18. camer

4.6K 452 88
                                    

ABSEN DULU SINI!

seneng ga aku up?

baca chapter ini jam berapa?

btw, udah pada follow akun WP key ini blmm? ayoo follow dlu!

ramein dong, ayo komen terus! ya ya ya?

selamat membaca!

---

"Kok lo punya jaket Gaster?"

Naren diam sesaat, "Bukan punya gue."

Vega mengernyit, "Terus kenapa ada di lo?"

"Gak usah kepo." Naren berbalik, mengabaikan pertanyaan Vega.

Vega berdecak, "Naren jawab, kenapa jaket Gaster ada di lo? kenapa lo kenal sama mereka, lo siapa sih Nar?!"

Naren menghela napasnya, ia berbalik menatap datar Vega. "Harus banget gue jawab?"

"Iya."

"Lo gak perlu tau."

"Gue perlu tau." ujar Vega dengan penuh penekanan.

Naren menaikkan alisnya, "Gue harusnya yang tanya lo. Lo siapa?"

Vega mengernyit, tidak paham.

"Berhenti cari tau tentang gue Ve. Lo gak berhak tau siapa gue, gue bawa lo kesini bukan berarti lo boleh kepo soal gue." Naren menatap datar Vega yang juga sedang menatapnya serius.

"Gak usah ngelunjak."

Vega menaikan sebelah alisnya, "Ngelunjak?"

"NAREN, KAMU BAWA SIAPA KE RUMAH?"

Suara teriakkan dari lantai bawah membuat Naren menghela napasnya, ia berbalik dan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Vega mendengus kesal, terpaksa ia menenggelamkan egonya. Ia berjalan dengan raut muram membuntuti Naren.

Keduanya telah sampai di dapur menemui wanita paruh baya yang bernama, Freya.

"Ma," panggil Naren membuat Freya yang sedang membuka kresek menghentikan kegiatannya dan menoleh.

"Letta?" Pandangan Freya tertuju pada perempuan di belakang Naren yang sedang tersenyum tipis.

"Bukan ma, ini Vega."

Vega melebarkan senyumnya kemudian mendekat dan mencium punggung tangan Freya, "Vega, tante."

Freya mengangguk dan membalasnya senyumnya, "Ooh, maaf. Tante kira Letta. Soalnya Naren cuma pernah bawa Letta kesini, cuma udah lama sih dia gak kesini." jelas Freya.

Vega mengulum bibirnya, mengangguk berusaha ramah. Padahal hatinya terasa panas mendengar itu, "Oh iya tante, gak pa-pa."

"Bagus deh kalau bukan Letta," ujar Freya pelan, namun masih terdengar ke telinga Vega.

Eh?

"Sini Vega, duduk." ajak Freya sembari menunjuk kursi tinggi berwarna putih.

Sedangkan Naren berjalan membuka lemari untuk mengambil gelas.

"Tante kalau boleh tau, Letta siapa emangnya?"

Freya mengeluarkan beberapa sayuran, "Boleh dong, Letta itu-"

"Ma," tegur Naren.

Freya langsung menutup mulut, "Aduh Vega, anak tante sensitif banget kalau ngomongin Naren."

"Sensitif kenapa tan?" tanya Vega yang malah semakin kepo.

Freya melirik Naren yang sudah memasang wajah datarnya, "Tante gak berani jawab, nanti ada yang ngamuk."

VEGANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang