Cerita ini berkisah tentang seorang remaja yang baru lulus sekolah harus menikah dengan seorang pria yang tidak pernah ia cintai. Mereka menikah atas permintaan kakaknya,saat itu tidak ada pilihan lain. Kakaknya menderita Leukemia dan sudah masuk fa...
"Kak Adis nggak papa kan? " (Tanya Gavrila khawatir).
"Aku tidak apa-apa.. Permisi.. " (Adistia syok ketika mendapati siapa Felysia, ia pun langsung melenggang ke kamarnya dengan air mata yang ia tahan).
"Kak... Kak Adis... Brengsek... Jalang itu kembali... Lihat saja lu sampai mengganggu rumah tangga kakak dan kak Adis gw pastikan hidup lu berakhir!!!! " (Panggilan Gavrila tak dihiraukan Adistia).
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gavrila akhirnya menelfon Andra yang masih berada dirumah sakit.
Gavrila : " Hallo kak... Ada hal yang pengen gw sampaikan sama lu. "
Andra : " Ada apa? "
Gavrila : " Mantan lu balik kesini. "
Andra : " Maksud lu siapa.. Mantan yang mana? "
Gavrila : " Felysia... Jalang matre lu! "
Andra : " Lu serius bukannya dia pergi ke Amerika? "
Gavrila : " Mana gw tahu, mungkin udah puas dengan laki-laki disana. Atau mungkin nggak laku jadi dia kembali sama lu. Dan oh iya dia mengganggap kak Adis pembantu sampai nampar kak Adis juga. Gw ingetin sama lu ya kak. Kalau sampai lu kembali sama jalang itu dan nyakitin kak Adis, gw bakal bawa pergi kak Adis jauh dari lu! "
Andra : " Kurang ajar... Lu nggak berhak bawa istri gw!!! "
Gavrila : " Siapapun berhak kalau dia lu sakitin. Kak Adis titipan almarhum Aksa, lu inget itu. Dia titip kak Adis sama gw, kalau sampai lu sakitin gw boleh bawa pergi dia jauh dari lu!!!! " (Gavrila yang sudah naik pitam mematikan telfonnya, ia membanting vas bunga didepannya hingga pecah berkeping-keping. Ya biar orang menyebutkannya tega. Biarkan kakaknya menyebut dirinya tidak tahu diri. Memang dia bertekad melindungi Adistia bukan hanya karena amanah dari Aksa tetapi juga karena rasa yang tumbuh didalam hatinya).
💐
Adistia menangis tersedu-sedu di kamarnya. Entah kenapa ucapan peneror dirinya terngiang-ngiang di kepalanya. Ia berusaha menepis tetapi kenyataan ada didepan mata.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
