HAI GUYS!
akhirnyaa key ada waktu buat upload chapterr
seneng ga?
baca chapter ini jam berapaa, absen dongg
udah siap baca? okee selamat membaca!
---
"NAREENNN!"
Satu Minggu telah terlewati. Kejadian dimana Naren dan Vega berdebat, tidak membuat Vega berubah sedikitpun. Perempuan itu masih dengan semangat yang membara untuk mendapatkan hatinya Naren.
"Ck, Vegaaa ini masih pagi." Langit menutup telinganya.
Vega hanya cengengesan, "Kok gak ada Naren sih, dari tadi dicariin gak ketemu terus. Tau gak kemana?"
"Loncat dari rooftop kali, capek sama lo." Langit masih mencibir.
Vega mendelik, "Gue yang harusnya loncat. Dia kerjaannya cuma diem, lah gue teriak-teriak, ngejar-ngejar-"
"Capek batin Vega, gue aja capek ngeliat lo ngejar Naren terus."
Vega mengedikkan bahunya, "Ya udah, gak usah liat." Ia langsung keluar kelas untuk mencari Naren kembali.
Vega bersenandung, menyanyikan sebuah lagu dengan suara kecil sembari mengedarkan pandangannya mencari Naren. Biasanya lelaki itu sudah ada di kelas sembari berkutat dengan buku.
Ia menipiskan matanya ketika melihat punggung Naren yang menjauh dan berbelok ke arah taman belakang. Vega segera mengikuti Naren, semoga saja ia tidak salah liat.
Ia bersembunyi di balik tembok. Memperhatikan Naren yang sedang berbicara dengan seseorang dibalik telepon. Wajahnya terlihat serius, bahkan lelaki itu sempat mengumpat membuat Vega sempat kaget.
Vega seringkali memikirkan Naren, apalagi saat menjelang malam. Beberapa kali Vega menemukan sisi yang berbeda dari lelaki itu. Membuat perempuan itu selalu tenggelam dalam pikirannya. Semua orang yang melihat nya pasti mengira bahwa ia lelaki kutu buku yang hanya menghabiskan hidupnya dengan membaca buku dan asik dalam dunianya sendiri. Namun perlahan Vega menyadari bahwa lelaki itu, hanya menutupi kehidupannya.
Bagaimana bisa lelaki cupu berteman dengan anak geng motor? Bagaimana bisa lelaki yang selalu menunduk jika diperhatikan banyak orang menjadi angkuh ketika menyelamatkan nya dalam bahaya? Bagaimana bisa lelaki yang selalu memasang wajah datar tiba-tiba memasang wajah tajam bahkan ia tak ragu untuk mengumpat.
Di sekolah Vega merasa bahwa lelaki itu bisa ada di bawah kendalinya, namun anehnya beberapa kali di tempat yang tidak terduga. Lelaki itu berhasil mengendalikannya, hanya dengan tatapannya, Vega menjadi diam dan merasa dituntut.
"Nguping?"
Suara berat itu berhasil membuyarkan lamunannya. Vega mengerjap, ia menelan salivanya ketika Naren berdiri di depannya dengan wajah datarnya.
Vega mengusap tengkuknya, "Hah, nguping? Ah iya."
"Eh enggak, awalnya mau tapi gak kedengeran. Hmm gue cuma denger bagian lo marah pas ngomong anj-"
"Sopan?" Naren menatap dirinya tanpa henti.
Sejujurnya hati Vega berdebar ditatap begitu lekat dengan Naren, padahal tatapan itu cukup mengintimidasi dirinya. Bukan tatapan memuja apalagi tatapan tulus.
Vega terkekeh kecil, "Nggak, hehe. Maaf ya."
Naren menatap Vega sebentar dengan tatapan tajamnya sebelum akhirnya ia memilih pergi. Tidak ingin memperpanjang, dan berlama-lama dengan perempuan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
VEGANDRA [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] belum direvisii, buruan bacaa! Cerita cowok ngejar cewek? Bukan! Nih kali ini kenalin cerita cewek primadona yang ngejar cowok sedingin kulkas! Tapi yakin kuat bacanya? Mampir ke cerita Vegandra! --- Vega suka makan, suka moto...