[FOLLOW SEBELUM BACA!] belum direvisii, buruan bacaa!
Cerita cowok ngejar cewek? Bukan! Nih kali ini kenalin cerita cewek primadona yang ngejar cowok sedingin kulkas! Tapi yakin kuat bacanya? Mampir ke cerita Vegandra!
---
Vega suka makan, suka moto...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Naren!"
Thamina menahan lengan Naren ketika anak lelakinya itu hendak pergi. "Naren, anak Mama."
Mendengar kalimat itu, badan Naren berhenti bergerak. Tubuhnya seolah membeku. Rasa sesak menyelimuti dadanya. Kenapa rasanya menyakitkan? apa memang seharusnya terasa sakit seperti ini, bukannya seharusnya ia merasa bahagia?
"Maafin Mama." Thamina mempererat genggamannya pada lengan Naren.
Naren tertunduk, sebutir air perlahan turun dari ujung matanya. Lelaki itu bahkan tidak sanggup untuk mengucapkan sepatah kata pun. Matanya terus menatap jari-jari lentik yang mencengkram lengannya.
Naren memejamkan matanya sesaat, kemudian dengan tatapan lurus kedepan tangannya bergerak melepaskan genggaman tangan Thamina. "Jangan disini, Ma."
Lelaki itu langsung keluar dari ruangan, disusul Thamina.
"Bakal gak pa-pa kan?"
Arga kembali menatap Vega, kemudian ia mengangguk. "Gak pa-pa," setelah itu ia mengedikkan bahunya, "Kayaknya,"
"Arga!" Vega menekuk wajahnya.
Melihat itu, untuk kali pertamanya Arga kembali tersenyum setelah kejadian dimana Vega mengalami kondisi kritis. Ia rindu Vega, sifat perempuan itu sudah terlanjur membuat dirinya nyaman. "Yaa semoga aja gak pa-pa,"
"Gara-gara lo sih," ketus Vega menyalahkan Arga.
Arga mengernyit, "Kok gue?"
"Ya kan lo yang iya-iya in aja pas Mamanya Naren mau nyumbangin darahnya ke gue."
Arga menghela napasnya, "Ya terus, lo mau gue tolak tawaran Mamanya Naren pas kondisi lo disitu udah kritis?"
Setelah itu Vega membungkam mulutnya.
"Ya lumayan kan, mereka jadi ketemu. Paling jadi baikkan." ujar Arga pelan, namun masih terdengar ditelinga Vega.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepasang ibu dan anak kini tengah berada di taman rumah sakit. Naren duduk di sebuah bangku berwarna putih dengan perasaan campur aduk. Ia benar-benar tidak mengerti dan tidak tahu bagaimana cara mengontrol dirinya sekarang. Semua rasa menjadi satu, dari marah, sedih bahkan bahagia pun terasa hadir.