Jangan lupa vote nya yaa guys, bantu support nya biar makin semangat nulisnya.
Boleh komen juga di paragraf yang bikin kamu greget, rameinn pokonyaaa <3
thank u,
udah siap? selamat membaca!---
"Vega, lo mau kemana?" Qiren berhasilnya membuat Vega diam di tempat.
Vega tersenyum cengengesan, "Gue mau ke.. gak tau, ngikutin Naren."
Qiren berdecak, "Kan mau ke kantin!"
Vega menggeleng, "Nggak, lagian gue gak laper. Kalian duluan aja, sorry yaa. Doain gue supaya gue berhasil dapetin Naren!" ujarnya yang langsung pergi dari kelas tanpa menghiraukan teriakan dari Qiren.
Vega mencari keberadaan Naren yang belum lama meninggalkan kelas. Ia segera mengikuti Naren dari belakang ketika ia melihat punggung lebar cowok itu. Vega benar-benar kagum pada dirinya, ia sudah bisa mengenali Naren hanya dari punggung! Asli, ternyata menyukai orang terlebih dahulu lebih seru dari yang ia duga.
Perempuan itu menggaruk tengkuknya nya yang tidak gatal ketika ia melihat lelaki itu memasuki perpustakaan. Pasalnya, ia tidak pernah menyentuh kan kakinya di tempat pengap seperti itu. Selama kelas sepuluh pun, ia belum pernah masuk kesana karena syukur ia tidak pernah mendapatkan tugas yang mengharuskan untuk masuk ke dalam perpustakaan.
Vega menghela napasnya, mau bagaimana pun ia harus masuk kesana demi cowok tampan yang kini sedang ia kejar. Vega segera masuk dengan mata yang terus menatap Naren. Lelaki itu sedang mencari sebuah buku. Sengaja, Vega segara mendekati Naren dan berjalan di lorong sebelah Naren berpura-pura mencari buku. Vega segera mengambil sebuah buku di rak kotak yang sama dengan Naren, membuat cowok itu sadar akan keberadaannya.
Vega tersenyum, sembari menyapa dengan berbisik. "Hai,"
Tanpa menjawab, Naren segera mengambil buku dan pergi dari hadapan Vega. Lelaki itu kini menarik kursi dan duduk di tempat yang dekat dengan jendela.
"Ekhm," Vega duduk dihadapan Naren membuat lelaki itu menghela napas. Namun Naren tidak pergi menjauh, ia mulai membaca buku tanpa menghiraukan keberadaan Vega.
Vega tidak ingin menganggu aktivitas Naren, ia hanya ingin menemaninya. Iya menemani bagi Vega, namun berbeda lagi dengan Naren. Ia ikut membaca buku yang ia ambil secara asal tadi. Awalnya hanya mencoba membaca agar tidak bosan, namun lama kelamaan Vega terhanyut pada buku itu. Buku mengenai ensiklopedia dinosaurus. Setiap kalimatnya mampu membuat Vega tertarik untuk masuk ke dalam dunia dinosaurus.
Alasan menghindari perpustakaan hanya karena tempat itu pengap, seperti sempit dalam kegelapan. Walaupun sebenarnya perpustakaan itu luas. Ia malas untuk membaca buku, namun jika ia sudah tertarik dengan suatu materi ia pasti akan terus membaca sampai paham. Sama seperti saat ia jatuh cinta, dari sekian banyak lelaki yang mengejarnya ia tidak akan merespon nya. Namun ketika ia tertarik pada seorang lelaki, ia pasti akan mengejarnya sampai dapat.
Don't look by cover, walaupun Vega adalah murid yang sering melanggar aturan ia merupakan murid yang pintar. Berturut-turut dari SD sampai sekarang ia berhasil masuk ke dalam peringkat lima besar. Nilai-nilainya selalu stabil membuat peringkatnya tidak pernah keluar dari lima besar. Vega dijuluki perempuan multitalent. Pintar, mudah paham akan suatu hal dan dapat mengerjakan sesuatu dengan baik.
Terlalu fokus dengan buku, seorang lelaki yang berada di hadapannya menatap Vega dengan sedikit heran. Awalnya ia kira Vega datang untuk mengganggunya, namun setelah ia melihat perempuan itu fokus pada buku ia ragu dengan perkiraan nya yang pertama. Bisa saja Vega memang hendak membaca namun tidak sengaja bertemu dengan dirinya.
"Naren."
Panggilan itu bukan dari Vega, melainkan dari Pak Tono. Naren segera berdiri menghampiri Pak Tono.
"Bisa tolong bawakan buku ini ke kelas XII IPA-2?" pinta Pak Tono sembari menunjuk tumpukan buku yang lumayan banyak.
Naren mengangguk, "Boleh Pak,"
"Vega boleh bantu juga pak? bukunya lumayan banyak kasian kalau Naren bawa sendiri." ujar Vega yang kini sudah berada di samping Naren.
Pak Tono mengangguk, "Oh kalau begitu bagus toh, awalnya sebagian mau di bawa sama bapak. Tapi beruntung kamu mau, tolong bawakan ya. Kalau begitu saya mau ke ruang guru dulu."
"Oh iya, sampai kan ke murid yang ada di kelas kalau ini dari Pak Tono untuk kegiatan literasi nanti." ujar Pak Tono sebelum pamit keluar dari perpustakaan.
"Baik kan aku?" tanya Vega pada Naren.
Naren tak menanggapinya, ia langsung membawa tumpukan buku itu.
Vega langsung mengambil tumpukan buku itu, namun ia cukup kesulitan untuk mengambilnya. "Naren tolong dong, susah ngambilnya."
Awalnya Naren hendak tidak peduli, namun melihat perempuan itu memang kesulitan mengambilnya. Akhirnya ia memberikan tumpukan buku yang ia bawa kepada Vega. Sehingga Naren mengambil kembali tumpukan buku di atas meja.
"Makasih," ujar Vega dengan senyum tipis.
Vega mengulum senyumnya melihat sikap cuek dari Naren. Lelaki itu langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Berat gak?" Vega berjalan di sampingnya Naren.
Lelaki itu hanya memasang wajah datar dengan pandangan lurus ke depan.
"Kalau berat, sini aku aja yang bawa semuanya." ujar Vega ngaco, sudah pasti ia tidak sanggup membawa semuanya dengan kedua tangannya.
Melihat Naren yang hanya diam, ia kemudian mengulum senyumnya. Sikap cuek dan dinginnya itu semakin membuat Vega jatuh hati.
Keduanya telah sampai di kelas XII IPA-2. Naren dan Vega segera menyimpan tumpukan buku nya di atas meja.
"Vega?" Seseorang memanggilnya.
Vega menoleh, "Kenapa?"
"Ngapain disini?" tanya Daffa, penghuni kelas XII IPA-2 yang berarti kakak kelasnya.
"Nganterin buku dari Pak Tono, katanya buat jam literasi nanti." ujar Vega membuat Daffa mengangguk.
Daffa menatap Vega, "Lo mau pulang bareng gue gak?"
Daffa salah satu kakak kelas yang menyukai Vega. Lelaki itu sudah menaruh perasaan kepada Vega sejak ia melihat Vega pertama kali di lapangan upacara, hari pertama Vega masuk sekolah.
"Gue kan selalu bawa motor Daf," Vega sudah biasa memanggil Daffa tanpa embel-embel 'Kak', lelaki itu sendiri yang minta. Vega berusaha membuat Daffa mengerti bahwa ajakan untuk pulang bersama adalah hal yang sia-sia.
Daffa tersenyum tipis, terlihat sekali bahwa ia memaksakan senyumnya. "Oh iya, ya udah. Minggu lo ada acara?"
"Hm Daf udah mau bel, gue duluan ya." ujar Vega yang langsung pergi menyusul Naren, meninggalkan Daffa yang menghela napasnya.
Berkali-kali Daffa mengajak Vega untuk bisa berjalan bersamanya, dan berkali-kali juga Vega menolaknya. Bukan hanya menolak tawaran Daffa, ia selalu menolak siapapun yang mencoba mendekati nya. Kata orang-orang Daffa mending, ia masih di tolak secara baik oleh Vega. Bahkan menurut mereka, Daffa satu-satunya cowok yang kemungkinan bisa berhasil mendapatkan hatinya Vega. Cowok lain diluar sana selalu di tolak mentah-mentah dan secara terang-terangan oleh Vega. Apalagi kepada mantannya, kata-kata sadis selalu Vega keluarkan ketika bertemu cowok itu. Cowok yang bersekolah di samping sekolahnya.
"Naren!" panggil Vega seraya menyesuaikan langkah kakinya dengan Naren.
Vega menatap Naren yang bersikap seolah-olah tidak menyadari akan keberadaannya, "Marah ya gara-gara gue dideketin cowok lain? jangan marah ya udah gue tolak kok."
Lelaki itu tetap memasang wajah datarnya. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan Karin.
"Gue cewek mandiri. Makanya gue tolak, tapi kalau lo yang ngajak. Gue mau kok sekalipun harus balik lagi buat ambil motor gue."
"Naren serius, kalau lo mau pulang bareng sama gue gapapa kok!"
---
see u!
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGANDRA [END]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA!] belum direvisii, buruan bacaa! Cerita cowok ngejar cewek? Bukan! Nih kali ini kenalin cerita cewek primadona yang ngejar cowok sedingin kulkas! Tapi yakin kuat bacanya? Mampir ke cerita Vegandra! --- Vega suka makan, suka moto...