Marun POV
"Kok lo gak bilang-bilang sih kalo hari ini hari terakhir pendaftaran?" ujarku setengah menyalahkan pada Danu yang sedang berjalan di sebelahku. Kami sedang menuju ruang OSIS sekarang untuk mengambil satu lagi formulir pendaftaran lomba antar sekolah untukku.
Danu menatapku gemas. "Makanya kalo di grup kelas ada chat itu dibuka, jangan cuma ditandai telah dibaca doang,"
"Ya mana gue tau, kirain kan cuma flyer seminar-seminar gak penting,"
Danu geleng-geleng kepala. "Mau sampe kapan sih lo cuek banget begitu, selalu aja ketinggalan berita penting,"
Aku mengedikkan bahu. "Daripada gue terlalu ngurusin semua hal yang gak ada hubungannya sama gue, mending cuek kan,"
Mendengar jawabanku, ia hanya mendengus lelah. Danu adalah teman sekelasku yang tergabung dalam kepengurusan OSIS yang sering sekali kurepotkan dalam urusan seperti ini. Sejujurnya yang dikatan dia barusan ada benarnya, aku selalu sibuk dengan duniaku sendiri dan akhir-akhir ini semakin sibuk saja dengan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan akademis dan juga penghargaan.
"By the way Dan, lo dulu sempet satu kepengurusan sama Fajar kan?"
Danu menoleh. "Fajar? Fajar yang 'itu'?"
Aku memutar bola mata. "Emangnya di OSIS yang namanya Fajar ada berapa?"
"Cuma satu sih," ia meringis. "Kenapa emangnya?"
"Fajar dulu di OSIS orangnya gimana?" tanyaku sembari berusaha keras mengontrol nada suaraku agak tidak terdengar terlalu ingin tahu.
"Ya sama aja kayak yang sekarang, gak banyak omong. Ngasih pendapat seperlunya aja. Selebihnya kerjanya oke kok. Kenapa?"
"Gak papa, nanya doang,"
"Lo kok bisa duet sama dia sih kemaren?" tanyanya sambil membuka pintu ruang OSIS. Di dalam cukup gelap dan tidak ada siapa-siapa sampai akhirnya Danu menyalakan lampu.
Aku mengerutkan hidung. Lagi-lagi pertanyaan yang sama yang selalu muncul tiap kali aku membahas Fajar dengan seseorang. "Kecelakaan,"
"Hah? Kecelakaan gimana?" Danu melirikku sebentar sambil membuka beberapa berkas yang tersusun menumpuk pada meja di depannya.
"Ya, gitu." jawabku seadanya sambil melihat-lihat sekitar dan berkeliling ruang OSIS mumpung ada kesempatan. Biasanya aku terlalu segan untuk melakukan ini jika ada orang lain. Kali ini hanya ada Danu dan aku, jadi kurasa tidak apa-apa.
Pandanganku terhenti pada sebuah tumpukan map di sebuah meja. Melihat-lihat sebentar, mataku membaca sesuatu yang menarik perhatianku.
"Ngapain lo? Meja ketos itu, jangan lo buka-buka woy," peringat Danu yang tentu saja tidak berniat aku acuhkan.
Aku membuka map merah yang kuambil dari tengah-tengah tumpukan map warna-warni lainnya dan membaca isinya satu persatu. "Liat doang, gak bakal gue curi kok. Buat apa juga."
Isinya adalah data-data anggota OSIS periode 2016 - 2017. Ketika mataku sampai pada nama Fajar, aku menarik kertas miliknya dan meletakkannya di paling atas. Dia tetap tidak menuliskan nama lengkapnya. Hanya ada satu kata 'Fajar' yang tertera disana. Kalau diingat-ingat dia juga tidak pakai badge nama di seragamnya. Entah namanya memang hanya terdiri dari satu kata, entah dia terlalu malas untuk menuliskannya.
Danu berdecak. "Is dibilangin jangan di berantakin, entar gue yang dimarahin,"
Aku terus membaca ke bawah tidak menghiraukan peringatan Danu. Tempat tanggal lahir, Jakarta, 14 Februari 2000. Alamat dan juga nomor telepon. Gotcha! Buru-buru aku mengeluarkan ponsel dan mencatat nomor teleponnya yang tertera disana sambil berharap semoga nomornya masih aktif.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄
Teen FictionKepergian dua orang yang paling disayang olehnya memberikan kekosongan yang panjang dalam hidup Fajar. Ketika orang-orang yang berhubungan dengan kejadian itu sanggup menjalani kehidupan normal, waktu seolah berhenti berputar hanya untuk Fajar sendi...