"Ajang Festival Musik Jakarta 2017" baca Azka pada poster yang tertempel di papan pengumuman sekolah.
"Wah, boleh juga tuh Ka, kita ikutan" ujar Stella antusias penuh jenaka.
Azka mengangguk dengan senyum lebar. "Bener banget, bisa-bisa kita nanti jadi duet maut terdahsyat" ia merentangkan tangannya mencoba memberi visualisasi dari seberapa hebatnya ekspektasinya.
Aku memutar bola mata. "Iya kalian itu duet maut terdahsyat, sampe-sampe kalo kalian duet, beneran bakal maut yang datang. Jakarta jadi tempat pertumpahan darah"
Stella langsung tertawa begitu mendengar perkataanku sedangkan Azka hanya mendengus. "Yeh, dasar lebay lo. Lo tuh cuma gak mau mengakui kekerenan suara gue karna lo takut tersaingi sama gue. Ngaku ajalah Jar"
"Blablabla entah ya, gue gak dengar gue pake headset" cibirku.
Azka berusaha menendang bokongku tapi aku berhasil menghindar di waktu yang tepat.
"Tapi Ka, kalo lo nyanyi di acara festival musik itu, gue yakin lo bakal langsung famous deh"
Azka tersenyum lebar mendengar ucapan Stella. "Jelaslah, suara gue kan emang paling keren sedunia"
"Huek" selaku.
"Eh, tunggu dulu, bukan famous karna saking kerennya suara lo-"
"Tapi terkenal karna saking ancurnya suara lo" sambungku menebak perkataan Stella yang selanjutnya.
Gadis bermata bulat itu langsung tertawa terpingkal-pingkal ketika melihat raut wajah Azka yang berubah drastis. Begitupun aku yang masih terus tertawa meski kini Azka mencoba menendang bokongku berkali-kali.
Tiba-tiba saat aku sedang asik-asiknya menghindari tendangan Azka, Marun dan Daniel melintas di samping kami. Marun sibuk memperhatikan Daniel yang sepertinya sedang asik menceritakan sesuatu sambil tersenyum lebar. Dia sama sekali tidak melirikku atau mungkin lebih tepatnya tidak menyadari keberadaanku.
Ada perasaan aneh yang menjalariku saat melihat mereka berdua begitu akrab satu sama lain.
"Duh!!" Pekikku ketika sesuatu yang keras mendarat tepat di bagian belakang tubuhku.
Sial, aku kecolongan. Azka tertawa puas melihatku yang memegangi bagian yang dia tendang tadi.
"Kena juga lo kan, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya Fajar menghindar, pasti bakal kena tendangan Azka juga"
Stella tertawa geli. "Peribahasa macam apa itu??"
"Peribahasa karya Profesor Dr. Azka Wijaya Pratama"
Sementara dia asik membanggakan peribahasa nyeleneh yang baru saja dia buat itu, aku memanfaatkan kesempatan untuk membalas menendang bokongnya kembali sampai dia terjungkal ke depan kemudian aku berlari menjauh darinya yang tentu saja langsung ia susul.
Sedangkan kami asik kejar-kejaran seperti anak kecil, suara tawa Stella menggema di koridor yang tidak terlalu ramai itu.
Ah, satu lagi nyanyian dari surga.
Aku tertawa lepas saat berlarian di lapangan dengan Azka di belakangku. Ia menarik kerah kemejaku dan mengapit leherku di lengannya. Kami berdua berakhir dengan saling bergulat di tengah lapangan dengan suara tawa Stella sebagai pengiringnya. Kadang, di saat-saat seperti, aku berharap momen ini bisa berlangsung selamanya.
•••
"Jadi gue bakal nyanyiin lagu ini nanti?"
"Yup, gimana? Lo suka gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐈𝐕𝐄
Teen FictionKepergian dua orang yang paling disayang olehnya memberikan kekosongan yang panjang dalam hidup Fajar. Ketika orang-orang yang berhubungan dengan kejadian itu sanggup menjalani kehidupan normal, waktu seolah berhenti berputar hanya untuk Fajar sendi...