You, Who Dancing in My Mind

69 18 37
                                    

Marun POV

Kelas baru saja selesai dan semua orang berhamburan keluar membuatku membaur di tengah keramaian koridor. Aku sudah ada janji dengan Azka dan Stella hari ini untuk menjemput Fajar dari pusat rehabilitasi. Tapi aku baru ingat aku harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Aku ada urusan dengan Danu.

Setelah mengirim pesan pada Stella, dia bilang akan menungguku karena ia sedang menunggu Azka yang sedang ada urusan juga. Aku lantas menutup ponsel dan membelah keramaian menuju ruang OSIS untuk bertemu dengan Danu.

Ngomong-ngomong soal Fajar, ia diantar oleh Azka tadi pagi. Sebenarnya dia bisa saja pergi sendiri, tapi aku dan teman-temannya tidak mengizinkannya melakukan apapun sendirian sejak kejadian overdosis itu. Bisa dibilang kami bertiga memperlakukannya seperti bayi dan itu semakin lucu ketika dia hanya bisa pasrah dan menurut. He's cute.

"Danu," sapaku ringan begitu muncul di ruang OSIS yang isinya hanya tiga orang.

"Hepi amat lu dari tadi jalan sambil senyum-senyum,"

"Oh, ya jelas dong,"

Seperti biasa, teman sekelasku itu hanya akan menatapku seperti ia baru saja melihat alien dan berusaha memakluminya. Aku membalasnya dengan senyum lebar.

Danu menyodorkan kertas formulir yang sudah terisi. "Lo serius mau batalin pendaftaran ini lomba?"

"Yup,"

Sebelum aku berhasil meraihnya, ia sudah kembali menarik formulir milikku itu dan menatapku dengan dahi berkerut.

"Tumben anak ambis kayak lo malah mundur dari perlombaan,"

Aku berdecak dengan dramatis, kemudian menepuk bahunya. "Gimana ya Dan, lo tau sendiri kan kita udah kelas 3,"

"Terus?"

"Jadi, gue pikir ini saatnya untuk bersenang-senang,"

Dahinya semakin berkerut menatapku. "Udah kelas 3 itu ya belajar lah, kok malah senang-senang sih?"

"Dan, lo gak ngerti, gue lagi ngejar mimpi gue yang lain," ujarku penuh harap sekaligus menggodanya. Lucu juga melihat Danu terheran-heran dengan plihanku.

"Worth it?"

"Insya Allah worth it," aku tersenyum simpul. Danu kemudian memberikan formulirnya yang langsung aku lipat asal lalu aku kantongi.

"Ngomong-ngomong proyektor gue mana?" Aku baru saja ingin kabur begitu ia membahasnya namun Danu yang sepertinya sudah hapal dengan tingkahku menarik tasku dan membuatku mundur kembali menghadapnya. Aku meninggalkannya di rumah Fajar.

"Yaelah baru berapa hari juga, pelit amat,"

"Lo janjinya berapa hari coba?"

"Ya maap, ketinggalan di rumah cowok gue," jawabku asal.

"Fajar?"

Aku menoleh cepat. "Hah?" bagaimana bisa tebakan Danu tepat sasaran padahal aku hanya mengarang.

Danu menatapku malas, seolah-olah ini sudah jadi rahasia umum. "Siapa lagi yang deket sama lo kalo bukan Fajar,"

"Sorry ya yang deket sama gue banyak, dan deket juga bukan berarti pacar," cercaku secepat kilat. Memang biasanya begitu 'kan? Yang salah adalah yang paling nyolot.

"Btw kemana sih dia kok gak pernah masuk?"

Aku beranjak dari ruang OSIS. "Sakit hati sama kalian semua,"

"Loh, kok gue?" Danu menyahuti dari belakang.

Aku berhenti di bingkai pintu ruang OSIS dan berbalik melihat Danu. "Maksudnya bukan lo doang, tapi sama satu sekolah yang percaya kalo Fajar itu orang gak bener,"

𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang