan energi jiwaku lebih banyak," balas siluet tersebut. Dia lalu mengibaskan tangan dan mengusir semua debu yang masih menghalanginya, memperlihatkan sesosok pemuda berambut hitam yang tersenyum kecut, "Kalau sudah ketahuan apa boleh buat."

Semua mata yang melihat sosok pemuda tersebut terbelalak hebat, tak mempercayai penglihatan mereka, terutamanya Salvia yang seketika itu juga tangisannya berhenti dan sebuah senyuman tersungging lebar di bibirnya kemudian berseru, "Haikal!"

Benar, pemilik siluet bayangan tersebut adalah sosok calon Blazer tanpa Soul Arc yang terkenal di seluruh Adele, Haikal Alendra.

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang