SENENG?!
sini absenn!
SIAP RAMEIN?!
selamat membaca!♡---
Tidak ada yang tahu bahwa sejak saat itu, dua hari yang lalu ketika dua insan berjalan saling menjauh di area parkiran. Semua berubah. Vega Bernadette yang selalu mengejar lelaki kutu buku, kini tidak lagi. Perempuan itu kembali melakukan rutinitas biasanya, sebelum ia jatuh hati pada Naren. Seolah-olah, ia tidak pernah mempunyai rasa pada lelaki itu.
Posisi bangku kini sudah diubah, tepat di bulan baru. Setiap dua bulan sekali, mereka sepakat untuk mengganti posisi tempat duduk. Bahkan karena itu, Vega tersadar bahwa ia sudah 2 bulan mengejar lelaki itu. Dan tidak ada apa-apa. Keputusan menjauh dari lelaki itu, ia yakin itu adalah keputusan yang sangat tepat. Athena sudah mengetahui alasan Vega menjau dan mereka mendukung. Athena tidak akan membiarkan Vega didekati oleh Naren, jika nanti Naren menyesal akan perbuatannya.
"Ve, Daffa nyariin lo." Langit menepuk bahu Vega ketika perempuan itu sedang sibuk mencatat sesuatu.
"Sibuk." Vega tidak beranjak dari bangkunya. Langit menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Cepet Ve, bentar doang paling. Kalau gue bilang lo gak mau, ujung-ujungnya pasti gue dipaksa lagi sampe lo mau."
"Ogah,"
"Langit!" teriak Vega ketika Langit merebut paksa pulpen yang sedang ia gunakan. Ketika Vega ingin bangkit dari bangkunya untuk menghantam kepala Langit dengan tempat pensilnya, sebuah suara derit kursi membuat Vega mengalihkan pandangan. Matanya bertemu dengan Naren yang entah karena apa, lelaki itu tiba-tiba berdiri seperti hendak melakukan sesuatu.
Dengat cepat Vega mengalihkan pandangannya, "Ya udah, dimana?"
"Di deket tangga,"
Vega langsung berjalan keluar kelas. Tidak ada yang menyadari, seorang lelaki di pojok kelas sedang berdiri menatap kepergian perempuan yang selalu menjadi pusat perhatiannya. Iya, selalu.
--
Suasana kelas XI IPA 3, kini sedang hening. Hanya ada suara coretan kertas dan ketukan dari jari jemari siswa. Ulangan Kimia, ujian yang selalu membuat otak anak IPA panas. Sudah sekitar 50 menit mereka mengerjakan ujian.
"Yang sudah, boleh di kumpulkan dan boleh keluar kelas."
Secara serempak, tiga orang siswi bangkit dan berjalan ke depan kelas. Guru berkacamata itu awalnya mengernyit curiga, namun ketika sudah mengenali ketiga orang itu. Ia langsung mengangguk dan mempersilahkan ketiga murid yang pintar dalam bidang pelajarannya.
"Kantin gak?" Qiren merapikan seragamnya dengan mengancingkan kancing di bagian pergelangan tangannya.
"Bosen, rooftop gimana?" Vega memeluk lengan Qiren.
"Ish, laper gue."
"Kantin terus rooftop." ujar Alona yang membuat keduanya akhirnya setuju.
Setelah ketiganya selesai jajan, mereka segera mengitari koridor untuk menuju rooftop dengan membawa jajanannya.
"Ve,"
Panggilan itu membuat ketiganya yang sedang berjalan di tangga menghentikan langkahnya dan berbalik. Panggilan itu berasal dari Naren. Lelaki berkacamata itu berdiri dengan kepala mendongak menatap Vega lurus.
Qiren mengernyit, menatap Vega dan Naren bergantian.
"Gue mau ngomong," suara berat yang biasanya terdengar nyaman di telinga Vega, kini entah kenapa malah membuat Vega muak.
"Gak, gak bisa. Temen gue udah gak suka sama lo. Cabut sana." Qiren menatap kesal Naren.
Naren tidak menghiraukan kalimat itu, tatapannya tetap lurus pada Vega. "Ve, dengerin penjelas gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
VEGANDRA [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA!] belum direvisii, buruan bacaa! Cerita cowok ngejar cewek? Bukan! Nih kali ini kenalin cerita cewek primadona yang ngejar cowok sedingin kulkas! Tapi yakin kuat bacanya? Mampir ke cerita Vegandra! --- Vega suka makan, suka moto...