20. menyerah?

6K 575 167
                                    

SENENG GA?!

absen dulu dong!

bilang hadirr gituu?

yaudah SIAP?!

selamat membaca!

---

Sudah satu minggu Vega menjauh dari Naren. Bahkan kabar itupun sudah tersebar di lingkungan Arcturus. Membuat mereka menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini. Naren, karena gosip yang sudah tersebar luas itu, membuat ia menjadi lebih pendiam dan lebih lama berdiam di dalam kelas. Ia benar-benar tidak ingin mendapatkan perhatian dari banyak mata. Apalagi itu semua karena renggangnya kedekatannya dengan Vega. Banyak asumsi buruk yang sampai ditelinga Naren, membuat dirinya seringkali perlu menahan emosi.

"Lagian sombong amat jadi cowok,"

"Ganteng sih, ya tapi kak Vega harusnya dapet yang lebih ganteng."

"Anak cupu gitu ya, kok bisa sih?"

"Coba aja kaya kak Fael, walaupun galak tapi dia keren. Ganteng lagi, pasti kalau kak Naren kayak gitu kak Fael kalah deh!"

"Baru tau ada cowok yang gituin kak Vega,"

"Iya sih pinter, ganteng, tinggi, tapi dari semuanya juga masih jauh keren Vega. Pinter iya, baik iya, ramah iya, cantik iya, badan oke, semua oke, lah dia. Gak tau diri banget. Untung aja Vega udah sadar."

"Mending kak Genta lah kemana-mana,"

Naren sudah muak dengan ucapan itu semua. Ia sangat benci dibicarakan, apalagi dibandingkan. Tapi anehnya pikirannya bukan terpusat pada hal itu. Vega, perempuan itu berhasil mengalahkan egonya.

---

Suara riuh dari siswa-siswi Arcturus memenuhi tiap sudut dat sisi lapangan basket. Sore ini beberapa anak basket sedang melaksanakan mini game. Hanya pertandingan kecil yang diikuti oleh sesama anak Arcturus, namun permainan ini selalu ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi Arcturus. Ya selain bukan karena untuk cuci mata, ini adalah salah satu permainan yang tidak membuat para penonton emosi. Semua menikmati saat menonton permainan ini.

"Veeee," Grass menarik lengan Vega ketika perempuan itu hendak melewati lapangan basket begitu saja.

"Nonton bentar kali," ajak Grass membuat Vega menghela napasnya.

Vega menuruti ajakan Grass, ia berdiri dengan wajah datar sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Senyum kali Ve, itu Naren loh."

Vega hanya tersenyum sesaat, kemudian memasang wajah datarnya kembali.

"Widihh, nonton juga lo Ve?" Langit bersuara, lelaki itu iseng menoleh ke belakang dan tidak di duga ia mendapati Vega yang ternyata ikut menonton.

"Nemenin Grass," sahut Vega.

Lengit tersenyum iseng, "Mana ada, yang ada Grass nemenin lo. Ya gak Mput?"

Grass mencebikkan bibirnya kesal kala dirinya terus saja dipanggil 'Mput'. "Iya lah biar cepet."

"Nah kan, gue tau lo masih naksir Naren. Kenapa sih, berantem?"

Vega menatap malas Langit, "Kepo, gak usah berisik."

"Dih benerkan jauh dari doi jadi galak, udah cepet sana kejar lagi. Gue tau lo nyerah kan?  masa gitu aja nyerah!"

"Nggak, kata siapa gue nyerah?!" sahut Vega.

"Istirahat aja," tambahnya lagi.

"Nah, gitu. Percaya gue Ve, masa Vega nyerah sih. NAREEENN, TUH VEGA NONTONIN LO!"

VEGANDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang