13. Kedatangan Salvia

479 55 11
                                    

Saat ini ada tiga orang yang duduk di ruang tamu kediaman Alendra, yaitu Haikal, Heru, dan Salvia. Haikal dan Heru duduk menghadap Salvia yang berada di seberang meja kaca kecil.

"Apa yang membawamu kemari, Salvia?" Haikal membuka pertanyaan lebih dulu merasa suasana canggung di sekitarnya sudah memakan cukup waktu.

"Aku kemari ingin menemanimu berlatih, tapi kelihatannya kau baru saja selesai." Pandangan Salvia teralihkan menuju Heru dengan sorot mata tajam.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Bukankah wajar aku dan Haikal berlatih bersama?" Heru merasa sedikit kesal dengan cara pandang Salvia kepadanya, "Lagipula, kenapa kau bisa tahu alamat rumah Haikal?"

"Aku mencari alamatnya dari data akademi yang dipegang oleh ayahku, apa itu salah?" Salvia nampak bingung menyadari Heru nampak kesal.

Heru membalas ucapan Salvia, namun komentarnya dimentalkan oleh gadis perambut perak tersebut. Hal ini terus berulang hingga ke sekian kalinya sampai nafas keduanya terputus-putus. Pada akhirnya Haikal menengahi adu mulut mereka melerai keduanya.

Setelah semua tenang barulah Haikal berbicara, "Salvia, aku dan Heru sudah berlatih secara fisik, bagaimana kalau kau melatihku dalam hal jiwa?"

"Oh, benar juga. Jadi, apa yang ingin kau latih terlebih dahulu?" Salvia menaikkan alisnya mendengar Haikal.

"Jelas yang utama adalah energi jiwa, dan setelah itu membangkitkan Soul Arc." Haikal memejamkan matanya mengingat sampai sekarang dirinya masih belum bisa memanggil Soul Arc-nya.

Salvia sedikit terkejut mengetahuinya. Terakhir ia memeriksa kapasitas dan kuantitas energi jiwa Haikal sudah lumayan besar dan banyak dibanding pertama kali pemuda itu berusaha membangkitkan Soul Arc, tapi dengan jumlah sebanyak itu ia belum berhasil memanggil Soul Arc-nya?

Jika Soul Arc yang dimilikinya berkekuatan hebat, itu masih bisa dikatakan wajar. Namun kalau Soul Arc-nya tidak begitu hebat? Ada keanehan pada diri Haikal yang tidak diketahui.

Kekuatan jiwa dan Soul Arc sendiri masih dikatakan baru dalam pengetahuan umat manusia, maka dari itu tak begitu banyak yang diketahui mengenai mereka.

"Haikal, kenapa kau terburu-buru ingin memanggil Soul Arc-mu?" Tanya Salvia membuat Heru juga ikut penasaran.

"Tentu saja karena Turnamen Penyambutan, kau pikir apa lagi? Bukankah sudah jelas bahwa tanpa Soul Arc aku takkan bisa ikut turnamen itu?" Jawab Haikal ketus merasa Salvia ingin membodohi dirinya.

Mendengar itu, Salvia mengusap dagunya memikirkan suatu hal sebelum mengangkat suaranya lagi, "Apa penggunaan Soul Arc itu wajib dalam turnamen?"

Kali ini terbalik, sepasang sahabat itu nampak sangat kebingungan mendapat balasan Salvia yang kelihatannya juga terheran-heran, "Memangnya seorang murid yang belum membangkitkan Soul Arc diperbolehkan mengikuti Turnamen Penyambutan?" Setidaknya itu yang dipikirkan keduanya.

Salvia kemudian mengeluarkan selembar kertas yang ditunjukkan kepada keduanya, "Kertas ini adalah lembaran tentang Turnamen Penyambutan yang disebarkan ke seluruh akademi Skymaze. Sejauh yang kubaca tak ada larangan murid tanpa Soul Arc tak bisa mengikutinya."

Haikal dan Heru membaca lembaran itu dalam diam dengan seksama selama beberapa saat, setelah itu wajah Heru menjadi cerah, tapi tidak bagi Haikal, "Walaupun tidak ada larangannya, turnamen pasti akan bertarung, bukan? Memangnya aku bisa bertarung dengan para Blazer tanpa Soul Arc?"

"Benar juga." Salvia dan Heru bergumam sambil mengusap dagu secara bersamaan baru menyadari hal sesederhana itu.

Selang beberapa detik, Salvia mengemukakan usulnya, "Bagaimana kalau menggunakan Soul Device?"

"Soul Device? Kau bercanda? Alat semahal itu?" Haikal hanya bisa tersenyum masam mendengar usul Salvia yang diikuti oleh melebarnya mata Heru.

Soul Device adalah alat khusus yang dikembangkan oleh para Blazer kategori Support. Alat ini digunakan oleh mereka yang ingin memperkuat kemampuan atau melengkapi perlengkapan mereka yang kurang.

Setiap orang hanya memiliki satu Soul Arc, maka dari itu Soul Device dibutuhkan untuk melengkapi kekurangan para Blazer. Karena itulah Blazer kategori Support menciptakan Soul Device ini.

Namun karena bahan pembuatannya yang langka nan mahal, harga Soul Device pun tidaklah murah. Soul Device yang paling murah sendiri berharga sekitar 100.000 Bold, harga yang fantastis bagi kalangan masyarakat biasa seperti Haikal dan Heru.

"Kau tak memilikinya?" Tanya Salvia penasaran.

"Bagaimana bisa orang biasa sepertiku memiliki alat semahal itu?!" Rasa kesal Haikal kali ini meledak melihat ketidakpekaan Salvia terhadap kondisi orang sekitarnya.

Salvia sendiri terlihat bingung tujuh bintang, ia tak menyadari bahwa keuangan keluarganya dan keluarga Haikal jauh berbeda, mengingat keluarga Volksky termasuk masyarakat kalangan atas.

Haikal kembali duduk ke sofa sambil menghela nafas karena sebelumnya ia berdiri seketika, kesal dengan ucapan Salvia yang terdengar sangat tidak sopan baginya. Saat matanya teralih kepada gadis berambut perak itu lagi, dirinya terkejut setengah mati.

"Gadis ini hampir menangis?!" Batin Haikal begitu melihat mata Salvia yang berkaca-kaca.

Ketika dirinya masih tenggelam dalam rasa terkejut, Heru menyikut Haikal menyadarkan sahabatnya dan berbisik, "Aku tak mau ikut-ikutan," kemudian kabur secepat kilat menghilang dari ruang tamu.

Haikal mengumpat keras dalam hatinya melihat kelakuan Heru yang main kabur begitu saja tanpa niatan membantu dirinya. Setelah itu ia melihat ke arah Salvia yang mengusap matanya dengan ujung lengan bajunya cepat-cepat.

"Walaupun dia jenius dan kaya, bukan berarti ia orang jahat. Mungkin pengetahuan tentang lingkungannya sangatlah kurang sampai mengatakan sesuatu yang dapat menyinggung orang lain dengan mudahnya," batin Haikal menyesal telah membentak Salvia.

Ia kemudian bangkit berdiri dan menunduk meminta maaf terhadap Salvia, "Maafkan aku telah kasar, aku terbawa emosi."

"Ehm, tidak apa-apa. Maafkan aku juga, tanpa sengaja aku mengatakan sesuatu yang menyinggungmu." Salvia menerima permintaan maaf Haikal sambil meminta maaf juga.

Setelah itu Salvia bercerita tentang dirinya yang dibesarkan tanpa tahu kondisi lingkungan di sekitarnya. Ia jarang sekali mengeksplor dunia luar dan bermain bersama anak-anak lainnya sehingga hanya tahu kehidupan di dalam rumahnya.

Karena dibesarkan dengan cara seperti itu, ia menjadi sangat tidak peka terhadap kondisi orang lain dalam banyak hal. Dirinya merasakan ketidakpekaannya itu ketika masuk sekolah tingkat menengah berkat ejekan dari teman-temannya.

Ia sudah belajar banyak teori mengenai kondisi orang lain, tetapi dirinya selalu gagal mempraktikkannya. Karena itulah ia sering menyinggung orang lain tanpa sengaja, bahkan beberapa keluarga kenalan ayahnya pun kerap kali memperingatinya agar menjaga mulutnya.

"Jadi begitu kejadiannya. Pantas saja ia tak merasa bersalah ketika menyinggung orang lain," keluh Haikal dalam hatinya merasa tak enak hati telah membentak gadis malang ini.

Haikal menghela nafas sejenak sebelum berusaha menghibur Salvia dan meminta maaf sekali lagi karena tidak mengetahui kondisi gadis ini.

"Kalau begitu, apa yang kau inginkan untuk permintaan maafku?" Tanya Haikal menawarkan permintaan khusus kepada Salvia.

Ia mengingat saat Salvia memberikan permintaan semacam ini ketika ingin menebus kesalahpahaman beberapa waktu lalu, setidaknya ia ingin membalasnya dengan cara yang sama.

Salvia terdiam beberapa saat merenungkan apa yang ingin ia lakukan terhadap Haikal sebagai permintaan maaf. Mengingat dirinya pernah menawarkan hal yang sama ketika berbuat salah, ia mengerti alasan Haikal memberi tawaran tersebut.

Setelah diam beberapa lama, Salvia mendapatkan sesuatu dan segera memandang Haikal dengan mata berbinar-binar, "Bagaimana kalau kencan?"

Absolute SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang