14. luka

7.7K 537 50
                                        

HAI GUYS!

seneng ga aku up?

baca cerita ini jam berapa?

okee ramein yaa!!

selamat membaca!♡
---
Pelajaran bahasa Inggris sedang berlangsung. Vega melipat kedua tangannya di depan dada. Pandangannya tidak menatap papan tulis yang penuh coretan, melainkan menatap lelaki di depannya yang tengah fokus mendengarkan penjelasan Ms. Sarah, guru bahasa Inggris.

Perkataan lelaki itu kemarin cukup mengusik nya.

"Sadar Vega. Gak semua cowok suka sama lo. Jangan beranggapan bahwa lo bisa dapetin semua cowok yang lo mau. Lo semenarik apa sampe bersikap kaya gitu?"

Entah kenapa perkataan itu cukup membuat dirinya tertegun. Apa karena perkataan Naren benar adanya? Vega rasa ia tidak sepercaya diri itu untuk beranggapan bahwa dia bisa mendapatkan lelaki manapun. Jika iya, berarti Naren adalah tantangan untuknya bukan?

"Lo semenarik apa sampe bersikap kaya gitu?"

Semenarik apa?! Gue menarik banget kan ya?!

Vega menatap lelaki didepannya dengan memasang wajah kesalnya.

Lah dia emang semenarik apa sampe ngomong ke gue kaya gitu? eh tapi dia emang menarik. Gue gak bisa marah sama dia. Dari belakang aja udah keliatan gantengnya!

"Vega?"

Vega mengerjapkan matanya, ia menoleh menatap Ms. Sarah yang juga sedang menatapnya.

"Kamu mendengarkan penjelasan saya tidak?"

Vega menunduk dan mengetuk dahinya dengan pulpennya.

"Vega?"

Vega mendongak sembari mengangkat kedua alisnya, "Iya bu, maaf saya tadi gak dengerin bu."

Terlihat Ms. Sarah menghela napasnya, "Kamu mikirin apa dari tadi?"

"Itu bu.. saya mikirin orang didepan saya." Vega menyengir ketika mendapatkan sorakan dari teman-temannya.

"Tolol," umpat Qiren menatap Vega yang dengan santainya jujur akan hal itu.

Andra tertawa, "HAHAHAHAH, bucin amat Ve. Orangnya di depan ngapain masih mikirin?"

"Lagian kan kata Dilan, kalau deket gak perlu mikirin. Bisa-bisa nya udah deket masih mikirin." Langit ikut menimpali.

Vega mengedikkan bahunya, "Tau nih, soalnya orangnya deket tapi hatinya kaya jauuuuh banget. Susah banget didapetin. Kan kalau gitu jadinya kepikiran terus. Coba kalau sama-sama suka, aman kan gak usah ada yang dipikirin lagi?"

"Parah lo Ve, mukanya merah noh." ujar salah satu temannya yang berada di depan Naren.

"Sudah-sudah, Vega dengarkan penjelasan ibu ya. Perhatikan ke depan, maksud ibu ke papan tulis. Jangan ke depan kamu, masa depan yang ini lebih penting dikejar daripada masa depan yang itu." Ms. Sarah mengetuk papan tulisnya beberapa kali agar murid-murid nya kembali fokus.

"Kata siapa bu, masa depan yang ini lebih penting!" Vega tidak setuju dengan ucapan Ms. Sarah.

Ms. Sarah menggeleng kan kepalanya, guru itu seperti nya mulai masuk ke dalam candaan anak-anak. "Masa depan yang itu belum pasti, gak usah ngejar yang gak pasti Vega. Kamu pintar, jadi kejar yang menurut kamu akan memberi kamu kehidupan yang baik. Fokus belajar dulu, biar sukses. Masa depan cerah akan menjamin kebahagiaan kamu."

Sorakan murid kelas XI IPA-3 terdengar ricuh, ada juga yang mengangkat jempolnya tinggi, ada juga yang memberi tepuk tangan meriah. Semuanya terkesima dengan ucapan Ms. Sarah.

VEGANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang