0. Prolog

1.6K 110 33
                                    

Sekitar lima puluh tahun lalu, terjadi sebuah bencana hebat yang melanda beberapa negara. Bencana tersebut menimbulkan kerusakan dan korban yang cukup mengerikan di mana-mana.

Bencana ini menimbulkan berbagai reaksi warga bumi dan mengakibatkan kepanikan hebat karena adanya kemungkinan bencana susulan, mengingat bencana ini berupa gempa bumi besar. Namun ada yang aneh pada bencana ini.

Beberapa hari seusai bencana tersebut berlalu, tak ada bencana susulan seperti gunung api meletus atau tsunami, hal itu sontak membuat para ilmuwan dan para orang-orang pemikir kebingungan. Bukankah gempa sebesar itu seharusnya akan terjadi setidaknya bencana susulan?

Memang kekhawatiran warga dunia cukup menurun karena tidak adanya bencana susulan selang beberapa hari setelah gempa besar tersebut, namun yang menjadi pusat perhatian seluruh umat manusia adalah kejadian beberapa minggu setelah bencana itu.

Sebuah sinar cahaya putih berbentuk tiang menjulang ke langit muncul di titik-titik bencana tersebut. Semua orang terheran-heran terhadap fenomena tersebut dan para ilmuwan pun terlihat tertarik dengan pilar cahaya itu.

Pilar cahaya tersebut berdiri di atas tanah menjulang sampai beberapa kilometer ke langit. Hasil pengamatan satelit memberikan foto yang tak biasa saat ujung pilar ini terkuak. Pilar cahaya ini berhenti tepat di sesuatu yang mirip pecahan kaca di udara, namun pecahan tersebut nampak transparan dan sama sekali tak mengandung unsur apapun.

Hal ini mengundang perdebatan para ilmuwan, apakah hal ini bisa terjadi?

Tentu tidak hanya kaum ilmuwan saja yang berdiskusi mengenai pilar tersebut, para pemuka dan pemeluk agama pun juga tak kalah mengeluarkan pendapatnya. Meski tidak bisa dibilang berdiskusi, para pemuka dan pemeluk agama yang fantatik menyebarkan berita bahwa hari penghakiman umat manusia akan tiba tak lama lagi.

Pernyataan dari pemuka agama tersebut membuat pengikut dan bahkan yang tak memeluk agamanya percaya dengan hal itu. Mereka pun turun berbondong-bondong ke jalan dan menyerukan suara ke langit memanjatkan doa meminta pertolongan dan ampunan kepada apapun yang mereka sembah.

Namun alih-alih doa mereka terjawab, gempa kembali melanda namun tak sehebat dan selama sebelumnya. Tetapi di balik keringanan tersebut dari langit terdengar suara gemuruh hebat terdengar hingga ke tiap belahan dunia yang membuat siapapun yang mendengarnya akan bertekuk lutut.

Tak lama setelah gempa dan gemuruh itu mereda, dari dalam pilar-pilar cahaya yang tersebar ke berbagai bagian dunia itu muncul ribuan makhluk yang tak dikenal. Makhluk-makhluk tersebut membunuh, menghancurkan, merampas, dan melakukan berbagai macam hal tak berperikemanusiaan lainnya terhadap hampir setiap manusia atau makhluk hidup di sekitarnya.

Pihak militer segera turun tangan mendengar kejadian ini, namun sayang mereka tidak bisa melakukan banyak karena jumlah serta ketangguhan makhluk-makhluk yang keluar dari pilar cahaya ini bukanlah tandingan persenjataan modern pada umumnya. Hanya senjata model berat yang bisa menembus dan membunuh mereka, tetapi itupun butuh banyak usaha.

Beberapa tahun setelah keluarnya makhluk-makhluk tersebut dari pilar cahaya, populasi dunia pun menyusut drastis disertai hilangnya wilayah bumi yang bisa dihuni. Peradaban pun dihancurkan sampai manusia hampir kembali ke zaman batu kala itu.

Di saat harapan mulai hilang, muncullah sekelompok orang berkekuatan yang mampu memukul mundur makhluk-makhluk asing ini. Mereka memiliki senjata khusus yang dapat digunakan untuk melukai para makhluk asing penyerang umat manusia.

Ketika identitas serta kemampuan mereka terkuak, ternyata senjata yang mereka gunakan adalah sebuah senjata yang terbuat dari jiwa mereka sendiri.

Awalnya tidak ada yang percaya terhadap informasi tersebut, tetapi mau tak mau umat manusia harus percaya ketika melihat sebuah senjata berwujud yang berbeda-beda muncul secara tiba-tiba di tangan orang-orang berkekuatan khusus ini.

Dengan senjata itu pula mereka memukul mundur para makhluk-makhluk asing yang secara perlahan menggusur manusia dari rantai makanan.

Setiap orang yang menyaksikan aksi sekelompok orang ini pun harus percaya kalau manusia memiliki potensi yang tak terbayangkan sebelumnya.

"Seperti itulah masa lalu dari dunia kita sekarang, pak Andre." Seorang gadis menutup buku yang dipegangnya mengakhiri bacaannya.

"Terima kasih, Salvia." Guru yang dipanggil pun menanggapinya.

Seusai membacakan masa lalu dari dunia ini, gadis bernama Salvia itu duduk kembali di bangkunya. Seisi ruangan memandangnya dengan tatapan takjub dan kagum.

"Baik, karena Salvia sudah membacakan masa lalu dari dunia kita, apakah ada yang ingin membacakan bagian para pahlawan tersebut?" Guru pria yang bernama Andre tersebut mengangkat suaranya berharap ada yang menjawab niatnya.

"Saya Pak!" Seorang gadis tiba-tiba beranjak berdiri sambil membawa sebuah buku di tangannya.

"Baik Anna, silahkan dibaca," Andre mempersilahkan gadis bernama Anna itu membaca keras-keras apa yang ada di dalam buku.

Disebutkan kalau sekelompok orang berkekuatan ini diberi gelar sebagai pahlawan sekaligus penyelamat umat manusia dari ambang kehancuran. Kelompok pahlawan ini berjumlah empat orang yang memiliki julukannya masing-masing.

Pedang Neraka, Pemanah Angin, Penyihir Suci, dan Bayangan Kilat, itulah julukan yang melekat erat dengan empat sosok pahlawan ini.

Keempat sosok ini memang kuat, namun ada kalanya mereka terpukul mundur karena musuh berkembang menjadi semakin kuat dan kuat setiap hari. Sadar atas batasan diri sendiri, mereka kemudian mengajari beberapa orang lainnya untuk menciptakan senjata jiwa dan bertarung bersama mereka demi melindungi umat manusia.

Mereka bersama-sama bertarung dan menjadi tak terkalahkan sekali lagi, tetapi sesuai kata seorang tokoh di masa lalu, apapun yang bisa salah akan menjadi salah.

Keempat pahlawan dan orang-orang yang ikut bertarung bersama mereka kembali mendapat kekalahan, kali ini ada beberapa korban yang berjatuhan dalam misi memukul mundur makhluk-makhluk asing ini. Mereka kembali ke peradaban manusia yang masih utuh dengan kekalahan.

Karena dijuluki pahlawan dan mampu melawan, para pahlawan serta rekan-rekannya menjadi sedikit arogan dan meremehkan musuh. Tanpa persiapan yang mencukupi, mereka pun kalah.

Saat kembali barulah mereka menyadari suatu hal.

Mereka bukanlah satu-satunya manusia yang mampu bertarung melawan para makhluk ini, tapi semua manusia dapat melakukannya juga. Potensi manusia serta jiwanya bukanlah milik mereka seorang, setiap manusia juga memilikinya.

Dengan begitu keempat pahlawan dan orang-orang yang menjadi pengikutnya dalam pertarungan mempertahakan umat manusia di garis depan mulai melatih banyak orang dan membuat pasukan khusus untuk melawan para makhluk asing ini.

"Lalu senjata yang terbuat dari jiwa manusia dinamakan Soul Arc, senjata khusus yang mampu melukai makhluk-makhluk yang keluar dari pilar cahaya dengan mudah. Senjata itulah yang membuat para pahlawan serta pengikutnya mampu memukul mundur musuh kita," jelas Anna mengakhiri bacaannya.

"Terima kasih atas penjelasannya, Anna." Andre mempersilahkan Anna kembali duduk di bangkunya dengan senyum puas.

Ia mengalihkan pandangannya ke seluruh anak muda berseragam sama yang ada di kelasnya, "Kalian semua telah memilih memasuki akademi Blazer yang ada di kota ini, pastikan kalian berlatih giat dan menjadi Blazer kuat yang suatu saat akan membebaskan umat manusia dari tangan makhluk-makhluk biadab itu."

"Siap, Pak!" Para murid menjawab dengan serempak.

Andre meninggalkan kelas beserta muridnya setelah mengakhiri pertemuan pertama di semester pertama ini melangkah menyusuri lorong akademi, "Sepertinya aku melihat beberapa orang berbakat di kelas ini dari raut wajahnya, kuharap aku tak salah lihat."

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang