15. sakit

5.5K 480 32
                                    

DAH GUYS

INTINYA INI BONUS

SEE U MINGGU DEPAN!

---

Langit mulai menurunkan butiran hujan. Seakan mengerti dengan perasaan Vega sekarang. Perempuan itu kini sedang duduk di bangkunya sembari menyembunyikan wajahnya di lekukan lengan yang berada diatas permukaan meja. Mata perempuan itu terasa berat sehingga ia memutuskan untuk memejamkan matanya beberapa saat. Kupluk dari jaketnya ia gunakan untuk menutupi kepalanya.

Pikiran perempuan itu terjatuh di hari kemarin. Dimana ia dan teman-temannya diserang dengan kelompok yang ia tidak kenal. Perkelahian yang sangat menghabiskan tenaga. Sebelumnya Athena tidak pernah sampai kewalahan seperti itu. Artinya lawan mereka cukup sebanding dengan mereka. Untungnya, geng Golden datang untuk membantu mereka.  Geng motor yang berisi dengan 23 anggota perempuan. Beberapa anggota nya adalah saudara dan teman anggota Athena. Bahkan, ketua dari Golden pun merupakan sepupu dari Vega.

Ingat dengan perkataan Vega yang mengatakan untuk jangan berurusan dengan geng motor? hal itu terkecuali dengan Golden. Memang, Golden lah salah satu alasan yang membuat Vega tidak mencari masalah dengan geng motor. Karena sepupunya, Valerie menceritakan lebih luas tentang dunia geng motor dan meminta Vega untuk jangan berurusan dengan geng motor selain geng nya. Apalagi geng motor lelaki.

Rasa sakit dipipinya membuat pikirannya teralihkan. Kini ia mengingat saat ayahnya menamparnya. Bahkan rasa sakit itu masih terasa, tak hanya di pipi. Hatinya pun masih terasa sakit.

"Matiin AC nya ih!" Lea berteriak kesal ketika Langit menyalakan AC kembali padahal sebelumnya ia sudah matikan AC tersebut.

Langit menjulurkan lidahnya sembari memasang wajah menjengkelkan, "Gak mau wlee,"

Lea berdecak, "Mentang-mentang gak ada Qiren ngeselin lo, Andraaa marahin dong!" Lea berkacak pinggang. Bisa-bisa nya udara sedang dingin tapi Langit menyalakan AC.

Andra menatap malas Langit, "Dingin begooo, matiin!"

Langit mencebikkan bibirnya, "Iya-iya."

Suara decitan pintu yang terbuka membuat murid XI IPA-3 segera duduk rapi di bangkunya. Bu Tri memasuki kelas dengan tatapan tajamnya sembari membawa sebuah buku. Perempuan berumur 40 tahun itu berdiri didekat meja guru setelah menaruh bukunya. Ia membaca buku piket kemudian mengalihkan pandangannya kepada perempuan yang duduk di belakang.

"Kamu kenapa masuk?" pertanyaan itu membuat murid-murid semakin menegang diposisi duduknya. Padahal yang ditanya hanya memasang wajah datar.

"Temen-temen kamu gak ada yang masuk tuh, kecuali Alona yang lagi dispen." Bu Tri tidak berniat menyudutkan Vega, ia benar-benar hanya bertanya karena sejujurnya ia heran mengapa ketua dari geng mereka tidak ikut bolos karena alasan sakit.

"Biar ketemu ibu," Vega menjawab dengan suara pelan. Namun cukup terdengar ke seisi kelas karena suana yang sedang hening.

Bu Tri mengangguk pelan sembari mengambil sebuah spidol bersiap memulai pelajaran.

Sekitar dua puluh menit pelajaran matematika telah berlangsungnya. Lagi-lagi Bu Tri heran dengan sikap Vega. Perempuan itu langsung menyembunyikan kepalanya di lekukan lengan di atas permukaan meja ketika pelajaran baru berlangsung beberapa menit. Walaupun Vega merupakan murid yang sering berulah dan sengaja usil terhadap dirinya, perempuan itu seringkali aktif dalam pembelajaran matematika.

"Vega?" Bu Tri memanggil.

Tak ada yang menyangka seseorang di depan Vega sama herannya dengan Bu Tri. Lelaki itu bingung dengan sikap Vega hari ini. Perempuan itu sama sekali belum berbicara kepadanya. Bahkan sekedar mendorong kursinya dengan kakinya pun tidak. Padahal jika pelajaran berlangsung, perempuan itu selalu usil menendang kaki kursinya.

VEGANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang