8. jatuh

4.5K 480 48
                                    

HAI GUYS!

absen dulu dong, kalian baca chapet ini jam berapa?

siapa yang lagi rebahan? 

siapa yang lagi istirahat dari ke produktifan jadi baca wattpad? 

RAME IN YAA!

siap baca? oke selamat membaca semua!

---

"Tapi maaf bu, menurut saya Vales gak salah."

Wanita paruh baya yang kini duduk di depan Vega melebarkan matanya, "Gak salah gimana, gak lihat kamu?! adik kamu sudah bikin wajah tampan anak saya babak belur!"

Vega mengangguk pelan, "Saya lihat bu, tapi kalau anak ibu tidak mulai duluan. Adik saya juga gak akan bertindak Bu."

Vales memasang wajah bangganya mendengar ucapan kakaknya. Ia yakin bahwa kakak nya pasti akan menang dalam perdebatan seru ini.

Beberapa hari yang lalu ketika Vales memberikan surat panggilan kepadanya, ia awalnya hendak memberi pelajaran kepada adik nya itu. Tapi setelah mendengar penjelasan dari Vales, Vega malah mengangkat jempolnya bangga. Ia menjadi berada di pihak adiknya.

Vales terlibat kasus perkelahian di sekolahnya. Bermula dari Vales yang berhasil menjadi pemenang dalam battle basket. Temannya tidak menerima kekalahan itu sehingga ia meledek Vales dengan membawa soal pencapaian Vales dalam akademik. Vales memang terbilang kurang dalam akademik, namun adik nya itu cerdas. Ia juga punya kelebihan di bidang lain, buktinya ia berhasil memenangkan battle tersebut. Tidak hanya sampai disitu, teman nya itu membawa keadaan keluarganya. Tentang dia yang sudah tidak memiliki ibu dan memiliki kakak yang dimata temannya sebagai anak geng motor berandal. Temannya juga meneriaki Vales sebagai anak kurang kasih sayang. Pantas bukan jika temannya di beri hantaman?

Wanita paruh baya itu menggebrak meja. "Sudah jelas-jelas adik kamu yang mukul anak saya duluan!"

Vega menggebrak meja tak kalah kencang, "Iya! Tapi kalau adik ibu gak ngomong yang nggak-nggak, adik saya juga gak akan nonjok anak ibu!" ujar Vega membuat  orang-orang yang berada di dalam ruangan terpekik kaget.

"Jangan kurang ajar kamu!"

Vega menarik jaket di bagian lengannya keatas, "Ibu juga jangan bersikap seolah-olah kurang di hajar!"

Wanita paruh baya itu melebarkan matanya mendengar itu, "Pantas saja adik kamu seperi itu, ternyata dia mencontoh dari kamu!"

Bu Diana, guru itu mengelus dadanya beberapa kali mendengar bentakan dari telinga kanan dan telinga kirinya. "Bu, kak Vega, di mohon tenang. Kita selesaikan masalah ini baik-baik."

Vega menatap wanita paruh baya itu angkuh, "Pantas saja anak ibu gitu, ternyata anak ibu mencontoh dari ibu! keras kepala banget."

"Kamu yang keras kepala!"

Vega melemaskan otot-otot lehernya, "Gini ya bu, saya ulang sekali lagi. Anak ibu menghina adik saya, keluarga saya, dan saya. Gimana saya tidak berada di pihak adik saya? bukannya saya mendukung adik saya melakukan kekerasan tapi kalau saya juga diperlukan seperti itu, saya juga gak akan segan-segan hajar orang yang mulutnya lemes kaya anak ibu!"

"Kamu-"

"Itu juga berlaku buat ibu!" potong Vega membuat Vales dan yang lainnya melongo mendengarnya.

Vales terkekeh setelah ia kembali tersadar, "Iya nih, ibu gak tau apa kakak saya itu kalau berantem gak mandang umur. Pokoknya yang macem-macem sama dia langsung di hajar. Ibu berani?"

"Vales, diam." ujar Bu Diana menegur. Sebenarnya guru itu sudah pusing harus menanggapi mereka seperti apa. Namun ia tahu, bahwa Vales anak teladan ini tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak jika sesuatu tidak mengusik amarahnya.

VEGANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang